Koran Warta Kota

Bocah 8 Tahun Diusir Ayahnya

Lima bocah masing-masing L (10), C (10), Da (8), Al (5), dan Dn (4), langsung tiarap begitu melihat sang ayah UP (50) di hadapannya.

Editor: Suprapto
Warta Kota/Fitriyandi Al Fajri
Rumah Utomo Permono (45) dan Nurindria (42), pasangan suami istri yang diduga menelantarkan kelima anaknya di Perumahan Citra Grand Cluster Nusa 2 blok E No. 37 RW 11, Kelurahan Jatikarya, Kecamatan Jatisampurna, Kota Bekasi. Rumah berlantai dua itu tampak kotor dan dipenuhi sampah di teras rumahnya. Warga mengenal mereka sebagai pasutri yang tidak taat dengan nilai kebersihan. 

WARTA KOTA, CIBUBUR— Lima bocah masing-masing L (10), C (10), Da (8), Al (5), dan Dn (4), langsung tiarap begitu melihat sang ayah UP (50) berada di hadapannya. Mereka bertemu di Markas Polda Metro Jaya, Jakarta, Kamis (14/5). Da bahkan sampai menjerit-jerit ketakutan.

Beberapa anggota polisi dan pengurus Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), kaget melihat adegan itu. "Tadi serentak lima-limanya langsung tiarap pas melihat ayahnya. Mereka langsung tutup muka kayak enggak mau lihat, apalagi yang cowok," kata Kanit 1 Subdit Jatanras Direskrimum Polda Metro Jaya Komisaris Budi Towuliu.

Kelima anak pasangan UP dan Nur (42) itu baru saja diamankan Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) bersama polisi dari rumahnya di perumahan Citra Gran di Jalan Alternatif Cibubur, Jati Sampurna, Bekasi.

Da adalah anak yang selama satu bulan diduga ditelantarkan kedua orangtuanya itu. Da harus melawan dinginnya malam hari saat tidur di pos satpam perumahan selama tiga pekan karena diusir oleh orangtuanya. Bahkan bocah malang itu juga harus menahan rasa lapar karena tidak diberi makan oleh orangtuanya.

Di keluarga itu, Da adalah anak ketiga dan satu-satunya anak laki-laki. Dua kakak perempuannya kembar bernama L dan C, sedangkan adiknya Al dan Dn.

Meski tinggal di perumahan elite, kondisi rumahnya sangat jauh dari bersih. Bagian teras rumah dipenuhi sampah bekas pampers, plastik makanan, minuman bahkan softex. Tak ayal, di rumah itu menyeruak aroma busuk sejauh tiga meter.

Pasangan suami istri (pasutri) UP dan Nur akhirnya harus berurusan dengan pihak kepolisian. Sebab pasutri yang baru setahun tinggal di Perumahan Citra Gran Cluster Nusa 2 blok E No. 37 RW 11, Kelurahan Jatikarya, Kecamatan Jatisampurna, Kota Bekasi ini diduga menelantarkan kelima anaknya.

Fatimah selaku Benda­hara RW setempat mengaku, warga perumahan merasa iba dengan apa yang dialami Da. Bahkan para tetangga sudah berencana merawat Da, namun selalu mendapat perlawanan dari sang ayah.

Menurutnya, sang ayah yang bekerja sebagai dosen di salah satu sekolah tinggi daerah Cileungsi, Kabupaten Bogor ini memiliki perilaku yang tempramental. "Saya saja yang menolong Da selalu dimarahi dan malah dibilang mau menculik anaknya. Padahal saya hanya kasih makan dan memberikan baju saja," kata Fatimah pada Kamis (14/5) petang.

Fatimah mengatakan, selama diusir dari rumah Da hanya bisa berkeliaran dengan sepedanya di perumahan. Da tidak berani pulang ke rumah, karena takut mendapat perilaku kasar dari UP. Selama ini, UP memang kerap menganiaya DA dengan tangan kosong, bila bocah malang itu membuat dirinya jengkel.

Warga yang melihat kejadian ini, telah berkali-kali mengingatkan UP agar jangan kasar dengan anaknya. "Kami sebagai tetangga sudah mengingatkan berkali-kali, tapi malah galakan dia. Dia menganggap ini cara mereka mendidik anak laki-kali," jelas Fatimah.

Sugeng Pribadi, Ketua RW setempat menambahkan, warga pernah memberi nasehat kepada orangtua Da, namun mereka berdalih Da merupakan anak yang nakal dan kerap membuat orangtua geram. Akibat diusir, Da jadi bolos sekolah selama tiga pekan. "Kami sudah bertemu dan lakukan pendekatan persuasif, tapi selalu saja perbuatannya diulangi sampai warga berinisiatif melapokan kejadian ini ke KPAI," katanya.

Asep Hilman (42) tetangga pelaku, mengatakan UP dan Nur merupakan pasutri yang tertutup. Mereka tidak pernah bergaul dengan masyarakat sekitar, bahkan pintu rumahnya selalu ditutup rapat.

Sepengetahuan Asep, Da merasa terasingkan sejak keluarga itu menetap di sana. Apabila pintu rumah dikunci, Da kerap tidur di teras tanpa selimut dan beralaskan koran. "Baru-baru ini saja dia tidur di pos satpam, sebelumnya tidur di teras," kata Asep.

Asep mengaku, ia tak yakin UP bekerja sebagai dosen. Sebab pria berdarah Jawa Timur itu, jarang ada di rumah dan cenderung pulang ke rumah pada dini hari. Dia menduga, UP bekerja di salah satu tempat hiburan malam.

Halaman
12
Sumber: Warta Kota
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved