Kesehatan

Mild Stimulation IVF Jadi Pilihan Program Bayi Tabung bagi Pasangan dengan Cadangan Sel Telur Rendah

Penulis: Mochammad Dipa
Editor: Mochamad Dipa Anggara
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi Ibu hamil. Metode Mild Stimulation IVF atau bayi tabung dengan stimulasi minimal ini merupakan salah satu metode bayi tabung yang direkomendasikan bagi pasien dengan cadangan sel telur yang rendah.

WARTAKOTALIVE.COM, JAKARTA - Bagi pasangan yang mengalami kesulitan untuk memiliki keturunan, teknologi reproduksi berbantu seperti In Vitro Fertilization (IVF) atau bayi tabung menjadi solusi yang banyak diandalkan.

Salah satu metode yang kini semakin populer adalah Mild Stimulation IVF atau bayi tabung dengan stimulasi minimal.

Metode ini menawarkan alternatif yang lebih alami dan minim risiko dibandingkan dengan prosedur IVF konvensional.

Menurut dr. Eko Santoso, SpOG, Spesialis Obgyn di Kato Ojin IVF Center (KOIC) RS MMC Jakarta, metode Mild Stimulation IVF dapat dilakukan tanpa batasan usia yang terlalu ketat, selama pasien masih berada dalam usia produktif dan memiliki kondisi kesehatan yang baik.

"Tidak ada batas usia dan syarat khusus bagi yang akan menjalani metode Mild Stimulation IVF, tetapi yang paling diperhatikan adalah cadangan sel telur yang dimiliki saat memulai program," ujar dr. Eko saat konferensi pers di RS MMC, Kuningan, Rabu (19/3/2025) lalu.

Lebih lanjut dikatakan, metode Mild Stimulation IVF ini juga direkomendasikan bagi pasien dengan cadangan sel telur yang rendah, karena tidak memerlukan dosis obat yang tinggi sehingga mengurangi beban ovarium.

Umumnya pada IVF konvesional, obat stimulasi dengan dosis tinggi dapat menimbulkan efek samping bagi pasien.

"Metode mild stimulation ini minim komplikasi karena adanya pengurangan dosis pemberian obat sehingga tidak akan terlalu memberatkan indung telur untuk bisa menghasilkan banyak sel telur pada saat proses stimulasi, melainkan fokus dalam pembentukan kualitas sel telurnya," jelas dr. Eko.

Secara teknis, lanjut dr. Eko, proses Mild Stimulation IVF memakan waktu sekitar dua minggu hingga akhirnya pasien menjalani prosedur Ovum Pick Up (OPU) atau pengambilan sel telur.

"Proses stimulasi bisa dimulai bila siklus memenuhi syarat berdasarkan hasil USG dan hormon. Mild stimulation akan dimulai pada hari ke-3 haid dengan obat utama pil oral dan atau injeksi dengan kondisi bisa iya ataupun tidak, sesuai dengan perkembangan telur," ujar dr. Eko.

Dr. Eko menambahkan, perkembangan telur sendiri dipantau dengan USG dan kadar hormon dalam darah. 

"Dalam kondisi tertentu, perkembangan ini bisa ditriger dengan nasal spray, dan jika sudah siap, akan dilakukan OPU 35 jam setelah itu,” ucapnya.

Sebelum memulai program, pasien akan menjalani tahapan persiapan selama satu siklus drug-free follow-up untuk mengetahui penyebab gangguan kesuburan, pola siklus haid, serta tindakan medis atau dukungan khusus yang dibutuhkan selama program berlangsung.

Untuk mendapatkan hasil optimal, persiapan sebelum menjalani IVF sangat penting. Dr. Eko menekankan bahwa tahap persiapan idealnya dilakukan minimal 2 hingga 4 minggu sebelum program dimulai. 

Tak hanya kondisi fisik, kesiapan mental juga berperan besar dalam keberhasilan program IVF. Proses yang berlangsung selama dua minggu ini sering kali berdampak pada kondisi emosional pasien, membuat mereka lebih mudah stres dan lelah.  Hal ini bisa mengganggu gelombang hormonal di dalam tubuh. 

"Yang paling mendasar adalah perubahan gaya hidup untuk memastikan tubuh dalam kondisi terbaik. Pasien disarankan untuk mengonsumsi makanan bergizi seimbang, menjaga pola tidur yang teratur, menghindari rokok dan alkohol, rutin berolahraga, serta menjaga berat badan ideal. Selain itu, hindari paparan radikal bebas, polusi, bahan kimia berbahaya, dan radiasi,” papar dr. Eko.

Di sisi lain, menurut Direktur PT Kato Ojin Group, dr. Muhammad Dwi Priangga, menyampaikan bahwa metode Mild Stimulation IVF  memiliki beberapa keunggulan, yaitu:

  • Dosis hormon lebih rendah

Hanya menggunakan sekitar 10 persen dari dosis yang biasa digunakan dalam metode IVF konvensional, sehingga lebih nyaman bagi pasien.

  • Risiko efek samping minimal

Mengurangi kemungkinan OHSS dan efek samping lainnya akibat penggunaan hormon dalam jumlah besar.

  • Kualitas embrio lebih baik

Dengan stimulasi yang lebih ringan, sel telur yang dihasilkan lebih sehat dan siap untuk implantasi.

  • Lebih hemat biaya

Karena menggunakan lebih sedikit obat hormon, metode ini cenderung lebih terjangkau dibandingkan IVF konvensional.

  • Siklus IVF lebih sering dalam waktu singkat

Pasien dapat menjalani lebih banyak siklus IVF karena penggunaan hormon yang lebih sedikit tidak membebani tubuh.

  • Tingkat keberhasilan lebih tinggi

Tingkat kesuksesan metode ini dikatakan cukup tinggi, menyentuh angka 62,5 persen. Angka ini menunjukkan kontras dengan IVF di Indonesia yang hanya berkisar 30 hingga 40 persen.

"Lewat metode mild stimulation ini kualitas dari sel telur dan embrio dimaksimalkan dan tidak hanya berpusat pada kuantitasnya," tandas dr. Angga.

Berita Terkini