Timnas Indonesia

Alex Pastoor Kaget Tim Kepelatihan Kluivert Dipecat: Tim Ranking 119 Tak Logis Masuk Piala Dunia

Alex Pastoor mengaku tak membayangkan pemecatan tim kepelatihan berlangsung begitu cepat.

Editor: Feryanto Hadi
istimewa
Asisten Pelatih Timnas Indonesia, Alex Pastoor. Pastoor mengatakan, pihaknya mengira proyek yang dipimpin Kluivert di Timnas Indonesia akan berlangsung dalam jangka panjang. 

WARTAKOTALIVE.COM, JAKARTA- Mantan asisten pelatih Timnas Indonesia, Alex Pastoor mengaku terkejut PSSI memecat tim kepelatihan di bawah Patrick Kluivert pada 16 Oktober 2025 lalu.

Pemecatan itu berkaitan dengan gagalnya Timnas Indonesia lolos ke putaran final Piala Dunia

Pemecatan dilakukan beberapa saat usai Timnas dibekuk Irak 0-1 dan kalah dari Arab Saudi 2-3

Alex Pastoor mengaku tak membayangkan pemecatan tim kepelatihan berlangsung begitu cepat.

Eks juru taktik Almere City itu menyampaikan pandangannya dalam acara "Rondo" yang disiarkan televisi Ziggo Sport, Senin (20/10/2025) malam waktu Belanda.

Pastoor mengatakan, pihaknya mengira proyek yang dipimpin Kluivert di Timnas Indonesia akan berlangsung dalam jangka panjang.

Dia menyoroti "sentimen negatif" usai skuad Garuda kalah di putaran keempat Piala Dunia 2026. Ia pun menganggap pemecatan pelatih usai hasil buruk sudah menjadi hal yang biasa di sepak bola.

"Saya pikir mereka mengerjakan suatu proyek yang bertahan lebih lama dari sekadar mencoba lolos ke Piala Dunia. Jika sentimen menjadi sangat negatif, Anda juga harus memerhatikan atmosfer seperti apa yang ada di tempat kerja Anda," kata Pastoor dalam program "Rondo", dikutip dari Voetbal International.

"Kami tidak menyadari itu, tetapi mereka (PSSI) berkonsultasi beberapa hari setelah kembali dari Jeddah dan memutuskan bahwa ini harus berakhir."

Lebih lanjut, Pastoor mengatakan awalnya kesepakatn dengan PSSI mencakup tiga tahap. Yang pertama adalah target mencapai putaran final Piala Dunia 2026.

Akan tetapi, pelatih berusia 58 tahun itu menyebut sangat sulit menembus Piala Dunia dengan kualitas Timnas Indonesia yang sekarang.

Terlebih lagi, skuad Garuda harus menghadapi Arab Saudi dan Irak yang di atas kertas lebih baik.

"Akan sangat hebat untuk mencapai Piala Dunia, tetapi sebagai tim dengan ranking 119 (kini 122), itu tidaklah mudah atau bahkan tidak logis," kata Pastoor.

"Yang kedua, Gerald Vanenburg dan Frank van Kempen akan cepat merektrut pemain-pemain lokal untuk tim U23 dan U20. Tahap ketiga adalah membawa lebih banyak pemain ke level kompetitif ini untuk sebuah negara berpenduduk 280 juta jiwa dalam jangka panjang."

Meskipun demikian, Alex Pastoor mengaku terkesan dengan masa tugasnya di Indonesia. Pastoor menyinggung antusiasme masyarakat Indonesia terhadap sepak bola yang begitu besar.

Bung Towel: Karena Tekanan Netizen

Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI) akhirnya resmi memecat Patrick Kluivert sebagai pelatih Timnas Indonesia, Kamis (16/10/2025).

Suara agar Patrick Kluivert dipecat sebagai pelatih Timnas Indonesia menggema di sejumlah media sosial, setelah gagal membawa timnas lolos ke Piala Dunia 2026.

Pengamat sepak bola Tommy Welly yang akrab disapa Bung Towel mengatakan penyebab Patrick Kluivert dipecat PSSI adalah karena tekanan netizen.

Baca juga: Kusnaeni Sebut Kluivert Harusnya Mundur Bukan Dipecat, PSSI Jangan Tergesa-Gesa Cari Pengganti

"Tidak ada pilihan. Karena situasinya yang enggak kondusif. Tekanan netizen. Saya enggak yakin itu publik itu keseluruhan publik bola. Jadi saya lebih memilih kalimat tekanan netizen," kata Towel ditayangan Kompas TV, Kamis (16/10/2025) malam.

Towel menyebut penyebabnya tekanan netizen bukan tekanan publik secara umum.

