2 Pasien Terduga DBD di Depok Meninggal dari Sejumlah 504 Pasien DBD
Jadi, informasi yang kita dapat, memang ada yang meninggal. Tapi apakah meninggalnya karena DBD, ini masih kita investigasi.
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat, belum lama ini, merilis jumlah pasien meninggal dunia akibat penyakit demam berdarah dengue (DBD) di tiap kabupaten/kota.
Di antara pasien yang meninggal, dua orang disebut berasal dari Kota Depok.
Umi Zakiati, Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Kota Depok, membenarkan ada dua orang yang meninggal di Depok.
Namun, dia membantah dua pasien itu sudah pasti meninggal akibat DBD.
"Jadi, informasi yang kita dapat, memang ada yang meninggal. Tapi apakah meninggalnya karena DBD, ini masih kita investigasi," ujar Umi saat ditemui di kantornya, Balai Kota Depok, Senin (4/2/2019).
Umi mengatakan, dua pasien itu sebelumnya dirawat di rumah sakit (RS) swasta di Depok dan meninggal sekitar pertengahan Januari 2019.
Namun, dia tak bersedia mengungkap identitas pasien dan RS yang merawatnya.
"Kita sudah melakukan PE (penyelidikan epidemologi) sejak minggu lalu untuk mengetahui penyebab pasien meninggal. Kalau hasilnya sudah keluar, nanti kita ungkap dan tentunya harus koordinasi dulu dengan rumah sakit," katanya.
Terus meningkat
Umi mengatakan, berdasarkan laporan RS ke Dinas Kesehatan Kota Depok, jumlah pasien yang terindikasi DBD terus meningkat. Sejak 1-31 Januari 2019, angka pasien suspect DBD yang menjalani perawatan mencapai 504 pasien.
"Dari 504 pasien itu, yang sudah dapat dipastikan menderita DBD sebanyak 436. Sementara sisanya masih diduga," bilang Umi. Dia mengatakan, angka 504 merupakan kalkulasi baik yang masih dirawat atau pun sudah sembuh.
Diungkapkannya, hingga kini terdapat lima dari 63 kelurahan se-Kota Depok yang memiliki kasus DBD terbanyak. Kelima kelurahan itu antara lain Cipayung (38 kasus), Beji (36 kasus), Pancoran Mas (34 kasus), Ratujaya (30 kasus), dan Harjamukti (22 kasus).
Angka kasus DBD diperkirakan masih akan terus meningkat seiring dengan musim hujan yang belum berakhir. Namun, dia berharap jumlah penderita DBD dapat menurun meski hujan masih terus mengguyur kota belimbing itu.
"Penginnya sih angkanya menurun tidak perlu tunggu sampai musim hujan berakhir. Makanya warga harus ikut menjaga rumahnya masing-masing agar bersih dari jentik nyamuk," katanya.
Sesuai edaran Wali Kota Depok, Mohammad Idris Abdul Shomad, Umi mengimbau warga untuk melakukan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) minimal satu minggu sekali.
"Tidak perlu setiap hari. Cukup satu minggu sekali tapi rutin. Karena waktu yang dibutuhkan dari jentik menjadi nyamuk itu 8-9 hari. Jadi, sebelum menjadi nyamuk, kita harus berantas jentiknya," bilangnya.
PSN dapat dilakukan dengan cara 3M Plus, yakni menguras, menutup, dan memanfaatkan kembali atau daur ulang barang bekas yang berpotensi menjadi sarang nyamuk, plus sejumlah pencegahan seperti menabur bubuk larvasida, menggunakan obat nyamuk, kelambu, memelihara ikan pemakan jentik, menanam tumbuhan pengusir nyamuk, dan sebagainya.