Polisi Diduga Lewati Hasil Otopsi Telapak Tangan Akseyna
Polisi sudah memastikan Akseyna Ahad Dori (18) dibunuh. Kini polisi mencari motif pembunuhan untuk menetapkan tersangka.
WARTA KOTA, SEMANGGI - Polisi sudah memastikan Akseyna Ahad Dori (18) dibunuh. Kini polisi mencari motif pembunuhan untuk menetapkan tersangka.
Apabila tak ditemukan motif, maka polisi akan mengeluarkan Surat Perintah Penghentian Penyidikan (SP-3). Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya yang baru menjabat, Komisaris Besar Krishna Murti yang secara lantang menyakini Akseyna dibunuh.
Ada beberapa dasar yang membuat polisi mengarahkan kasus ini ke pembunuhan. Tapi menurut Ahli Forensik Almarhum Mun'im Idris, ada satu dasar yang dilewati polisi, yakni soal telapak tangan Akseyna.
Pertama hasil otopsi yang menunjukkan Akseyna masih hidup saat tenggelam. Sehingga menimbulkan kemungkinan Akseyna ditenggelamkan dalam kondisi tak sadar.
Kedua ditemukannya luka memar di beberapa tubuh Akseyna. Salah satunya di bagian belakang kepala. Luka memar dibelakang kepala itu terlihat dari adanya rembesan darah.
Dasar ketiga, yakni hasil analisa surat wasiat Akseyna oleh Grafolog Deborah Dewi yang menyimpulkan surat dibuat oleh dua orang. Ada bagian tulisan yang memang dibuat Akseyna. Tapi ada bagian tulisan yang dibuat oleh seseorang yang mencoba meniru tulisan Akseyna. Kemudian Deborah juga memastikan tanda tangan Akseyna di surat wasiat dibuat oleh orang yang mencoba meniru tanda tangan asli Akseyna.
Sedangkan alasan keempat adalah adanya keterangan saksi yang berubah-ubah dalam beberapa kali pemeriksaan. Makanya kemudian menimbulkan kecurigaan polisi. Soal keterangan saksi yang berubah-ubah diungkapkan oleh Mantan Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya, Komisaris Besar Heru Pranoto di beberapa kesempatan sebelum dirinya digantikan Komisaris Besar Krishna Murti pada Jumat (22/5/2015).
Dari segala dasar polisi menyeret kasus ini ke pembunuhan, tak ada pertimbangan dari hasil visum dan otopsi telapak tangan Akseyna.
Dalam sebuah perbincangan Wartakotalive.com dengan Almarhum Mun'im Idris tahun 2011 lalu, Mun'im pernah mengatakan bahwa telapak tangan kadang bisa jadi petunjuk seseorang tewas akibat bunuh diri atau dibunuh.
Seperti Mun'im pernah membantu polisi menyimpulkan sebab kematian Okeshi Naharan (12) yang melompat dari lantai 12 Apartemen di Jalan Pegangsaan II, Kelapa Gading, Jakarta Utara. Saat itu ada dua dugaan kematian Okeshi. Pertama tewas dibunuh dengan cara didorong, kedua Okeshi bunuh diri dengan cara terjun.
Hasil otopsi Mun'im saat itu menyimpulkan bahwa ada luka lecet di telapak tangan kanan Okeshi. Dari pola lukanya itu menunjukkan arah melompat korban, yakni dalam posisi menghadap jendela sebelum menjatuhkan diri. Dan jendela itulah yang Ia pegang terakhir sebelum menjatuhkan diri, makanya ada luka lecet itu. Polisi akhirnya mengambil kesimpulan Okeshi tewas akibat bunuh diri karena melihat posisi luka di tangan dan beberapa petunjuk lain.
Begitu pula dalam kasus seseorang tenggelam di danau atau kali, Mun'im pernah menjelaskan logika soal 'telapak tangan' ini tahun 2011 lalu kepada Wartakotalive.com, sebelum Mun'im meninggal pada September 2013.
Menurut Mun'im, orang yang tewas akibat terseret arus sungai pasti akan menimbulkan luka di telapak tangannya karena ada usaha untuk menghentikan terseretnya dengan cara memegang batu atau apapun di sungai. Berbeda apabila orang tersebut dibuang ke sungai saat sudah tewas, maka luka di telapak tangan bisa tak ada sama sekali.
Begitu pula dalam kasus Akseyna, telapak tangan juga menjadi penting untuk dilihat sebagai petunjuk menentukan Akseyna dibunuh atau bunuh diri.
Sebab Akseyna tewas di danau, sehingga ada kemungkinan tangannya bersentuhan dengan organisme apapun, tanah, bahkan batang pohon di pinggir danau saat Ia turun ke danau apabila Dia bunuh diri.
Apalagi di malam hari dimana diduga Akseyna tenggelam pada Rabu (25/3), kondisi Danau Kenanga UI ramai pemancing. Sehingga apabila Akseyna hendak bunuh diri Ia perlu turun dengan saat perlahan agar tak terdengar oleh para pemancing di seberang danau.
Dengan begitu persentuhan telapak tangan dengan tanah yang becek pasti tak terelakkan untuk menghindari bunyi yang terlalu mencolok sehingga terdengar pemancing. Kemudian tanah di sekitar danau pasti becek karena di hari Rabu Akseyna diduga tenggelam di danau hujan lebat mengguyur Jabodetabek seharian, termasuk Depok.
Belum lagi ada satu pekerjaan lain yang harus dilakukan Akseyna apabila Ia bunuh diri. Itu adalah memasukkan batu ke tas. Dan perlu persentuhan telapak tangan dengan enam batu itu apabila Akseyna memasukkan batu itu sendiri ke tasnya. Apabila telapak tangannya bersih dan tampak tak pernah bersentuhan dengan apapun dengan benda-benda disekitar danau, maka kemungkinan Akseyna dibunuh jadi makin kuat.(ote)