Jembatan Cinta Laris Buat Pacaran, Pedagang Pun Berdatangan
"Kan kasihan orang lagi pacaran harus turun jauh-jauh cuma buat beli minuman. Makanya kami jualan di sini..."
WARTA KOTA, PASAR REBO - "Kan kasihan orang lagi pacaran harus turun jauh-jauh cuma buat beli minuman. Makanya kami jualan di sini..."
Begitu penjelasan Bambang (34), seorang pedagang air minum kemasan dan minuman ringan yang biasa mangkal di flyover Pasar Rebo, Jalan Raya Bogor, Jakarta Timur, Kamis (3/7/2014) malam. Menurut Bambang, flyover Pasar Rebo sudah penuh sesak oleh pedagang sejak lima tahun lalu. Pemantiknya tak lain banyaknya muda-mudi yang pacaran di jalan layang itu.
Malam itu, Bambang adalah satu dari sekian banyak pedagang yang tampak mangkal di flyover Pasar Rebo. Setidaknya, terdapat lebih dari 20 gerobak dagangan yang menempati lapak di flyover yang dibangun pada 2005 tersebut. Mereka kebanyakan berjualan minuman, buah, bakso, dan mi ayam.
Bambang mengaku belum lama berjualan di flyover. Biasanya ia berjualan di sekitar 'terminal bayangan' Pasar Rebo, menyasar pengguna angkutan umum. "Tapi kalau di bawah kan saingannya banyak. Makanya coba ikut teman jualan di flyover. Walaupun saingannya juga makin banyak tapi masih bisa bawa pulang uang," kata Bambang.
Menurut Bambang, berjualan di flyover cukup menyenangkan. Ia bisa menikmati pemandangan sekitar Pasar Rebo dari atas flyover. Selain itu, dia juga bisa menonton orang pacaran. "Saya heran, anak-anak sekarang pada berani banget. Walaupun dilihatin, mereka cuek aja cium-ciuman," ujar Bambang.
Dikatakan Bambang, ia dan teman-teman biasa dagang hingga pukul 23.00. Yang paling ramai adalah Jumat dan Sabtu malam. Memasuki pukul 21.00 di hari-hari tersebut, kata dia, pasangan yang ingin menyalurkan hasratnya sampai kesulitan mendapat 'lapak', karena sudah keduluan oleh pecinta yang lain.
Bambang mengakui, saat kasus tewasnya seorang pemuda akibat dibacok penjahat pada April lalu, pedagang sempat hilang dari flyover Pasar Rebo. Bersamaan dengan 'hilang'-nya pasangan muda-mudi untuk sementara. Namun, beberapa pekan kemudian jembatan layang itu kembali ramai.
"Selama ini sih kita jarang diusir polisi. Paling kalau ada patroli polisi, kita disuruh pulang ya pulang. Besoknya balik lagi," katanya seraya tertawa.
Kamis malam itu, dagangan Bambang dan rekan-rekannya laku. Apalagi waktu berbuka puasa belum lama tiba. Kira-kira 50 motor terparkir berjejer di pinggir flyover. Baik di jalur arah Cililitan, maupun di seberangnya (arah Bogor). Para penunggang motor dan pembonceng asyik menikmati sajian pedagang. Seperti buah pepaya, nanas, melon, dan minuman manis.
Pembeli minuman dan buah itu bukan hanya pekerja yang sengaja mampir untuk berbuka puasa. Belasan pasangan muda-mudi juga ikutan jajan. Namun karena suasana cukup ramai, para pasangan ini tidak berani melakukan perbuatan lebih jauh. Beberapa pasangan hanya terlihat makan mesra. Tanpa kontak fisik.
"Wah, suasananya sudah seperti pasar malam," kata Fadly (26), karyawan swasta yang kebetulan menepi di flyover Pasar Rebo untuk sekadar menikmati buah pepaya.
Fadly mengaku tidak masalah bila pemotor berhenti untuk sekadar beristirahat atau jajan buah dan beli minuman di flyover. Namun ia sama sekali tak senang melihat pemandangan orang pacaran di jalan raya tersebut. "Norak. Kayak nggak ada tempat lain aja. Hotel yang murah kan banyak," kata Fadly.
Tidak hanya flyover Pasar Rebo yang 'dikuasai' pedagang. Flyover lain di Jakarta pun tak luput dari sasaran mereka. Seperti flyover Kalibata (Jakarta Selatan) dan flyover Buaran (Jakarta Timur). Namun, jumlah pedagang di flyover-flyover lain tidak ada yang bisa mengalahkan jumlah pedagang di 'jembatan cinta' Pasar Rebo.