"Okelah publik ada, tapi saya lebih lihat tekanan netizen. Kenapa? Karena persoalannya, sejak dia hadir itu kan selalu dalam apa namanya? Dalam bayang-bayang perbandingan dengan pelatih sebelumnya," kata Towel.

PSSI PECAT KLUIVERT -
PSSI PECAT KLUIVERT - (pssi.org)

Menurut Towel, siapapun pelatih yang menangani timnas Indonesia, kalau kondisinya seperti ini akan sulit.

"Siapapun pelatih yang menangani timnas senior Indonesia, jika kondisinya yang seperti ini nih, tekanannya, dibandingkan seolah-olah lebih baik, lebih buruk, bla bla bla bla, akan sangat sulit.

Sebab kata Towel ukuran publik Indonesia melihat hal ini hanyalah dengan kemenangan.

"Tapi begitu kalah? Maka saya bilang kan ukurannya. Akhirnya kedangkalan kita hanya mengukur dari kemenangan. Enggak lebih dari itu. Begitu kalah, keluar kan semua tuh," kata Towel.

Menurut Towel, pergantian pelatih adalah hal yang normal.

"Tapi kan situasinya beda di kita. Saya baca, yang belakangan terjadi lebih ikhlas gagal bersama pelatih sebelumnya," ujarnya.

Towel menilai, itulah ketidakmatangan publik sepak bola Indonesia.

"Cuma kan akan capek juga. Percuma saya ngomong rasional juga kalau tanggapannya irasional misalnya. Saya juga tidak punya preferensi terhadap pelatih siapapun. Makanya saya bilang situasinya terbalik, karena siapapun nanti yang menggantikan atau mereka tetap bertahan itu akan sangat sulit," ujarnya.

Pemecatan Kluivert kata Towel akan menjadi preseden buruk untuk sepak bola jangka panjang.

"Kalau situasinya enggak berubah dari seperti sekarang, siapapun akan sulit. Ini akan jadi preseden, kalau kita bicara sepak bola dalam jangka yang panjang. Pelatih yang gagal akan selalu dihantui sebuah ancaman pecat," kata Towel.

Menurutnya para pelatih tidak takut pemecatan karena itu tanggung jawab.

"Ekspektasi publik juga enggak apa-apa. Biarin. Poin saya kan bukan soal ekspektasi. Harapan itu normal. Semua berharap kita lolos Piala Dunia, itu normal. Tapi kan persoalannya kita enggak tahu ukuran sepak bola. Kadang hanya tahu harapan aja. Tapi ukuran sepak bola kita enggak tahu," ujarnya.

Towel mengatakan selama dilatih Kluivert, ada sejumlah progres yang didapat timnas sepak bola.

"Progresnya cara bermain, cara pandang. Makanya begitu pilihan pemain, saya sampaikan berkali-kali supaya rasional. Bola kita jalan Cara pandangnya beda terhadap tim. Contoh Ricky Kambuaya, yang di era sebelumnya cadangan. Main dia sekarang dan kualitasnya ada," kata Towel.

Selain itu kata Towel Beckhan Putra yang selama dipegang SRT tidak pernah dipanggil timnas kini dipanggil.

"Sebetulnya kan punya kemampuan. Itu yang saya lihat. Cara pandang. Itu cara pandang yang berbeda terhadap pemain. Kalau yang sebelumnya itu senangnya yanG lebih fisikal. FiSIkal tuh bukan stamina. Fisikal tuh yang mainnya dengan fisik. Tapi ini tim kepelatihan Belanda ini senang yang teknikal. Untuk progres butuh waktu untuk melihatnya sampai pemain itu paham, kan begitu," kata Towel.

Towel juga mencontohkan bagaimana Kluivert menaruh Verdonk menjadi gelandang bertahan.

"Menurut saya sih enggak banyak pelatih atau kita sendiri yang menyangka akan memainkan tu. Tapi menurut saya itu sebuah opsi-opsi atau value-value yang ditambahkan kepada tim. Karena Dean James juga main bagus sebagai bek kiri. Intensitasnya kuat," kata Towel.

Baca juga: Reaksi Anak Patrick Kluivert Usai Ayah Dipecat PSSI dan Dihujat Masyarakat Indonesia

Menurut Towel, saat Timnas Indonesia melawan Arab Saudi, line up yang diturunkan Patrick Kluivert dianggap banyak pihak mengejutkan dan sebuah coba-coba.

"Di level itu enggak mungkin coba-coba, karena ini kan krusial. Kita bilangnya hidup mati partai final, dua partai final. Enggak mungkin pelatih itu coba-coba atau eksperimen. Maka kalimat coba-coba dan eksperimen itu saya anggap framing yang terjadi di media sosial," kata Towel.

Towel mengatakan framing itu muncul, karena ada sentimen masa lalu atas pelatih sebelumnya STY.

