Ujian Nasional
Siswa Makin Jujur, Nilai UN SMA pun Turun
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan mengumumkan bahwa Indeks Integritas Ujian Nasional (IIUN) 2016 untuk SMA dan sederajat mengalami peningkatan.
WARTAKOTA, TANAH ABANG - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Anies Baswedan mengumumkan bahwa Indeks Integritas Ujian Nasional (IIUN) 2016 untuk SMA dan sederajat mengalami peningkatan.
Anies menjelaskan, rata-rata Indeks Integritas UN SMA tahun 2016 adalah 64,05, lebih tinggi daripada IIUN SMA 2015, yaitu 61,98. Dengan demikian terjadi peningkatan 2,06 poin.
"Ini menunjukkan ada perubahan perilaku pada anak-anak SMA kita bahwa praktik Ujian Nasional semakin baik, yakni dilaksanakan dengan semakin jujur," ujar Anies di Gedung Kemendikbud, Tanah Abang, Jakarta Pusat, Senin (9/5).
Pada pelaksanaan UN SMA dan sederajat tahun ini, sebanyak 19.952 sekolah menjalani UN, dimana 1.297 di antaranya berbasis komputer (UNBK) dan selebihnya masih menggunakan kertas dan pensil (UNKP).
Indeks Integritas UN SMA rata-rata dihimpun dari sekolah yang masih berbasis UNKP.
Dikatakan Anies, sehubungan dengan penyelenggaraan UN berbasis komputer, terjadi penurunan signifikan sekolah-sekolah yang sebelumnya menempati kuadran 4, yakni yang nilai UN-nya tinggi namun IIUN rendah.
Bila pada pelaksanaan UN 2015 sekolah SMA yang masuk kuadran 4 sebanyak 56,6 persen (7.041 sekolah), maka pada UN SMA tahun ini turun signifikan menjadi 41,7 persen (4.880 sekolah).
Sementara sekolah-sekolah di kuadran 2, yakni yang nilai UN rendah namun IIUN tinggi, meningkat dari UN SMA 2016 sebanyak 7,5 persen (935 sekolah) menjadi 8,3 persen (973 sekolah) pada UN 2016.
"Ini menunjukkan praktik kecurangan UN yang sistemik di sekolah-sekolah menurun signifikan," kata Anies.
Dalam kesempatan itu Anies pun menyampaikan apresiasi kepada para kepala daerah yang secara serius menunjukkan tekad untuk mewujudkan UN yang jujur. "Sekarang tidak ada lagi subsidi jawaban," katanya.
Hasil UN SMA dan sederajat 2016 sendiri telah diumumkan pada Sabtu (7/5/2016) lalu. Nilai hasil UN diolah dari 1.708.367 siswa SMA, 1.276.245 siswa SMK, 1.435 siswa SMALB, dan 258.921 peserta Paket C.
Pengolahan hasil UN tidak hanya memberikan nilai capaian untuk tiap mata pelajaran yang diujikan, tetapi juga tingkat kejujuran dalam pelaksanaan ujian nasional yang dinyatakan dalam IIUN.
Capaian rata-rata nilai UN SMA 2016 mengalami penurunan dibandingkan tahun 2015. Rata-rata nilai UN SMA 2015 adalah 61,93, sementara rata-rata nilai UN SMA 2016 adalah 55,3, atau terjadi penurunan 6,9 poin.
Anies menjelaskan, penurunan itu terjadi karena beberapa faktor. Pertama, makin meningkatnya kejujuran siswa dalam mengerjakan soal UN serta makin banyaknya sekolah yang menyelenggaralan UN berbasis komputer, sehingga siswa tidak bisa curang.
Kedua, dengan tidak digunakannya hasil UN dalam menentukan kelulusan siswa, keseriusan siswa dan guru dalam menghadapi UN juga disinyalir berkurang.
Faktor yang tak kalah penting, jelas Anies, adalah bentuk kisi-kisi UN 2016 yang tidak lagi berupa indikator soal yang rinci. Dengan kisi-kisi yang tidak rinci, maka bentuk soal ujian tidak lagi bisa ditebak oleh lembaga bimbingan belajar atau latihan soal intensif (drilling) yang cenderung menyempitkan kurikulum.
Selain itu, dalam UN 2016 jumlah soal dengan keterampilan berpikir orde tinggi juga ditingkatkan hingga mencapai 10 persen.
Perubahan-perubahan itu, kata Anies, dilakukan berdasarkan masukan, kritik, dan saran perbaikan Ujian Nasional dari berbagai kalangan pendidik dan pemerhati pendidikan.
"Perubahan itu juga bagian dari reformasi penilaian yang terus dilakukan untuk lebih mendorong siswa dan guru melakukan pembelajaran yang sejalan dengan kebutuhan kompetensi Abad 21," kata Anies.
Di sisi lain, sehubungan dengan UN SMP dan sederajat yang tengah berlangsung pekan ini, Anies juga menyatakan bahwa jumlah sekolah SMP yang menyelenggarakan UNBK pada tahun ini meningkat dibandingkan tahun sebelumnya.
Pada tahun 2015 lalu, SMP yang menyelenggarakan UNBK hanya 41 sekolah. Pada tahun ini jumlahnya bertambah signifikan menjadi 984 sekolah atau terjadi peningkatan sebesar 2.300 persen.
Berdasarkan data Kemendikbud, Jawa Timur menjadi provinsi dengan jumlah peserta dan penyelenggara UNBK terbanyak, disusul DKI Jakarta, Jawa Tengah, dan Kalimantan Timur. (gps)