Berawal Dari Hobi Memasak, Lalu Lahirlah Sekar Seafood Bandung

Tiga bulan pertama babak belur, pemasukan minus.Setiap tiap bulan Rp 15 juta harus keluar untuk membayar karyawan, listrik, pegawai dan sewa tempat.

Editor: AchmadSubechi
WARTA KOTA/ACHMAD SUBECHI
Eddy Soependy, menunjukkan kepiting lada hitam, salah satu menu favorit Sekar Seafood, Kota Bandung, Jawa Barat, Sabtu (4/1/2017). 

WARTA KOTA, PALMERAH--Tak jauh dari Jalan Braga, menukik sampai ujung Jalan Suniaraja 41, arah Viaduct, seberang Hotel Kedaton, terselip sebuah resto bernama Sekar Seafood.

Meski tak seberapa besar restoran makanan ikan laut ini bikin penasaran. Apalagi, ketika mendengar teman bercerita tentang kepiting saus lada hitam. Ehm... nikmatnya bikin mau balik lagi.

“Mencocol saus lada hitamnya saja tanpa nasi sudah nikmat, apalagi dengan kepitingnya,” ujar Zakiyanto Arief, seorang pengusaha muda asal Jakarta yang ketika itu makan di Sekar Seafood.

Udang bakar ini rasanya benar-benar alami tanpa bumbu macam-macam, kecuali hanya kecap dan mentega. WARTAKOTA/ACHMAD SUBECHI
Udang bakar ini rasanya benar-benar alami tanpa bumbu macam-macam, kecuali hanya kecap dan mentega. WARTAKOTA/ACHMAD SUBECHI

Eddy Soependy biasa disapa Edoy, bersama kakaknya, Aris Widiyanto, sudah tiga tahun lebih membangun Sekar Seafood di Kota Bandung. Semuanya didasari dari kesukaannya memasak.

Kemampuannya memasak tak didapat dari bangku kuliah. Keduanya kerap masuk keluar restoran di Kota Bandung untuk mencicipi makanan, merasakan bumbunya dan berguru lewat obrolan dengan juru masak hotel.

Tak sekali dua kali ia mencicipi banyak masakan laut untuk mendapatkan komposisi bumbu yang pas. Lalu bereksperimen, mengolah dengan gayanya sendiri seperti tersaji di Sekar Seafood. Wajar saja kalau ada istilah 'bumbu rahasia'.

“Saya suka mengobrol dengan chef hotel, merasakan bumbu seafood di tempat lain, gonta-ganti bumbu sampai dapat komposisi yang pas,” cerita Edoy, Sabtu (7/1/2017).

Baca: Uniknya Makan di Sekar Seafood, Selfie Dulu Sebelum Santap Ikan Barakuda

Acapkali pelanggan datang dan pergi, Edoy selalu menyapa mereka dan meminta masukan soal masakan yang tersaji. Keuletan dan konsistensi itu membuahkan hasil.

Ada cerita menarik dibalik usaha bisnis seafood yang ia rintis. Suatu hari ada salah satu operator seluler yang memesan tempat di Sekar Seafood.

Tak tanggung-tanggung mereka memesan untuk 200 orang. Namun karena tempatnya tidak begitu luas, Edoy tidak kekurangan akal.

Lahirlah ide untuk membawa makanan itu ke hotel tempat mereka mengadakan acara. Sejumlah menu ia bawa kesana dan alhasil sang pemesan merasa puas.

Kepiting lada hitam, kerang dan ikan barakuda menjadi menu andalan yang dipesan pelanggan. Kepala juru masak hotel sempat mencoba salah satunya.

“Kepiting saus lada hitam kok seenak enak ini,” begitu komentar seorang kepala juru masak hotel ternama kepada Edoy.

Lambat laun tapi pasti, Sekar Seafood mulai dikenal warga Bandung dan Jakarta. Di sekeliling kawasan Braga, Sekar Seafood bisa dibilang paling mudah dijumpai.

Tak hanya warga lokal yang mengudap makanan laut di Sekar Seafood. Beberapa pelangganya ada warga negara Malaysia dan Singapura.