"Dan itu yang memberatkan pelatih, situasi paling berat, siapapun saat itu," katanya.

Kusnaeni Berbeda

Sementara pengamat sepak bola Mohamad Kusnaeni mengaku tidak kaget PSSI akhirnya memecat Patrick Kluivert sebagai pelatih Timnas Indonesia.

Menurut Kusnaeni, setelah gagal membawa Timnas Indonesia lolos ke Piala Dunia di ronde ke 4 kualifikasi zona Asia, Patrick Kluivert pantas dipecat.

"Saya sama sekali enggak kaget. Karena memang saya merasa sejak dia gagal meloloskan ke Piala Dunia, memang konsekuensi yang harus diambil oleH seorang pelatih itu bertanggung jawab," kata Kusnaeni dalam saluran channel YouTube CNN Indonesia, Kamis (16/10/2025).

Bahkan menurut Kusnaeni, idealnya Patrick Kluivert langsung mengundurkan diri usai gagal membawa Timnas Indonesia ke Piala Dunia 2026, tanpa harus menunggu dipecat.

"Kalau saya berpikir Kluivert harusnya begitu, setelah dia gagal bawa ke Piala Dunia. Dia mundur, enggak usah diberhentikan," kata Kusnaeni.

Karena, tambah Kusnaeni, selama Patrick Kluivert menangani tim nasional, tidak ada kemajuan yang dicapai Timnas Indonesia.

"Tidak ada kemajuan signifikan. Tidak seperti yang kita bayangkan dan kita ekspektasikan ketika dia datang menggantikan Shin Tae-yong. Dan dengan performa statistik yang dia buat selama bersama timnas, menurut saya memang sulit untuk mempertahankan dia. Tapi apa boleh buat, dia tidak mundur sehingga akhirnya komite eksekutif yang memberhentikan," ujar Kusnaeni.

Hal ini menandakan pemecatan Patrick Kluivert sudah masuk dalam rencana PSSI dan bukan hal yang sporadis.

"Iya, memang sejak gagal ke Piala Dunia, itu pilihan yang paling logis seorang pelatih. Ketika gagal adalah bertanggung jawab. Apalagi pertanggungjawaban itu memang harus diambil karena dia sudah mendapatkan sebagian besar apa yang dia inginkan," kata Kusnaeni.

Di antaranya ujar Kusnaeni, staf kepelatihan yang diinginkan semuanya dipenuhi oleh PSSI.

"Kita lihat rombongan dari Belanda itu, kan banyak sekali staf kepelatihannya. Lalu pemain-pemain yang diinginkan, sejak datangnya Kluivert ini kan banyak sekali pemain yang diharapkan bisa memperkuat tim sesuai kebutuhan," kata Kusnaeni.

Yakni, kata Kusnaeni, kiper Emil Audero dari Serie A, Joey Pelupessy, Dean James, Mauro Zilstra, Ole Romeny hingga Miliano Jonathan.

"Artinya penambahan materi pemain di bawah Kluivert ini sangat signifikan. Tapi toh performa tim tidak sebaik penambahan materi pemain yang didapatkan oleh tim," kata Kusnaeni.

Karenanya Kusnaeni menilai semua itu adalah kegagalan Patrick Kluivert.

"Kalau PSSI itu tanggung jawabnya adalaH di tengah jalan mengganti pelatih, itu tanggung jawab PSSI. Tapi ketika pelatih sudah ditetapkan, apa yang dicapai selama kualifikasi itu tanggung jawab pelatih. Karena PSSI menyediakan semua yang dibutuhkan oleh pelatih," papar Kusnaeni.

Belajar dari pengalaman merekrut Kluivert kata Kusnaeni, berharap PSSI lebih hati-hati memilih pelatih timnas.

"Tidak hanya mendengar omongan satu dua orang, terus diambil omongan itu, dijadikan dasar untuk mengganti pelatih. Berikan kesempatan pelatih-pelatih yang berminat itu presentasi dulu. Program besar PSSI ini apa? Piala Dunia 2030, Piala Asia. Itu mungkin target utamanya. AFF itu saya pikir enggak terlalu signifikan ya untuk seorang pelatih Timnas saat ini," papar Kusnaeni.

Karenanya menurut Kusnaeni, penting bagi PSSI mendengarkan dulu apa presentasinya, program, dan konsep dalam melatih Timnas Indonesia.

"Jadi, jangan buru-buru berpikir. Kemarin pelatihnya dari Belanda, harus diganti Belanda. Atau kemarin Kluivert gagal harus diganti lagi Shin Tae-yong. Enggak begitu cara berpikirnya. Evaluasi, lalu berikan kesempatan presentasi para pelatih baru. Tetapkan dengan hati-hati. Jangan mengulang kesalahan seperti ketika merekut Kluivert," kata Kusnaeni.

