Jaringan Rel MRT Akan Dikembangkan Sampai 223 Km, LRT Sampai 116 Km

Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan telah mengajukan 9 proyek infrastruktur senilai Rp 571 triliun ke Presiden Joko Widodo beberapa waktu lalu.

Warta Kota/Joko Supriyanto
Suasana di dalam kereta MRT Jakarta yang melaju dari Bundaran HI ke Lebak Bulus 

Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan telah mengajukan 9 proyek infrastruktur senilai Rp 571 triliun ke Presiden Joko Widodo beberapa waktu lalu.

Dalam sidang pleno Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) DKI Jakarta, Rabu (10/4), Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro mengungkapkan rincian dari sembilan infrastruktur yang didukung olehnya itu.

Proyek infrastruktur yang dimaksud antara lain: pengembangan jaringan rel kereta moda raya terpadu (MRT) menjadi 223 kilometer senilai Rp 214 triliun, lalu pengembangan jaringan rel kereta light rail transit (LRT) menjadi 116 kilometer senilai Rp 60 triliun, juga pengembangan panjang rute Transjakarta menjadi 2.149 kilometer senilai Rp 10 triliun.

Selain itu adalah pembangunan jaringan rel elevated loopline sepanjang 27 kilometer senilai Rp 27 triliun, kemudian penyediaan permukiman hingga 600.000 unit (fasilitas pembiayaan 30 persen) senilai Rp 90 triliun, dan peningkatan cakupan air bersih hingga 100 persen penduduk DKI senilai Rp 27 triliun.

Proyek lainnya adalah peningkatan cakupan jaringan air limbah hingga 81 persen penduduk DKI senilai Rp 69 triliun, lalu revitalisasi angkot (first and last mile transport) hingga 20.000 unit senilai Rp 4 triliun, serta pengendalian banjir dan penambahan pasokan air senilai Rp 70 triliun.

                                 Partisipasi swasta

Bambang menyebut delapan dari sembilan proyek itu tak harus didanai APBD ataupun APBN.

DKI bisa melakukan kerja sama pemerintah dengan badan usaha (KPBU) ataupun fasilitas pembiayaan investasi non-anggaran pemerintah (PINA) yang tersedia di Bappenas.

"Usulan Pemerintah DKI untuk membangun infrastruktur sampai 2030 sedang kami dorong untuk diarahkan mayoritas tidak mengandalkan APBN/APBD, tapi mengandalkan kerja sama pemerintah badan usaha (KPBU) ataupun partisipasi swasta secara penuh," ujar Bambang di Balai Kota DKI Jakarta.

Menurut Bambang, proyek yang tidak bisa dikerjasamakan dengan swasta hanyalah revitalisasi angkot.

Untuk proyek yang bisa dikerjasamakan dengan swasta, dua di antaranya bisa dibayari pihak swasta terlebih dahulu atau menggunakan skema availability payment (AP).

Cicilan dengan KPBU-AP dilakukan setelah proyek infrastruktur selesai dan dinikmati manfaatnya oleh masyarakat.

Kedua infrastruktur yang dimaksud ialah pengembangan rute Transjakarta dan pengendalian banjir.

Sementara sisanya bisa lewat penyediaan layanan dan pendapatan tarif.

Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengaku sejak awal pihaknya berencana memanfaatkan investasi dari swasta untuk mendanai proyek ini.

"Justru kami melihat ini adalah rencana pembangunannya, lalu opsi pendanaannya kami sedang bicarakan. Nanti sesudah fix setiap aspek, kami akan beritahukan," ujar Anies. (Kompas.com)

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved