Laporan Wartawan Wartakotalive.com, Alfian Firmansyah
WARTAKOTALIVE.COM, JAKARTA - Tim Kampanye Nasional (TKN) Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka menunjuk mantan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil alias Kang Emil menjadi Ketua Tim Kampanye Daerah (TKD) Prabowo-Gibran di wilayah Jawa Barat.
Sekretaris TKN Prabowo-Gibran Nusron Wahid menjelaskan, Provinsi Jawa Barat merupakan daerah yang paling krusial dalam Pilpres 2024.
Pasalnya, lanjut Nusron, Jawa Barat menjadi daerah yang memiliki pemilih paling besar di Indonesia.
"Jawa Barat kita ketahui lumbung suara Pak Prabowo selama 2 kali pilpres yaitu 2014 dan 2019. Ketika pasangan dengan Pak Hatta Rajasa maupun Sandi, Pak Prabowo selalu menangkan pilpres di Jabar lawan Pak Jokowi," kata Nusron di Rumah Sekretariat Prabowo-Gibran, Slipi, Jakarta Barat, Jumat (17/11/2023).
"Kami yakin Kalau pak Prabowo dan gibran menang telak di jabar kami yakin, insya allah pemilu akan dilaksanakan hanya dalam 1 putaran dengan catatan menang telak di Jawa Barat," sambungnya.
Tak hanya itu, Nusron juga mengatakan, jika sosok Ridwan Kamil adalah sosok yang penuh dengan prestasi.
Menurutnya, lanjut Nusron, Ridwan Kamil pernah menjadi Gubernur Jawa Barat dan Wali Kota Bandung.
"Kami yakin dan sangat optimis Provinsi Jawa Barat akan jadi tempat dan lumbung kemenangan prabowo-gibran,"imbuhnya.
Hasyim Ungkap Alasan Mengapa Prabowo Akhirnya Pilih Gibran
Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra Hashim Djojohadikusumo mengungkapkan mengapa Prabowo Subianto akhirnya memilih putra sulung Presiden Joko Widodo sebagai calon wakil presiden.
Adik Prabowo itu menyebut, selain enerjik dan muda Gibran dinilai bersih dari isu korupsi.
Seperti diketahui Prabowo menggandeng Gibran pada hari-hati terakhir sebelum pendaftaran ke Komisi Pemilihan Umum (KPU).
Seperti diketahui, awalnya Prabowo yang juga Ketua Umum parrai Gerindra membangun koalisi bersama Partai Kebangkitan Bangsa (PKB).
Koalisi bernama Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya (KKIR) ini bahkan sudah terbangun sejak pertengahan 2022 dan memastikan mengusung Prabowo sebagai calon presiden.
Meski demikian, Prabowo lamban dalam menentukan siapa yang akan menjadi wakil presiden.
Baca juga: VIDEO Momen Prabowo-Gibran Acungkan Jari "Victory dan Saranghaeyo" Usai Dapat Nomor Urut 2
Saat itu, Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar punya kans besar menjadi pendamping Prabowo.
Namun pada perjalanannya PAN, Golkar dan Partai Demokrat bergabung dengan KKIR. Golkar mengusulkan sang ketua umum Airlangga Hartarto sebagai bakal calon wakil Prabowo.
Pun demikian halnya dengan PAN yang menjagokan Menteri BUMN Erick Thohir.
Partai Demokrat yang paling buncit bergabung cukup tahu diri dan tidak memaksakan Agus Harimurti Yudhoyono sebagai bakal calon wakil presiden.
Sebagai catatan, Demokrat menyempal dari Koalisi Perubahan untuk Persatuan setelah merasa ditelikung oleh Partai Nasdem.
Masuknya PAN, Golkar, dan Demokrat serta beberapa partai non-parlemen membuat Prabowo mengubah nama koalisi menjadi Koalisi Indonesia Maju (KIM). Situasi ini membuat Cak Imin tidak nyaman.
Secara tiba-tiba PKB banting setir bergabung dengan PKS dan Nasdem di Koalisi Perubahan.
Cak Imin kemudian resmi menjadi calon wakil presiden berpasangan dengan Anies Baswedan.
Sementara itu KIM untuk waktu yang cukup lama gagal membuat kesepakatan terkait siapa yang berhak menjadi wakil presiden mendampingi Prabowo.
Baca juga: Pantun Prabowo kepada Cak Imin Sinyal Koalisi di Putaran Kedua untuk Melawan Ganjar-Mahfud
Nama Gibran akhirnya menjadi alternatif, setelah secara dramatis Mahkamah Konstitusi mengubah aturan syarat wakil presiden yang membuat Gibran memenuhi syarat meski belum genap berusia 40 tahun.