Kusnaeni mengatakan kebiasaan tergesa-gesa mengambil keputusan dalam memilih pelatih timnas yang berujung kesalahan jangan diulangi lagi oleh PSSI kali ini.

"Padahal, kemarin, kita sudah begitu dekat dengan Piala Dunia," ujar Kusnaeni.

Menurut Kusnaeni, cara yang lebih bagus mencari dan memilih pelatih timnas yang ditinggalkan Kluivert kali ini adalah dengan dibuat secara terbuka, bagi pelatih yang berminat.

"Saya pikir lebih bagus kalau dibikin terbuka. PSSI memberi ruang siapun, pelatih-pelatih berkualitas yang berminat. Dia harus memaparkan programnya, konsepnya menangani timnas untuk Piala Dunia itu seperti apa," katanya.

"Baru kita pilih di antara mereka yang dianggap layak dan sekaligus mau apa menunjukkan konsepnya itu. Jadi ini yang saya pikir harus diubah ke depannya," ujar Kusnaeni.

Sehingga kata Kusnaeni, rekrutmen pelatih timnas akan lebih baik.

"Lebih baik, lebih hati-hati. Dan kita berbasis konsep bukan berbasis nama besar semata," kata Kusnaeni.

Terkait sejumlah nama pelatih yang beredar di lini masa dan dianggap bisa menjadi pengganti Kluivert, Kusnaeni  merasa hal itu tidak masalah.

"Kalau bursa sih enggak masalah, tapi masalahnya apakah mereka punya konsep untuk membenahi sepak bola Indonesia? Minimal untuk Timnas Indonesia konsepnya seperti apa? Apakah mau mereka mempresentasikan itu ke PSSI, dan kemudian mereka punya program apa untuk mewujudkan konsepnya itu? Dengarkan dulu," ujar Kusnaeni.

Menurut Kusnaeni yang menjadi problem saat ini karena kita ingin terburu-buru memilih pelatih setelah Kluivert dipecat.

"Kluivert dicoret harus ada penggantinya. Enggak seperti itu juga. Kita harus dengarkan dulu konsep masing-masing kandidat ini seperti apa. Nanti kita pilih yang paling baik. Dan itu nanti menurut saya harus melibatkan direktur tim nasional," katanya.

Kusnaeni menjelaskan paling tidak nantinya pelatih timnas yang dipilih harus punya program untuk mencapai Piala Dunia.

"Untuk mencapai itu jalannya seperti apa. Lalu yang kedua, dia juga harus punya tanggung jawab bagaimana melibatkan sebanyak mungkin talenta pemain dari kompetisi domestik," kata Kusnaeni.

Sehingga menurutnya, timnas tidak boleh tergantung terlalu besar kepada pemain-pemain diaspora.

"Diaspora oke kita butuhkan, tapi dia harus bisa memaksimalkan potensi pemain dari kompetisi domestik. Karena itu yang ada di depan mata. Nah, pemain yang berada di kompetisi domestik ini juga nanti berguna untuk event-event yang sifatnya regional. Seperti Piala AFF, karena sulit melibatkan pemain diaspora," katanya.

Sehingga kata Kusnaeni, pelatih timnas yang terpenting adalah memiliki konsep.

"Konsep bagaimana dia membuat timnasnya lebih kuat, bagaimana melibatkan lebih banyak potensi pemain lokal, bagaimana membuat sinergi antara jadwal kompetisi liga domestik dengan tim nasional. Itu juga harus dipikirkan oleh pelatih tim nasional. Berapa lama dia butuhkan, sehingga kompetisi tidak terganggu, tim nasional juga tidak terganggu," kata Kusnaeni.

Hal ini menurutnya bukan sesuatu yang sederhana.

"Tidak semudah kita memilih kucing dalam karung. Saya mau yang ini, saya mau yang itu, enggak seperti itu," katanya.

Kusnaeni mengatakan paling tidak sampai akhir tahun 2025, PSSI bisa memberi waktu bagi proses rekrutmen sampai ada pelatih baru Timnas Indonesia.

"Karena target besarnya buat saya Piala Dunia, 4 tahun ke depan, enggak boleh gagal lagi. Kita sekarang sudah begitu dekat, gagal. Jangan sampai terulang lagi. Jadi kita harus hati-hati memilih sampai dapat pelatih yang tepat, sampai akhir tahun lah" kata Kusnaeni.

Untuk jangka pendek dimana ada SEA Games, menurut Kusnaeni bisa ditetapkan pelatih sementara.

"Yang paling besar itu, target jangan sampai gagal lagi di Piala Dunia dan kalau bisa sukses juga di Piala Asia," kata Kusnaeni.

Baca berita WartaKotalive.com lainnya di Google News dan WhatsApp

Artikel ini tayang di Kompas.tv

Sumber: Warta Kota
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved