Pilpres 2019

Wiranto: Yang Kurus Bisa Gemuk, yang Gemuk Bisa Kurus Kalau Nasibnya Sengsara

Wiranto menganalogikan memilih pemimpin di Pilpres 2019 seperti memilih sopir bus.

Warta Kota/Rangga Baskoro
Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan Wiranto saat menjadi Inspektur Upacara Apel Gelar Pasukan TNI-Polri dalam rangka pengecekan kesiapan aparat gabungan menyambut pengamanan kampanye terbuka dan pemungutan suara Pemilu 2019, Jumat (22/3/2019). 

MENTERI Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menkopolhukam) Wiranto menganalogikan memilih pemimpin di Pilpres 2019 seperti memilih sopir bus.

Indonesia dia analogikan sebagai bus. Sedangkan sopirnya adalah cermin dari sosok sang presiden.

Katanya, sopir yang mengendarai bus tersebut diibaratkan sedang menuju kota tujuan akhir, namun harus lebih dahulu melewati beberapa halte.

Tak Setuju Rp 8.500, Anies Baswedan Ingin Tarif MRT Jakarta Lebih Murah Daripada Ojek Online

Saat ini, sang sopir bus itu telah berhasil melewati halte pertama dan sedang berusaha menuju halte pemberhentian kedua.

"Saya selalu mengibaratkan Indonesia adalah orang yang begitu banyak, naik bus yang besar sekali yang namanya Indonesia, akan mencapai kota tujuan di sana, belum sampai, masih di etape pertama, menuju etape kedua," tutur Wiranto dalam sambutannya di acara Rakornas Kewaspadaan Pemilu 2019 di Hotel Grand Paragon, Jakarta Pusat, Rabu (27/3/2019).

Dalam perjalanan menuju tempat pemberhentian pertama, lanjutnya, sang sopir tampak bagus di belakang kursi kemudinya. Dia hati-hati, pintar, dan cukup mahir menjaga bus-nya tetap dalam lajur yang benar.

Amien Rais Minta Rekapitulasi Suara Tak Digelar di Hotel Borobudur, Katanya Banyak Jin dan Genderuwo

"Etape pertama sudah bagus, sopir busnya sudah hati-hati, dia pintar, mahir dan sampai pada tujuan pertama," ucapnya.

Atas ceritanya tadi, Wiranto mengatakan kesempatan Pemilu layaknya memilih sopir bus, terlihat cukup mudah dan tidak ribet.

Poinnya, pemilih dibebaskan pada pilihan sopir bus yang punya pengalaman atau tidak pengalaman, berilmu atau tidak punya ilmu, sopir sabar atau yang galak. Sesederhana itu, kata Wiranto.

Ingatkan Fatwa Golput Haram, Maruf Amin: Jangan Buang Suara

"Tinggal dipilih kan? Sebenarnya sederhana saja, tetapi kok jadi sulit? Maka saya jelaskan, sederhanakan saja. Ini enggak kampanye, ini realitas," papar Wiranto seraya disambut tepuk tangan para hadirin yang memenuhi ruangan acara.

Sebagai pemeluk Agama Islam, Wiranto berujar dalam hadis yang ia dengarkan dari seorang kiai, bahwa berikanlah sesuatu perkara kepada seorang yang memang ahlinya, dan bukan sebaliknya.

Karena bila diberikan pada mereka yang tidak ahli, maka kehancuran tatanan negara hanya tinggal menunggu waktu saja.

Rocky Gerung: KPU Seperti Front Office, Rapi di Depan tapi Ruang Rapat Direksinya Rencanakan Curang

Alasan yang ia catut dari hadis itu disebut sangat rasional. Untuk itu, Wiranto mengajak para pemilih memutuskan pilihan pada mereka yang benar-benar ahli.

"Di dalam salah satu hadis, yang menyatakan bahwa berikan suatu perkara kepada ahlinya, kalau bukan ahlinya, maka tunggu kehancurannya. Saya bukan kiai, tetapi saya dengar dari kiai. Berikan perkara kepada ahli, kalau bukan ahli, maka tunggu kehancurannya, itu normal, itu rasional," paparnya.

"Sukses, dalam kamus itu ada kesinambungan, pembangunan ini tidak boleh berhenti, harus berlanjut," imbuhnya.

Bangga Lihat Spanduk dari Karung Beras, Prabowo: Baliho Prabowo-Sandi Ada di Hati Rakyat!

Halaman
12
Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved