Ledakan di SMAN 72

Sebanyak 46 Siswa SMAN 72 Diperiksa Polisi Terkait Ledakan di Masjid Sekolah

Sebanyak 46 siswa SMAN 72 Jakarta diperiksa polisi terkait kasus ledakan bom di masjid sekolah tersebut beberapa waktu lalu.

Penulis: Ramadhan L Q | Editor: Budi Sam Law Malau
Wartakotalive.com/ Yulianto
46 SISWA DIPERIKSA - Sebanyak 46 siswa SMAN 72 Jakarta diperiksa polisi terkait kasus ledakan bom di masjid sekolah tersebut beberapa waktu lalu. Pemeriksaan dilakukan bersamaan dengan kegiatan observasi dari tim Asosiasi Psikologi Forensik (Apsifor), seperti diungkapkan Kabid Humas Polda Metro jaya Kombes Budhi. 

"Dari awal tahun, yang bersangkutan sudah mulai melakukan pencarian ketika tadi disebutkan Dirreskrimum merasa perasaan tertindas, merasa kesepian, tidak tahu harus menyampaikan kepada siapa. Lalu yang bersangkutan juga memiliki motivasi dendam, dendam terhadap beberapa perlakuan-perlakuan kepada yang bersangkutan," kata Mayndra.

Dalam pencariannya, tambah Mayndra, pelaku atau ABH berinisial F menelusuri kasus-kasus kekerasan dan kecelakaan yang dilakukan pelaku ekstremisme di seluruh dunia.

"Nah di sini dia mencoba untuk mencari bahkan di situs website bagaimana orang-orang itu meninggal dunia atau mengalami kecelakaan atau mengalami kekerasan secara keji maupun dengan berbagai tingkatannya," tuturnya.

Mayndra menuturkan, ABH juga mengikuti komunitas media sosial yang mengagumi tindakan kekerasan. 

"Nah di situ yang menginspirasi yang bersangkutan, karena yang bersangkutan juga mengikuti sebuah komunitas media sosial yang bisa dikatakan di situ juga mereka sangat mengagumi kekerasan," kata dia.

Baca juga: Kegiatan Belajar Mengajar di SMA 72 Jakarta Masih Dilakukan secara Daring setelah Ada Ledakan

"Nah motivasi yang lain ketika beberapa pelaku itu melakukan tindakan kekerasan lalu mengupload ke media tersebut maka komunitas tersebut mengapresiasi sebagai sesuatu yang heroik gitu ya," sambungnya.

ABH diketahui terinspirasi oleh tindakan kekerasan dari sejumlah pelaku internasional, namun tidak berafiliasi dengan ideologi tertentu.

Ia mengagumi sejumlah tokoh pelaku penembakan massal dan tindakan kekerasan bermotif ideologi di berbagai negara. 

"Nah, di sini ada suatu hal yang memperhatinkan. Ada beberapa yang menjadi inspirasi terkait figur kita sebutkan ada kurang lebih 6 yang tercatat," ujar Mayndra.

Beberapa figur yang menjadi rujukan ideologis pelaku antara lain:

1. Eric Harris dan Dylan Klebold, pelaku penembakan di Columbine High School, Colorado, Amerika Serikat pada 1999.

2. Dylann Roof, pelaku penembakan di Gereja Charleston, South Carolina pada 2015, yang diketahui berpaham supremasi kulit putih.

3. Andre Bissonnette, pelaku penembakan massal di Masjid Quebec pada 2017. 

4. Vladislav Roslyakov, pelaku penembakan di Politeknik Kerch, Krimea, Rusia pada 2018.

5. Brenton Tarrant, pelaku penembakan di dua masjid di Christchurch, Selandia Baru pada 2019, yang berpaham eco-fasis, rasis, dan etno-nasionalis.

Sumber: Warta Kota
Halaman 3/4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved