Berita Jakarta

Dilema Hadirnya Jaklingko, Sopir Angkot Regular Mengeluh Sulit Dapat Uang

Sopir angkot reguler mengeluh atas kehadiran Jaklingko, sebab mereka tak sulit dapat uang.

Penulis: Nuri Yatul Hikmah | Editor: Valentino Verry
warta kota/nuril yatul
SULIT DAPAT UANG - Muhanmad Sahur (60), sopir angkot di kawasan Pasar Palmerah, Jakarta Pusat, mengeluh atas keberadaan Jaklingko. Sebab jadi sulit dapat uang. 

WARTAKOTALIVE.COM, JAKARTA - Hadirnya Jaklingko sebagai angkutan umum (angkot) Rp 0, membuat banyak masyarakat terbantu sebab dapat menekan biaya transportasi harian.

Selain itu, kehadiran Jaklingko juga bisa membuka peluang lapangan kerja bagi masyarakat yang memiliki keahlian sebagai sopir angkot.

Di sisi lain, Jaklingko ternyata menggeser keberadaan angkot regular, sehingga pendapatan mereka lebih merosot dari biasanya. 

Baca juga: DPRD DKI Jakarta Minta Layanan JakLingko Diperluas Lagi

Pasalnya, masyarakat lebih memilih untuk naik Jaklingko yang gratis ketimbang membayar angkot regular.

Hal itu, diceritakan oleh Muhammad Sahur (55), sopir angkot, saat ditemui Warta Kota ketika sedang menunggu penumpang di seputaran Pasar Palmerah, Jakarta Pusat.

Sahur bercerita, dirinya sudah merasakan sepi penumpang sejak 5 tahun ke belakang sejak pandemi Covid-19.

"Saya terganggu oleh Jaklingko, pengaruh pendapatan omzet, sepi. Yang biasa regular ini ramai, jadi sepi," tutur Sahur.

Baca juga: Gubernur Pramono Ancam Pecat Sopir Mikrotrans JakLingko Peninggalan Anies yang Ugal-ugalan

"Yang biasa muatan udah ada, jadi ke Jaklingko semua, itu sampai sekarang masih gratis kan 5 tahun lebih," imbuhnya.

Sahur bercerita, dahulu omzetnya menarik angkot bisa mencapai Rp 150.000 per-hari. 

Sementara saat ini, untuk mengumpulkan Rp 50.000 per-hari pun, Sahur perlu bekerja dari matahari terbit hingga terbenam.

"Rp 50.000 aja susah. (Harga) biasa Tanah Abang - Kebayoran itu minim Rp 8.000, kalau Jaklingko kan gratis," jelasnya.

Karena itu, Sahur berharap ada perhatian pemerintah serta regulasi terkait operasionalnya, apakah dipindah aliran atau diatur wilayah operasionalnya.

"Ya saya tu berharap diatur alirannya (operasionalnya)," pungkas dia.

Terkait hal ini, Pengamat Transportasi, Djoko Setijowarno menuturkan jika sebenarnya sejak awal hadirnya Jaklingko, para pengemudi angkot regular sudah ditawarkan beralih.

Bahkan menurut Djoko, mereka adalah pihak pertama yang ditawarkan.

"Mereka kan juga ditawari kayak Jaklingko, tapi sebagian belum mau. Karena merasa dulu mungkin pendapatannya sudah bagus, ya sudah sekarang sudah merasakan bingung kan," kata Djoko saat dihubungi, Sabtu (27/9/2025).

Dia menyampaikan, ini bukanlah hal baru sebab penawaran perubahan regular ke Jaklingko sudah diberikan sejak lama.

Namun, para pengemudi angkot regular merasa ragu lantaran menganggap pendapatannya saat itu, jauh lebih baik ketimbang menjadi sopir Jaklingko.

"Cuma ya itu tadi, sekarang gini aja, mereka ngajuin aja ke Transjakarta biar jadi Jaklingko, nanti biar dilihat oleh Transjakarta," kata Djoko. 

"Banyak dulu yang ditawarin Tanah Abang - Kota, enggak mau dia, karena merasa sudah bagus pendapatannya," pungkas dia. 

Baca berita WartaKotalive.com lainnya di Google News 

Ikuti saluran WartaKotaLive.Com di WhatsApp: https://www.whatsapp.com/channel/0029VaYZ6CQFsn0dfcPLvk09

 

Sumber: Warta Kota
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved