Ledakan di SMAN 72

Motif Siswa Lakukan Peledakan di SMAN 72 Karena Dendam Selalu Ditindas, Juga Untuk Diupload di Grup

Terungkap bahwa motif siswa pelaku peledakan di SMAN 72 yang kini berstatus anak berkonflik dengan hukum (ABH) adalah dendam karena selalu ditindas

|
Penulis: Ramadhan L Q | Editor: Budi Sam Law Malau
Channel YouTube KOMPAS TV
DENDAM KARENA DITINDAS - Polisi mengungkapkan bahwa motif siswa pelaku peledakan di SMAN 72 yang kini berstatus anak berkonflik dengan hukum (ABH) adalah dendam karena selalu ditindas dengan semua perlakuan yang diterimanya selama bersekolah, sehingga mulai melakukan pencarian informasi soal aksi kekerasan dan ekstremisme di dunia maya sejak awal tahun 2025 lalu, untuk menuntaskan dendamnya. Demikian diungkapkan Kapolda Metro Jaya bersama Densus 88 dalam jumpa pers di Mapolda Metro Jaya, Selasa (11/11/2025). 
Ringkasan Berita:
  • Motif pelaku peledakan SMAN 72 Jakarta terungkap karena dendam dan rasa tertindas, bukan ideologi tertentu. Pelaku mulai mencari konten kekerasan dan ekstremisme di internet sejak awal 2025.
  • ABH terinspirasi oleh enam pelaku penembakan massal dunia seperti Brenton Tarrant dan Eric Harris, serta mengikuti komunitas media sosial yang mengagungkan kekerasan.
  • Densus 88 menegaskan aksi pelaku murni karena pengaruh internet, bukan bagian jaringan terorisme.

 

WARTAKOTALIVE.COM, JAKARTA -- Terungkap bahwa motif siswa pelaku peledakan di SMAN 72 yang kini berstatus anak berkonflik dengan hukum (ABH) adalah dendam karena selalu ditindas dengan semua perlakuan yang diterimanya selama bersekolah.

Karenanya pelaku atau ABH berinisial F tersebut mulai melakukan pencarian informasi soal aksi kekerasan dan ekstremisme di dunia maya sejak awal tahun 2025 lalu, untuk menuntaskan dendamnya.

Perasaan tertindas dan kesepian, membuat pelaku nekat melakukan aksinya.

Demikian dikatakan Juru Bicara (Jubir) Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Polri, AKBP Mayndra Eka Wardhana, dalam konferensi pers di Mapolda Metro Jaya, Jakarta Selatan, Selasa (11/11/2025).

Baca juga: Polisi Pastikan Pelaku Peledakan di Masjid SMAN 72 Jakarta Bukan Anti-Islam

"Dari awal tahun, yang bersangkutan sudah mulai melakukan pencarian ketika tadi disebutkan Dirreskrimum merasa perasaan tertindas, merasa kesepian, tidak tahu harus menyampaikan kepada siapa. Lalu yang bersangkutan juga memiliki motivasi dendam, dendam terhadap beberapa perlakuan-perlakuan kepada yang bersangkutan," kata Mayndra.

Dalam pencariannya, tambah Mayndra, pelaku atau ABH berinisial F menelusuri kasus-kasus kekerasan dan kecelakaan yang dilakukan pelaku ekstremisme di seluruh dunia.

"Nah di sini dia mencoba untuk mencari bahkan di situs website bagaimana orang-orang itu meninggal dunia atau mengalami kecelakaan atau mengalami kekerasan secara keji maupun dengan berbagai tingkatannya," tuturnya.

Mayndra menuturkan, ABH juga mengikuti komunitas media sosial yang mengagumi tindakan kekerasan. 

"Nah di situ yang menginspirasi yang bersangkutan, karena yang bersangkutan juga mengikuti sebuah komunitas media sosial yang bisa dikatakan di situ juga mereka sangat mengagumi kekerasan," kata dia.

"Nah motivasi yang lain ketika beberapa pelaku itu melakukan tindakan kekerasan lalu mengupload ke media tersebut maka komunitas tersebut mengapresiasi sebagai sesuatu yang heroik gitu ya," sambungnya.

ABH diketahui terinspirasi oleh tindakan kekerasan dari sejumlah pelaku internasional, namun tidak berafiliasi dengan ideologi tertentu.

Ia mengagumi sejumlah tokoh pelaku penembakan massal dan tindakan kekerasan bermotif ideologi di berbagai negara. 

"Nah, di sini ada suatu hal yang memperhatinkan. Ada beberapa yang menjadi inspirasi terkait figur kita sebutkan ada kurang lebih 6 yang tercatat," ujar Mayndra.

