Ratusan Orang di Bekasi Derita HIV Selama Lima Bulan

Cara penyebaran virus ini beragam, dari penggunaan jarum suntik secara bergantian, hingga perilaku seks bebas tanpa dilindungi alat pengaman.

Penulis: Fitriyandi Al Fajri |
Istimewa
ILUSTRASI Pegiat HIV/AIDS 

Sebanyak 109 orang di Kota Bekasi terserang penyakit Human Immunodeficiency Virus (HIV) dalam kurun lima bulan dari Januari hingga Mei 2019.

Cara penyebaran virus HIV beragam, dari penggunaan jarum suntik secara bergantian, hingga perilaku seks bebas tanpa dilindungi alat pengaman.

Pengelola Program HIV pada Dinas Kesehatan Kota Bekasi Dadang Otrismo mengatakan, metode penyebaran virus ini paling banyak akibat perilaku seks bebas.

Jumlah penderitanya juga beragam namun didominasi dari kalangan produktif dari usia 18 sampai 47 tahun.

"Untuk kasus HIV yang terhitung sejak Januari sampai Mei 2019 kebanyakan usia dewasa," kata Dadang pada Senin (24/6/2019).

Menurutnya, kebanyakan penyandang dari penyakit ini didominasi dari kaum laki-laki sekitar 75 persen, sedangkan sisanya 25 persen berjenis kelamin perempuan.

Penyanyi Psy Diperiksa Polisi Terkait Kasus Layanan Prostitusi

Stray Kids Rilis Single Baru Side Effect

Kang Daniel Siap untuk Debut Solo Karir

Kaum laki-laki lebih banyak menderita penyakit ini karena perilaku yang kurang baik dengan cara sering mengganti pasangan saat melakukan hubungan seks.

Berdasarkan data yang dia punya, pada 2017 lalu ada 554 pasien Orang dengan HIV/AIDS (ODHA).

Namun pada 2018 lalu menurun menjadi 360 orang dengan kategori pasien baru ODHA.

"Tentu kami berharap agar setiap tahun mengalami penurunan karena sejak 2004, ada sekitar 4.000 orang di Kota Bekasi yang dinyatakan positif HIV," ujarnya.

Melihat fenomena itu, kata dia, pemerintah daerah kemudian membuka tes kesehatan pada penyakit HIV ini di seluruh puskesmas yang ada di Kota Bekasi.

Bagi warga yang ingin memastikan ada atau tidaknya penyakit ini di tubuh, bisa memeriksakan kesehatannya ke puskesmas terdekat.

Berbeda dengan AIDS, penderita HIV memang memiliki risiko yang lebih rendah terhadap kematian.

Namun penyakit ini tidak bisa dianggap sepele, sebab selama hidupnya mereka diwajibkan mengonsumsi obat antiretroviral (ARV) guna menekan penyebaran virus di tubuhnya

Halaman
12
Sumber: Warta Kota
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved