Berita Nasional

Kaji Implementasi Strategi Transisi Energi Terintegrasi, IBCSD Gelar Dialog Antara Pemerintah-Swasta

Editor: Dwi Rizki
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Direktur Konservasi Energi, Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Gigih Udi Atmo; Kepala Kantor Bersama dari Rumah PATEN, Edo Mahendra; Ketua Komite Tetap Transisi Energi Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin Indonesia), Anthony Utomo; Direktur Eksekutif Institute for Essential Services Reform (IESR), Fabby Tumiwa dan Kepala Keberlanjutan Coca Cola Euro-Pacific Partners Indonesia (CCEPI), Natasha Gabriella dalam Dialog terkait Energi Terintegrasi yang digelar IBCSD pada beberapa waktu lalu.

WARTAKOTALIVE.COM, JAKARTA - Evaluasi kemajuan dan tantangan dalam implementasi strategi transisi energi terintegrasi guna mendorong dekarbonisasi industri di Indonesia, IBCSD menyelenggarakan dialog antara pemerintah dan swasta pada Kamis (7/3/2024).

Komite Eksekutif IBCSD sekaligus Ketua Komite Tetap Perubahan Iklim Kadin Indonesia, Dharsono Hartono menyampaikan pentingnya sektor energi dalam memerangi perubahan iklim.

Oleh karena itu, dialog ini menjadi penting karena menggali target dan strategi yang telah ditetapkan oleh Pemerintah Indonesia dalam melakukan transisi ke energi terbarukan dan menerapkan efisiensi energi.

Begitu juga mengulas hambatan yang dihadapi oleh perusahaan, meliputi kendala regulasi, keterbatasan akses terhadap pembiayaan, kurangnya keahlian, dan infrastruktur yang tidak memadai.

"Data dari Kementerian Perindustrian menunjukkan bahwa pada tahun 2022, emisi dari sektor industri Indonesia juga didominasi oleh emisi dari
penyediaan energi. Sudah sewajarnya, jika kita sebagai pelaku industri dan institusi yang terlibat dalam sektor penyediaan energi mampu melakukan transisi agar penyediaan energi kita jauh lebih ramah lingkungan," ujar Dharsono.

Hal senada disampaikan Direktur Konservasi Energi, Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Gigih Udi Atmo.

Gigih menyoroti target dan pencapaian Indonesia saat ini dalam hal dekarbonisasi melalui transisi energi.

Tujuan utama Indonesia dalam dekarbonisasi di sektor energi adalah untuk mencapai emisi nol bersih dari energi pada tahun 2060, dengan target
terdekat pada tahun 2030 setelah dikeluarkannya Enhanced Nationally Determined Contributions (E-NDC).

Berdasarkan E-NDC, pada tahun 2030, penurunan emisi dari sektor energi ditargetkan sebesar 358 juta ton CO2eq dengan upaya sendiri dan hingga tahun 2023, target tersebut telah tercapai hingga 35,6 persen atau sebesar 127,67 juta ton CO2eq.

"Pencapaian saat ini dicapai melalui beberapa cara pendekatan transisi energi termasuk pengembangan energi baru dan terbarukan serta penerapan konservasi energi di berbagai sektor," ungkap Gigih.

Selain target dan capaian saat ini, Gigih juga menggarisbawahi tantangan yang dihadapi dalam transisi energi, terutama dalam pengembangan energi baru dan terbarukan.

Beberapa tantangan yang dibahas dalam acara ini antara lain ketersediaan inovasi teknologi dan penguasaannya, kelayakan secara ekonomi.

Selanjutnya, kesiapan industri pendukung, isu supply dan demand, serta kesiapan implementasi proyek terutama di bidang administratif, termasuk proses perijinan dan penyiapan lahan.

Tema yang diangkat dalam pidato Gigih dieksplorasi lebih lanjut melalui sesi panel, yang menampilkan beberapa tokoh kunci dalam transisi energi di Indonesia.