Beberapa figur yang menjadi rujukan ideologis pelaku antara lain:

1. Eric Harris dan Dylan Klebold, pelaku penembakan di Columbine High School, Colorado, Amerika Serikat pada 1999.

2. Dylann Roof, pelaku penembakan di Gereja Charleston, South Carolina pada 2015, yang diketahui berpaham supremasi kulit putih.

3. Andre Bissonnette, pelaku penembakan massal di Masjid Quebec pada 2017. 

4. Vladislav Roslyakov, pelaku penembakan di Politeknik Kerch, Krimea, Rusia pada 2018.

5. Brenton Tarrant, pelaku penembakan di dua masjid di Christchurch, Selandia Baru pada 2019, yang berpaham eco-fasis, rasis, dan etno-nasionalis.

6. Natalie Lynn Rupnow, pelaku penembakan di Abundant Life Christian School, Wisconsin, Amerika Serikat pada 2024. 

Mayndra menjelaskan, simbol-simbol yang ditemukan pada senjata mainan milik ABH menunjukkan adanya pengaruh dari berbagai ideologi, mulai dari neonazi, white supremacy, hingga etnonasionalisme.

"Simbol-simbol tersebut bukan merupakan relasi komunitas atau afiliasi dengan paham-paham tertentu. ABH hanya terinspirasi,” kata Mayndra.

Mayndra menekankan, meski ABH menampilkan berbagai simbol dan ideologi, tidak ada satu ideologi pun yang konsisten diikuti. 

“Ini hanya sekadar inspirasi. Pola posting di komunitas media sosial menunjukkan adanya perhatian yang perlu ditingkatkan terkait kekerasan di dunia maya, terutama bagi pengguna media sosial dan orang tua,” ujarnya.

Kronologi Peledakan

Direktur Reserse Siber Polda Metro Jaya, Kombes Roberto Pasaribu mengungkapkan kronologi peristiwa ledakan di SMAN 72 Jakarta di Kelapa Gading, Jakarta Utara, Jumat (7/11/2025).

Awalnya Roberto menjelaskan, pihaknya mengamankan dua unit digital video recorder (DVR) sebagai barang bukti dari lokasi kejadian.

Yang pertama adalah CCTV dengan merek HighLook berupa satu buah DVR dan didalamnya terdapat satu buah hard disk merek Seagate kapasitas 2 TB.

Ada 16 channel yang tersimpan di dalam DVR itu.

Sedangkan yang kedua adalah CCTV dengan merek HIK Vision yang terdapat satu buah hardisk merek Seagate kapasitas 4 TB dan di dalamnya terdapat 32 channel kamera.

"Dalam proses analisis digital forensik, kami melakukan kalibrasi waktu atau penyesuaian waktu," kata Roberto di Mapolda Metro Jaya, Jakarta Selatan, Selasa (11/11/2025).

Di rekaman CCTV itu menunjukkan, terduga pelaku yang kini berstatus anak berkonflik dengan hukum (ABH), memasuki sekolah pada pukul 07.28 WIB.

Terduga pelaku peledakan itu tampak mengenakan seragam, membawa tas merah di punggung dan tas biru di tangan kiri, serta mengenakan sepatu hitam.

Sedangkan waktu aktual ABH masuk ke sekolah menunjukkan pukul 06.28 WIB.

Baca juga: Peledakan di SMAN 72 Karena Kita Terlambat Tangani Perundungan Siswa, Pakar: Getir dan Menyedihkan

Pelaku peledakan terekam melintas ruang seni, koridor, hingga ruang kepala sekolah, sempat berpapasan dengan seorang wanita yang diduga guru sekolah. 

Ia bergerak menuju lorong lantai satu timur dua dan kemudian ke area masjid sekolah menjelang salat Jumat, sekitar pukul 11.43 WIB.

Di depan masjid, pelaku peledakan terekam CCTV CH A06 membawa tas merah dan memantau situasi di dalam dan luar masjid. 

Sekitar pukul 12.05 WIB, ia melepas seragam sekolah, mengenakan kaus putih dan celana hitam, serta tampak membawa senjata mainan atau dummy.

Tak lama kemudian, kamera CCTV CH 06 menangkap cahaya merah dan ledakan di dalam masjid disertai ledakan dan mengeluarkan asap berwarna putih. 

Di channel 30 lorong lantai satu timur dua, setelah itu pelaku peledakan terekam berlari menjauhi masjid tampak pintu ruangan terbuka diduga akibat adanya ledakan

Loncat pada waktu 12.20 WIB dari pantauan CCTV, para siswa berlari berhamburan meninggalkan masjid sebagaimana tercover kamera CCTV CH 30 lorong lantai satu timur dua SMAN 72 Jakarta. (m31)

 

Baca berita WartaKotalive.com lainnya di Google News dan WhatsApp

Sumber: Warta Kota
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved