Commuter Line Tidak Bisa Ditebak
Di saat minat penumpang KRL Commuter Line terus melonjak, sejumlah kendala masih harus dihadapi.
WARTA KOTA, PALMERAH - Di saat minat penumpang KRL Commuter Line terus melonjak, sejumlah kendala masih harus dihadapi. Antara lain waktu kedatangan yang sering meleset dari jadwal. Penumpang pun mengeluh.
Menurut Direktur Utama PT KAI Commuter Jabodetabek, Tri Handoyo, hal itu sulit diatasi. Dalam arti, jam kedatangan Commuter Line memang tidak bisa ditebak. Pasalnya, rel yang digunakan Commuter Line masih berbagi dengan kereta luar kota, yang memiliki karakteristik berbeda.
Ia mencontohkan Commuter Line jurusan Tanah Abang-Serpong yang tidak bisa tepat waktu karena di Stasiun Sudimara perlu menunggu kereta Rangkasbitung melintas. Demikian pula dengan jurusan Jabodetabek yang kerap terjadi antrean di Stasiun Manggarai.
"Kami hanya bisa menjamin waktu keberangkatan kereta. Soal tiba di stasiun berikutnya jam berapa, kita angkat tangan. Karena relnya masih berbagi dengan jalur luar kota," ujarnya belum lama ini.
Begitu juga dengan headway atau jarak satu kereta dengan kereta berikutnya pada kereta Serpong dengan Jabodetabek tidak bisa disamakan.
Jadwal headway kereta jurusan Jakarta-Bogor sekitar 7 menit. Sedangkan tujuan Tanah Abang-Serpong bisa 25 menit. Perbedaaan ini disebabkan banyak faktor, di antaranya ketersediaan daya listrik sebagai penggerak lokomotif, serta kondisi rel kereta yang usianya tua.
"Kalau jurusan Serpong itu daya listriknya juga kurang dan kondisi relnya tua. Khawatirnya kalau headway dipercepat tidak mampu," kata Handoyo.
Tak masuk kota
Terpisah, Wakil Menteri Perhubungan Bambang Susantono mengatakan, ketidakpastian jadwal kedatangan KRL sudah dibahas dan sedang disinkronkan ke dalam 17 langkah mengatasi kemacetan.
Rencananya, permasalahan itu ditangani dengan memisahkan pola operasi kereta jurusan luar kota dengan dalam kota, tidak menyatu seperti saat ini.
"Nantinya kereta loop line itu melintas lewat jalan layang, dan kereta luar kota tidak masuk ke dalam kota," ujar Bambang saat ditemui di Stasiun Bogor, baru-baru ini.
Selain perjalanan lebih lancar, ke depannya pergerakan kereta bisa dipantau secara real time. Posisi kereta bisa dipantau secara cepat melalui teknologi canggih. "Tahun depan sistemnya bisa dilihat, yakni sistim integrasi dengan menggunakan smarthphone. Tinggal pemotongan pulsa," ujarnya.
Selain pemisahan rute perjalanan, moda transportasi ke depan itu akan terhubung dengan moda lain. Sehingga fungsi stasiun kereta api nantinya bukan saja untuk penumpang KA tetapi bersinggungan dengan moda lain.
Kedatangan 180 unit gerbong baru dari Jepang, serta penambahan daya pada tahun 2014 diharapkan bisa membantu memperlancar perjalanan kereta api. "Paling tidak bisa mengurangi kepadatan kereta tahun depan," ujar Bambang.
Perbaiki AC
Menurut Tri Handoyo, pihaknya memiliki 600 unit kereta api (gerbong), ditambah 180 unit kereta baru. Unit baru itu disiapkan sebagai kereta pengganti unit yang sudah tidak layak pakai. Seperti kereta yang pendingin ruangannya bermasalah.
"Kereta baru ini bukan untuk mempercepat atau menambah frekuensi (perjalanan), akan tetapi mengganti kereta yang kurang bagus. Target kita tahun ini memperbaiki AC. Jadi kalaupun perjalanan terlambat tapi kalau dingin itu bisa nyaman," ujarnya.
Berdasarkan data, sekitar 200 dari 1.100 unit AC bermasalah. Rata-rata pada satu gerbong terpasang dua unit AC yang menampung maksimal 180 penumpang. Persoalan AC ini menjadi prioritas KCJ setahun ke depan.
"Target saya satu bulan itu paling tidak 8 unit AC diperbaiki. Dan itu terus berkelanjutan," ujarnya. (nir)