Meski berlokasi di Bandung, ada pelanggan yang tinggal di Bekasi kerap memesan menu favorit di Sekar Seafood. "Bagi mereka harga ikan di sini tergolong murah."

Bukan masakan laut pertama yang Edoy rintis selama membuka usaha kuliner. Selama empat tahun ia sudah menjadi produser Sambal Gelo.

Kepiting lada hitam, salah satu menu favorit di Sekar Seafood, Jalan Soekarno-Hatta, No. 618, Manjahlega dan Sekar Seafood, Jalan Suniaraja No. 41, Kota Bandung, Jawa Barat. WARTA KOTA/ACHMAD SUBECHI
Kepiting lada hitam, salah satu menu favorit di Sekar Seafood, Jalan Soekarno-Hatta, No. 618, Manjahlega dan Sekar Seafood, Jalan Suniaraja No. 41, Kota Bandung, Jawa Barat. WARTA KOTA/ACHMAD SUBECHI

Kebijakan Pemerintah Kota Bandung yang menetapkan zona merah bagi pedagang kaki lima, memaksanya memutuskan menjual Sambal Gelo yang saat itu sudah memiliki 15 cabang ke orang lain.

“Peraturan Pemkot Bandung soal zona merah memutuskan kita untuk hengkang dari Sambal Gelo dengan membuka usaha seafood,” kenang Edoy.

Sebelum berganti nama menjadi Sekar Seafood seperti sekarang, Edoy membawa nama Si Ratu Pedes Bebek Belur yang salah satu menunya gomyang, sop kepala ikan munyung makanan khas Indramayu.

Seporsi gomyang ia banderol Rp 70 ribu. Tiga bulan pertama babak belur, pemasukan minus sementara tiap bulan Rp 15 juta harus keluar untuk membayar karyawan, listrik, pegawai dan sewa tempat.

“Butuh waktu lama untuk menyosialisasikan gomyang bagi lidah kebanyakan warga Bandung. Sebenarnya gomyang tak kalah enak dari kepala kakap lho,” ujar Edoy.

Setelah memutuskan membuak restoran makanan laut, Edoy dan kakaknya Aris, sudah memikirkan mata rantai produksi dari hulu ke hilir agar kelak ketika usahanya sudah besar tak direpotkan lagi untuk urusan suplai bahan baku.

Perlahan tapi pasti ia memberdayakan 25 perahu nelayan di Indramayu sebagai pemasok ikan, cumi, kerang, dan kepiting. Sementara udang windu dipasok dari petambak di sana.

Nelayan merasa beruntung karena hasil tangkapannya Edoy dibeli dengan harga tinggi sebagai end user. Sedikit lebih murah daripada tengkulak.

Sejak awal kita harus mengondisikan asal barang, tak asal mengambil barang dari pemasok karena tak ada jaminan barangnya bagus,” cerita dia.

Semua nelayan yang diberdayakan adalah mitra penting. Berapa pun hasil tangkapan mereka akan dibeli untuk kebutuhan Sekar Seafood.

Menurut dia, hampir setiap hari pasokan ikan, kepiting, udang, cumi, dan kerang selalu datang  untuk kebutuhan Sekar Seafood. Sehingga ia berani menawarkan kalau bahan bakunya selalu segar.

Ia lebih memilih hasil tangkapan ikan dari nelayan perahu kecil ketimbang perahu besar karena ketika naik ke darat masih segar.

Sebagai perbandingan, nelayan berperahu kecil hanya sehari mendapat hasil tangkapan, sementara nelayan berperahu besar bisa sampai 45 hari di laut dan ketika disajikan untuk masakan laut sudah terlalu lama.

“Nelayan kecil sore berangkat ke laut pagi mereka menjual ke kita. Dari segi kualitas ikan dan lainnya insya Allah kita sajikan yang lebih fresh,” tuturnya.

Tahun ini Edoy melirik Jakarta sebagai kota yang bakal ia 'taklukan'. Ada lokasi yang sudah dia incar. "Masih dalam tahap perencanaan. Kita akan buka cabang di Jakarta. Luas arealnya sekitar 3000 meter persegi. Mudah-mudahan tahun ini sudah bisa jalan. Kami masih menghitung biayanya," tuturnya.
 

Sumber: Tribunnews
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved