Sandiaga Uno Sebut Parkir Meter Bukan Budaya Indonesia, Ahok: Mungkin Ormas Enggak Dapat Duit
Sandi juga menuding program Ahok tersebut tidak efektif, sehingga ia bakal mengkaji ulang sistem tersebut.
WARTA KOTA, GAMBIR - Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) menanggapi niat Sandiaga Uno yang menilai sistem parkir meter tidak cocok diterapkan di Jakarta.
Sandi juga menuding program Ahok tersebut tidak efektif, sehingga ia bakal mengkaji ulang sistem tersebut.
Namun, menurut Ahok, sistem parkir meter yang dijalankan telah mencegah kobocoran retribusi parkir.
"Saya enggak mengerti juga ya. Saya enggak komentar lah. Yang pasti dengan parkir meter kebocoran bisa kita tekan," kata Ahok di Balai Kota, Rabu (3/4/2017).
Mantan bupati Belitung Timur ini menambahkan, penerapan sistem parkir meter tidak merugikan juru parkir. Sebab, mereka tetap diberdayakan dengan upah minimum provinsi (UMP) dan mendapatkan fasilitas pendidikan dan kesehatn bagi keluarganya.
Ahok menilai, yang mengkhawatirkan sistem parkir meter adalah organisasi masyarakat (ormas) yang menguasai lahan parkir, dan merasa dirugikan. Sebab, ormas-ormas tersebut tidak lagi mendapat pemasukan dari lahan parkir itu.
"Kami berdayakan semua tukang parkir meter, malah dapat gaji gede, UMP. Anaknya bisa dapat KJP, naik bus (Transjakarta) enggak bayar. Mungkin ormas-ormas enggak dapat duit kali ya," ujar Ahok.
Baca: Kata Sandiaga Uno, Tukang Parkir Itu Kearifan Lokal dan Parkir Meter Tidak Cocok di Indonesia
Diberitakan sebelumnya, Sandi mengatakan pola yang diterapkan dalam sistem parkir model tersebut tidak cocok dengan budaya orang Indonesia.
Hal itu dilontarkannya saat diundang untuk mendapat pemaparan dari pengembang aplikasi 'Jukir' di kantor Bubu.com, di kawasan Wijaya, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Selasa (2/5/2017).
Pada kesempatan itu, pengembang aplikasi 'Jukir' memaparkan mengenai tidak efektifnya penerapan sistem parkir meter di Jakarta.
Baca: Djarot: Parkir Meter Supaya Tidak Ada Korupsi
Menurut mereka, sistem parkir meter yang diterapkan di Jakarta tidak cukup berhasil mencegah kebocoran. Karena, kebanyakan warga yang memarkirkan kendaraannya bukan langsung membayar sendiriya di mesin, melainkan menitipkan uangnya ke juru parkir.
"Ini yang bisa jadi celah adanya permainan," ujar salah seorang pengembang aplikasi "juru parkir" kepada Sandi.
"Iya, parkir meter bukan budaya kita tuh," timpal Sandi.
Selama pemaparan, para pengelola aplikasi mengatakan bahwa sistem parkir dengan pembayaran secara online melalui aplikasi 'Jukir' kini sudah diterapkan di banyak lokasi di Kota Bekasi dan Tangerang Selatan. (*)