Antara lain, Kepala Kantor Bersama dari Rumah PATEN, Edo Mahendra, Ketua Komite Tetap Transisi Energi Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin Indonesia), Anthony Utomo.

Kemudian, Direktur Eksekutif Institute for Essential Services Reform (IESR), Fabby Tumiwa dan Kepala Keberlanjutan Coca Cola Euro-Pacific Partners Indonesia (CCEPI), Natasha Gabriella.

Dalam presentasinya, Edo Mahendra berbagi wawasan mengenai inisiatif ini.

Fungsi utama mereka sebagai lembaga kolaboratif yang terdiri dari berbagai tokoh kunci dari beberapa kementerian adalah untuk mempercepat pengembangan transisi energi di Indonesia.

"Hal ini akan mencakup debottlenecking berbagai tantangan yang dihadapi dalam transisi energi dan memfasilitasi inisiatif bisnis dan publik dalam meningkatkan transisi energi di Indonesia," ungkap Edo.

"Dua produk utama yang akan terlihat dalam waktu dekat dari inisiatif ini adalah pengembangan Indonesia Energy Transition (IET) Channel dan Energy Transition Hub. Kedua platform ini diharapkan memiliki fungsi penting dalam mempercepat program transisi energi di Indonesia dan kolaborasi antar sektor dan pemangku kepentingan," bebernya.

Sejalan dengan inisiatif nasional di atas, Kadin Indonesia, sebagai asosiasi bisnis terbesar di Indonesia, juga telah membentuk Gugus Tugas Transisi Energi.

Untuk mendukung strategi nasional tersebut, Anthony Utomo mengatakan Satgas Transisi Energi Kadin memiliki tiga pilar utama dalam transisi pengembangan ekosistem industri hijau rendah karbon di Indonesia.

Antara lain, Inisiatif Pengembangan Industri Hijau (Green Industrial Development Initiative/GIDI), Manufaktur Energi Terbarukan (Renewable Energy
Manufacturing/REM), dan Energi Terdistribusi.

"Target utama kami adalah untuk mencapai valuasi pasar industri hijau sebesar USD 10,3 juta pada tahun 2050," jelas Anthony.

Pentingnya transisi energi dan dekarbonisasi industri juga digaris bawahi oleh Fabby Tumiwa, sebagai perwakilan dari salah satu lembaga non-pemerintah yang berada di garis depan dalam berbagai inisiatif dekarbonisasi dan transisi energi.

Terlepas dari berbagai tantangan yang dihadapi lembaganya, Fabby menekankan dekarbonisasi industri dan transisi energi juga akan memberikan banyak manfaat bagi negara.

Di antaranya peluang penghematan biaya energi sekitar 9-30 % , penciptaan target pasar baru dan peningkatan daya saing produk, potensi penghematan pajak karbon sebesar Rp 30.000 per ton CO2eq.

Selanjutnya, penciptaan hingga 3 juta lapangan kerja hijau, peningkatan kualitas lingkungan dan keanekaragaman hayati, serta pengurangan kebutuhan subsidi kesehatan.

Sepakat akan pentingnya transisi energi, Kepala Keberlanjutan Coca Cola Euro-Pacific Partners Indonesia (CCEPI), Natasha Gabriella menyampaikan pihaknya telah mengambil langkah lebih jauh dalam mencapai net nol energi di industri.

Natasha mengatakan bahwa CCEPI memiliki target yang sangat optimis untuk mencapai 100 % energi terbarukan di seluruh pasarnya pada tahun
2030 dan juga mencapai net zero emission (Scope 1,2,3) pada tahun 2040.

Sebagai realisasi dari target tersebut, CCEPI telah menginvestasikan sekitar Rp 94 miliar untuk mengembangkan PLTS atap gedung terbesar di Asia Tenggara dengan pembangkit energi surya bersih hingga 9,6 GWh.

"Energi ini menggerakkan pabrik dan mengurangi emisi hingga 8000 ton CO2eq per tahun," ungkapnya.

Baca Berita WARTAKOTALIVE.COM lainnya di Google News

Berita Terkini