Jusuf Kalla: Kalau Tak Punya Minat untuk Kekuasaan, Berarti Bukan Pimpinan Partai
Pemilihan Presiden 2019 sudah dekat. Bahkan, tahun ini persiapan memilih orang nomor satu di Indonesia tersebut sudah dimulai.
WARTA KOTA, GAMBIR - Pemilihan Presiden 2019 sudah dekat. Bahkan, tahun ini persiapan memilih orang nomor satu di Indonesia tersebut sudah dimulai.
Menanggapi hal tersebut, Wakil Presiden Jusuf Kalla mengaku belum bisa memprediksi berapa pasangan calon dalam Pilpres nanti. Secara teori, menurut Kalla, Pilpres 2019 bisa menghadirkan empat pasangan calon.
"Pengalaman yang lalu kan yang pertama 2004 empat calon, 2009 tiga calon," katanya di Kantor Wapres, Jalan Medan Merdeka Utara, Selasa (30/1/2018).
Baca: Gerindra akan Deklarasikan Prabowo Sebagai Capres, Zulkifli Hasan: Saya Kan Pendukung Pak Jokowi
Ketika ditanya mengenai rencana majunya kembali Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto di Pilpres 2019, Kalla mengatakan hal tersebut merupakan hak politik. Menurutnya, tujuan orang mendirikan partai politik adalah untuk mendapat kekuasaan.
"Ini kan hak politik, kita tidak bisa mengatakan begitu. Jadi Pak Prabowo ingin menggunakan hak politiknya, tentu sah-sah saja itu, wajar saja," tuturnya.
Sebagai ketua umum partai politik, menurut Kalla, wajar bila Prabowo kembali maju dalam pemilihan presiden. Prabowo memiliki kendaraan politik untuk digunakannya pada pemilihan presiden.
Baca: Prabowo Subianto Bakal Jadi Calon Presiden Lagi, Fadli Zon: Jokowi Cukup Satu Periode
"Orang mendirikan partai ujungnya ingin mempunyai kekuasaan. Jadi kalau pimpinan partai itu tak mempunyai minat untuk kekuasaan, berarti bukan pimpinan partai," paparnya.
Jusuf Kalla sendiri berulangkali mengatakan tidak akan maju dalam Pilpres 2019. Selain karena faktor usia, undang-undang membatasi dirinya untuk tidak ikut kembali dalam pilpres.
Dalam amandemen pasal 7 UUD 1945, jabatan presiden dan wakil presiden hanya boleh dijabat dua kali. Sebelum menjadi wakil presiden mendampingi Jokowi, Kalla juga pernah menduduki jabatan serupa mendampingi Susilo Bambang Yudhoyono ( SBY) pada periode 2004-2009. (Taufik Ismail)