Kapolresta Tangerang: Obsesi Mendirikan Negara Islam Sudah Ada Sejak Dulu

Kapolresta Tangerang Kombes Sabilul Alif menjadi pemateri pada kuliah umum Penanaman Nilai-nilai Revolusi Mental bagi Praja IPDN.

WARTA KOTA/ANDIKA PANDUWINATA
Kapolresta Tangerang Kombes Sabilul Alif menjadi pemateri pada kuliah umum Penanaman Nilai-nilai Revolusi Mental bagi Praja Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN), di Mapolresta Tangerang, Minggu (25/3/2018). 

WARTA KOTA, TANGERANG - Kapolresta Tangerang Kombes Sabilul Alif menjadi pemateri pada kuliah umum Penanaman Nilai-nilai Revolusi Mental bagi Praja Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN).

Dalam kuliah umum yang diikuti ratusan praja IPDN itu, Sabilul membawakan materi kuliah dengan tema Membela Negara dari Ancaman Gerakan Neorevivalisme.

Dalam kuliahnya, Kapolres menjelaskan, neorevivalisme adalah bentuk baru dari revivalisme, namun dengan corak keagamaan yang lebih keras, bahkan cenderung radikal.

Kapolresta Tangerang Kombes Sabilul Alif menjadi pemateri pada kuliah umum Penanaman Nilai-nilai Revolusi Mental bagi Praja Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN), di Mapolresta Tangerang, Minggu (25/3/2018).
Kapolresta Tangerang Kombes Sabilul Alif menjadi pemateri pada kuliah umum Penanaman Nilai-nilai Revolusi Mental bagi Praja Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN), di Mapolresta Tangerang, Minggu (25/3/2018). (WARTA KOTA/ANDIKA PANDUWINATA)

"Revivalisme sendiri adalah sebuah gerakan kebangkitan dengan semangat agama yang berpandangan bahwa harus ada gerakan pemurnian agama, dan menganggap kedaulatan harus sepenuhnya diserahkan kepada Tuhan," ujar Sabilul di Mapolresta Tangerang, Minggu (25/3/2018).

Ia menerangkan, obsesi menjadikan agama sebagai dasar negara sudah ada sejak dahulu. Kapolres kemudian mengisahkan diproklamirkannya Negara Indonesia Islam (NII) oleh Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo pada 1949.

"Ini menunjukkan bahwa obsesi mendirikan negara Islam sudah ada sejak dulu. Padahal, komposisi bangsa Indonesia begitu beragam. Dalam Islam sendiri, kita tahu terdapat beberapa perbedaan," tutur Sabilul.

Kapolresta Tangerang Kombes Sabilul Alif menjadi pemateri pada kuliah umum Penanaman Nilai-nilai Revolusi Mental bagi Praja Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN), di Mapolresta Tangerang, Minggu (25/3/2018).
Kapolresta Tangerang Kombes Sabilul Alif menjadi pemateri pada kuliah umum Penanaman Nilai-nilai Revolusi Mental bagi Praja Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN), di Mapolresta Tangerang, Minggu (25/3/2018). (WARTA KOTA/ANDIKA PANDUWINATA)

Menurutnya, gerakan neorevivalisme di era mutakhir di Indonesia adalah dengan munculnya Hizbut Tahrir Indonesia (HTI). HTI memiliki paham bahwa sistem khilafah harus diterapkan. Gerakan HTI, berbahaya bagi keutuhan NKRI.

"Haedar Nashir dalam buku Memahami Ideologi Muhammadiyah, memasukkan HTI sebagai gerakan neorevivalisme," ungkapnya.

Yang berbahaya dari gerakan neorevivalisme kekhilafahan, lanjut Kapolres, adalah diharamkannya semangat cinta tanah air atau nasionalisme. Padahal, ada atau tidak ada dalil, semangat nasionalisme harus ditumbuhkan.

Kapolresta Tangerang Kombes Sabilul Alif menjadi pemateri pada kuliah umum Penanaman Nilai-nilai Revolusi Mental bagi Praja Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN), di Mapolresta Tangerang, Minggu (25/3/2018).
Kapolresta Tangerang Kombes Sabilul Alif menjadi pemateri pada kuliah umum Penanaman Nilai-nilai Revolusi Mental bagi Praja Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN), di Mapolresta Tangerang, Minggu (25/3/2018). (WARTA KOTA/ANDIKA PANDUWINATA)

"Dan kalau memang harus bicara dalil, lihat Surat Al-Baqarah ayat 126, di mana saat itu Nabi Ibrohim berdoa agar negerinya aman dan makmur. Itu menunjukkan bahwa Nabi Ibrohim memiliki rasa cinta kepada tanah airnya, kepada negerinya," papar Sabilul.

Kapolres juga mengajak para praja agar mewaspadai gerakan neorevivalisme. Salah satu cara menghalau gerakan neorevivalisme adalah dengan memperdalam dan memaknai nilai-nilai Pancasila sebagai ideologi negara.

"Jadilah warga negara atau aparatur negara yang baik, yaitu mengamalkan nilai-nilai Pancasila, yakni berbuat benar, adil, jujur, dan menyemai rasa persaudaraan. Sebab, itulah esensi dari sikap revolusi mental," bebernya. (*)

Sumber: Warta Kota
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved