Tsunami Pantai Anyer
Ibunda Sebut Dylan Sahara Meninggal Sejajar dengan Panggung
Saat sampai di ruang jenazah, ia melihat langsung bahwa jenazah wanita tersebut adalah Dylan Sahara.
Penulis: Arie Puji Waluyo |
Laporan Wartawan WARTAKOTALIVE.COM, ARIE PUJI WALUYO
WARTA KOTA, HALIM - Istri vokalis grup band Seventeen, Riefian Fajarsyah alias Ifan (35), yakni Dylan Sahara menjadi korban atas tsunami di Selat Sunda, yaitu di Banten dan Lampung.
Dylan Sahara menjadi korban ketika dirinya ikut menemani Ifan, yang saat itu sedang manggung dengan Seventeen, di sebuah acara gathering Perusahaan Listrik Negara (PLN), di Tanjung Lesung Beach Resort, Banten.
Setelah dua hari tidak ada kabarnya, Dylan Sahara ditemukan meninggal dunia dan dibawa ke salah satu Rumah Sakit (RS), di kawasan Serang, Banten.
Ibunda Dylan Sahara yang enggan menyebutkan namanya mengatakan, bahwa ia menemukan anaknya ketika ia berada di Serang, Banten dan saat menuju satu RS.
"Jadi saya menuju Tempat Kejadian Perkara (TKP) itu satu hari setelah kejadian. Tetapi, saya tidak boleh melihat TKP, karena masih steril. Kemuidian, Senin (24/12/2018) pagi saya menuju rumah sakit dan langsung bertemu dia (Dylan)," kata ibunda Dylan Sahara, ketika ditemui di Bandara Halim Perdanakusuma, Halim, Jakarta Timur, Selasa (25/12/2018) dini hari.
Ketika tiba di RS, ibunda yang ditemani oleh calon menantunya itu, meminta ke pihak RS untuk diarahkan menuju ruang jenazah.
Saat sampai di ruang jenazah, ia melihat langsung bahwa jenazah wanita tersebut adalah Dylan Sahara.
"Iya pas ke RS pertama Senin pagi, langsung ketemu. Iya memang rezeki saya (langsung ketemu)," ucapnya.
"Pas di RS juga bertemu anak-anak kecil dan itu anak-anak Bani (basis Seventeen), semuanya hidup," tambahnya.
Setelah memastikan bahwa jenazah wanita itu adalah Dylan Sahara, ibunda mengaku meminta diantarkan menuju TKP.
"Saya dapat informasi, bahwa Dylan itu ya sejajar dengan panggung. Tapi saya mencoba tegar banget," ungkap ibunda Dylan Sahara.
Diberitakan sebelumnya, gelombang tinggi menerjang pesisir Serang dan menyebabkan sejumlah kerusakan di wilayah Selat Sunda, seperti Lampung Anyer, dan Banten.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyatakan bahwa gelombang itu merupakan tsunami.
BMKG menyampaikan kesimpulan tersebut setelah mendapatkan data dari 4 stasiun pengamatan pasang surut di sekitar Selat Sunda pada waktu kejadian tsunami, yaitu pukul 21.27 WIB.