Viral Media Sosial

Sosok Dua Raja Surakarta, Trah Langsung Sri Pakubuwono XIII dari Istri Berbeda

Calon Penerus Sri Pakubuwono XIII itu: Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Anom (KGPAA) Hamangkunegoro dan Kanjeng Gusti Pangeran Haryo (KGPH) Hangabehi

Editor: Dwi Rizki
twitter @merapi_uncover
PEREBUTAN TAHTA - Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Anom (KGPAA) Hamangkunegoro dan Kanjeng Gusti Pangeran Haryo (KGPH) Hangabehi. Dua putra kandung Raja Surakarta, Sri Susuhunan Pakubuwono XIII (PB XIII) Itu mengklaim tahta sebagai Raja Surakarta berikutnya atau Pakubuwono XIV. 

Keraton Kasunanan Surakarta kembali dilanda ketegangan setelah Kanjeng Gusti Pangeran Haryo (KGPH) Hangabehi tiba-tiba dinobatkan sebagai Pakubuwono XIV oleh Lembaga Dewan Adat (LDA) pada Kamis (13/11). 

Penobatan itu sontak memicu kekisruhan baru karena hanya berselang beberapa hari setelah Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Anom (KGPA) Hamengkunegoro atau Gusti Purbaya lebih dulu menyatakan diri sebagai penerus tahta yang sama.

Situasi memanas ketika Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Timoer Rumbay, kakak kandung Gusti Purbaya, mendatangi Handrawina, lokasi berlangsungnya penobatan Gusti Mangkubumi, gelar lain dari KGPH Hangabehi.

Dengan suara bergetar menahan emosi, GKR Timoer menyampaikan kekecewaannya atas langkah LDA yang dianggap mengulang konflik suksesi Pakubuwono XIII dahulu.

Menurutnya, penobatan mendadak terhadap Gusti Mangkubumi merupakan bentuk pengingkaran terhadap kesepakatan internal keluarga, di mana seluruh putra-putri PB XIII sebelumnya telah menyepakati bahwa Gusti Purbaya adalah penerus tahta Keraton Solo.

“Ini seperti mengulang lagi luka lama saat suksesi PB XIII,” ujarnya kepada para abdi dalem dan kerabat yang hadir di lokasi.

GKR Timoer bahkan menyebut langkah adiknya Gusti Mangkubumi sebagai tindakan yang “menghianati kesepakatan” keluarga besar Kasunanan.

Pernyataannya segera menyulut reaksi berbagai pihak yang hadir, memperlihatkan betapa rapuhnya harmoni di dalam lingkungan keraton pasca wafatnya PB XIII.

Penobatan ganda ini membuat dinamika suksesi semakin rumit.

Langkah Lembaga Dewan Adat yang memilih mendukung Gusti Mangkubumi dinilai sejumlah kerabat sebagai tindakan sepihak, sementara kelompok pendukung Gusti Purbaya tetap berpegang pada legitimasi yang mereka klaim telah disepakati sejak lama.

Perebutan Tahta Kembali Terulang

Kisruh suksesi di Keraton Solo bukan peristiwa baru.

Konflik sebelumnya terjadi pada masa PB XII atau 2004 silam. 

Bermula dari wafatnya Raja Kasunanan Surakarta Hadiningrat bergelar Pakubuwono XII atau PB XII pada 2004. 

Dikutip dari buku Di Balik Suksesi Keraton Surakarta Hadiningrat (2004), konflik internal bermula dari perebutan tahta antara Hangabehi dan Tedjowulan yang kemudian dikenal sebagai 'Raja Kembar'. 

Keduanya sama-sama mengklaim sebagai pengganti PB XII yang meninggal pada 12 Juni 2004 setelah berkuasa selama 59 tahun. 

Sumber: Warta Kota
Halaman 2/4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved