Pemadaman Api di Museum Bahari Butuh Waktu Tiga Hari
Menurut Subejo, kini penjagaan beberapa unit pemadam kebakaran, masih dilakukan di lokasi.
WARTA KOTA, PALMERAH - Kepala Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan DKI Jakarta Subejo mengatakan, pemadaman api di Museum Bahari, Pasar Ikan, Penjaringan, Jakarta Utara, butuh waktu tiga hari.
Hal itu pun disebabkan ketebalan, kekuatan, dan umur kayu-kayu pada fondasi bangunan itu membuat api bisa tahan lama membara.
"Kuatnya material di Museum Bahari membuat bara api masih bertahan. Wajar, ini merupakan hal yang sangat lumrah. Contoh, terjadi di pagi tadi, asap tebal terlihat kembali di puing-puing kayu di Gedung A dan C yang terbakar," ujarnya, Rabu (17/1/2018).
Baca: Petugas Masih Cari Koleksi Museum Bahari yang Bisa Diselamatkan
"Setelah dicek, ternyata api kembali menyala. Petugas di saat itu kembali menyiram air ke sumber api tersebut. Butuh tiga hari mungkin," sambungnya.
Menurut Subejo, kini penjagaan beberapa unit pemadam kebakaran, masih dilakukan di lokasi.
"Satu peleton bersama mobil damkar itu tengah berjaga di pinggiran jalan sekitaran lokasi pada Museum Bahari yang terbakar kemarin, Selasa (16/1/2018). Selang-selang malah disiagakan mengarah ke Gedung A dan C. Petugas lainnya juga kemudian menyisir reruntuhkan, mencari sumber api menggunakan APAR (alat pemadam api ringan). Kita pastikan jika api itu memang tidak ada sama sekali," terangnya.
Baca: Polisi Periksa Cleaning Service dan Penjaga Malam Sebagai Saksi Kebakaran Museum Bahari
Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI Jakarta Tinia Budiati menuturkan, pembangunan kembali Museum Bahari butuh waktu lama.
"Kami sampai saat ini menghimpun sejumlah barang-barang antik yang terbakar. Ditotal dari dua lokasi yang terbakar itu, ada sebanyak 139 benda antik yang terbakar, dan sebagian besar di antaranya merupakan peninggalan sejarah. Kini, beberapa benda yang terbakar itu akan kami buatkan replikanya. Kebetulan juga ada beberapa benda asli kami simpan," beber Tinia.
Bersama tim cagar budaya, tambah Tinia, pihaknya akan mengunjungi para perajin perahu di sejumlah pelosok Indonesia. Ia berharap para perajin itu juga masih hidup, sehingga replika kapal bisa dibuat mirip aslinya.
Baca: Tempat Kerjanya Kebakaran, PNS Museum Bahari Kesurupan, yang Lainnya Mengaku Tak Bisa Gerakkan Kaki
"Termasuk juga saat pembangunan kembali di Museum Bahari, kami di sini juga memastikan bangunan tersebut, tidak akan berubah seperti sebelum terbakar. Tapi bentuk bangunan nanti yang masih bingung di pemasangan pencegah kebakaran," ujarnya.
"Sebab, pemasangan Hydrant akan merusak keaslian bangunan. Belum lagi ya, persoalan pipa yang sudah terpasang. Setelah bercampur air asin, pipa itu akan berkarat serta merusak Hydrant-nya. Ini yang masih dipikirin," tambahny. (*)