Lingkungan Hidup
Kualitas Udara Jakarta Memburuk Dalam Tiga Bulan Ke depan
Kualitas udara Jakarta akan memburuk dalam tiga bulan ke depan karena mulai memasuki musim kemarau.
Harapan warga Jakarta untuk menghirup udara yang bebas polusi belum bisa terwujud dalam waktu dekat.
Kualitas udara di sekitar Ibukota bahkan diprediksi bakal makin buruk saat memasuki musim kemarau dalam tiga bulan ke depan.
Hal itu disampaikan Andono Warih, Pelaksana Tugas (plt) Kepala Dinas Lingkungan Hidup DKI di Gedung DPRD DKI, Jalan Kebon Sirih, Gambir, Jakarta Pusat, Rabu (3/7/2019).
"Tiga bulan ke depan akan panas terus, enggak ada hujan," ujar Andono, seperti dilansir Kompas.com.
Andono mengatakan, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisiko (BMKG) telah memperingatkan, dalam kondisi cuaca yang panas seperti itu partikel-partikel debu yang dihasilkan oleh aktivitas di Jakarta akan membentuk lapisan di atmosfer.
• Kualitas Udara Jakarta Bakal Jadi Masalah Saat Asian Games 2018
"Cuaca panas selama musim kemarau, dan tidak adanya hujan membuat lapisan partikel debu itu bertahan di atmosfer dan mempengaruhi tingkat polusi udara," ujarnya.
Menurut Andono, tingkat polusi di Jakarta secara umum hampir sama sepanjang tahun.
Akan tetapi, pada musim kemarau kualitas udara cenderung lebih buruk dibandingkan saat musim penghujan.
"Yang membuat berbeda di saat musim penghujan, lapisan partikel polusi di atmosfer dibersihkan oleh hujan. Ibaratnya seperti dibilas kotorannya. Sedangkan di musim kemarau, kotorannya menumpuk," ujar Andono.
• Pemprov DKI Sanggah Data AirVisual, Tegaskan Kualitas Udara Jakarta Tak Sepenuhnya Buruk
Indeks Kualitas Udara
Menurut data AirVisual, aplikasi pengukur kualitas udara berbagai kota di dunia, menunjukkan, Indeks Kualitas Udara atau Air Quality Index (AQI) di Jakarta termasuk kategori unhealthy atau tidak sehat.
Per 3 Juli 2019, Indeks Kualitas Udara Jakarta menunjuk pada angka 114.
Angka itu berarti kualitas udara Jakarta tidak sehat, terutama bagi kelompok warga tertentu yang sensitif, seperti anak-anak, orangtua, dan mereka yang memiliki masalah pada pernapasan.
Penyebab polusi tertinggi di Jakarta berasal dari gas buang kendaraan bermotor, diikuti aktivitas rumah tangga dan pekerjaan pembangunan.