Aksi Terorisme
Alasan Polisi Sebut Pelaku Bom Sukoharjo yang Sehari-hari Sebagai Tukang Gorengan Masih Amatir
"Rekam jejaknya di kelompok masih belum terlihat demikian juga rekam jejak aksi yang bersangkutan belum terbaca."
Penulis: Budi Sam Law Malau |
Polisi memastikan bahwa pelaku bom bunuh diri di Pos Polisi Tugu Kartasura, Sukoharjo, Jawa Tengah, Senin (3/6/2019) malam yakni Rofik Asharuddin (22).
Pelaku bom bunuh diri merupakan warga yang tempat tinggalnya terletak sekitar satu kilometer dari lokasi kejadian.
Rofik Asharuddin diduga kuat terpapar paham radikal ISIS meski belum ditemukan terafiliasi dengan kelompok radikat tertentu di Indonesia.
Karo Penmas Divisi Humas Polri Brigjen Dedi Prasetyo mengatakan, berdasarkan pemeriksaan sementara tim Densus 88 terhadap pelaku menyatakan rekam jejak pelaku belum dapat diketahui.
Saat ini, pelaku dirawat di rumah sakit karena mengalami luka-luka.
• Update Terbaru Kondisi Pelaku Bom Bunuh Diri Sukoharjo, Sudah Sadar Lalu Bicarakan Ini
"Hasil pemeriksaan sementara Densus 88, pelaku adalah amatir. Rekam jejaknya di kelompok masih belum terlihat demikian juga rekam jejak aksi yang bersangkutan belum terbaca," katanya.
Menurut Dedi, pelaku diduga tidak masuk dalam jaringan atau kelompok yang terstruktur.
Aksi pelaku yang melakukan bom bunuh diri lewat cara memasang bom di pinggang tidak berhasil.
"Pelaku mengalami luka di bagian perut dan tangan kanan. Kondisinya saat ini stabil dan dalam pemulihan serta sudah bisa berkomunikasi," kata Dedi.
Dia menjelaskan, keseharian pelaku diketahui sebagai pedagang gorengan. "Ia jualan gorengan atau tukang molen," kata Dedi.
Dari hasil pemeriksaan terhadap keluarga dan lingkungannya, kata Dedi, pelaku pendiam, jarang bergaul dan tertutup.
• Polisi Sebut Dugaan Sementara Terduga Pelaku Bom Bunuh Diri 1 Orang, Warga Ungkap Identitas Pelaku
"Bahkan saat melakukan aksi kemarin, dia tidak berpamitan dengan keluarga," ujar Dedi.
Terkait pasca-kejadian tersebut, Densus 88 dan tim antiteror Polda Jateng terus melakukan upaya maksimal preventif strike.
Upaya itu dilakukan untuk memitigasi dan mengantisipasi segala kemungkinan aksi terorisme yang mungkin terjadi.
Aksi terorisme itu, kata Dedi, bisa dilakukan baik itu oleh jaringan yang terstruktur maupun lone wolf sleeping sel yang terpapar paham radikal.
Dari hasil pemeriksaan bahan material bom di tubuh pelaku, di lokasi kejadian dan di rumah oran gtua pelaku, hasilnya identik.
Dipastikan bom yang dipakai pelaku saat kejadian adalah berdaya ledak rendah atau low explosive.