KIM akhirnya sepakat dengan nama Gibran dan mendaftar ke KPU pada hari terakhir pendaftaran.
Seperti diketahui, dalam undian nomor urut capres dan cawapres, pasangan Prabowo-Gibran mendapat Nomor 2 sementara Anies-Cak Imin mendapat nomor urut 1 dan Ganjar Pranowo-Mahfud MD mendapat nomor 3.
Hasyim pun mengungkapkan mengapa pilihan capres Prabowo jatuh pada Gibran.
Menurutnya Prabowo pernah berkata kepada dirinya mengapa pada akhirnya memilih calon wakil presiden yang berasal dari kalangan anak muda.
Hashim menyebut, Prabowo lebih suka memilih anak muda yang bersih ketimbang orang tua koruptor.
"Tahu gak Pak Prabowo bilang apa? 'Lebih baik anak muda yang bersih daripada orang tua yang kotor dan koruptor'," ujar Hashim saat menjadi pembicara dalam acara Guyub Nasional di Jakarta Pusat, Rabu (15/11/2023).
"Dia bilang ke saya, 'Syim, lebih baik saya pilih anak muda, mungkin bocil, mungkin karbitan, mungkin ingusan, tetapi dia punya hati mulia dan bersih'," ungkap Hasyim.
Baca juga: VIDEO Ganjar-Mahfud Dapat Nomor Urut 3, Truk Videotron dan Relawan Penuhi Bundaran HI
Menurut Hashim, hal tersebut tidak hanya disampaikan Prabowo kepada dirinya, tetapi juga kepada elite Gerindra.
Lalu, Hashim mengungkit ayahnya, Soemitro Djojohadikusumo yang pernah menjadi menteri di usia 33 tahun.
Dia mengeklaim ayahnya itu masih menjadi salah satu menteri terbaik di Indonesia.
"Kalau tidak suka dengan Pak Prabowo dan Mas Gibran, iya pilih yang lain lah.
Enggak ada paksaan kok. Indonesia bukan Korea Utara, Indonesia adalah demokrasi. Di Indonesia ada pilihan," ujar Hashim.
Korupsi di Kemenham
Pada kesempatan yang sama Hashim mengatakan korupsi mark up yang terjadi di Kementerian Pertahanan sudah melampaui level 'gila'. Hashim mengatakan, harga satu senjata yang aslinya hanya 800 dollar bisa berubah menjadi 10.800 dollar.
Mulanya, Hashim bercerita mengenai momen Prabowo yang baru diangkat menjadi Menteri Pertahanan pada 2019 silam. Di bulan-bulan pertama bekerja, Prabowo harus menandatangani kontrak senilai Rp 51 triliun.
Namun, kontrak yang nilainya fantastis itu ternyata terindikasi korupsi mark up.
"Rp 51 triliun di atas meja dia. Dan waktu itu kami sudah dapat laporan, saya dapat laporan, di kontrak ini korupsi mark up-nya gila. Ini lebih gila, ini gila, ini gila, gilanya memang melampaui gila, Pak," ujar Hashim.
Menurut Hashim, korupsi mark up merupakan salah satu penyakit di Indonesia. Sebab, di salah satu kasus korupsi mark up itu saja, angka mark up-nya mencapai 1.250 persen.
"Ada satu senjata harga pabrik 800 dollar satu senjata senapan canggih, yang datang ke mejanya Prabowo harganya 10.800 dollar.
Bisa dihitung, harga asli 800, yang datang ke meja Menteri Pertahanan 10.800 dollar, mark up-nya saya hitung," tuturnya.
Baca juga: VIDEO Ganjar-Mahfud MD Langsung Gaya Metal dan Senyum Sumingrah Usai Dapat Nomor 3
"Dan waktu saya lapor ke kakak saya, dia tidak mau percaya. Karena dia sudah bicara bocoran-bocoran berapa tahun, dia dikritik sebagai 'Prabocor' karena orang enggak mau percaya.
Tapi yang diduga orang lebih jelek lagi. Ada orang yang lebih rakus lagi dari orang rakus," sambung Hashim.
Maka dari itu, Hashim menilai kerakusan di Indonesia sudah melampaui batas. Dia mengingatkan bahwa uang yang mau dirampok oleh para oknum itu merupakan uang rakyat.
"Ibu-ibu yang ada di sini kalau ke salon harus bayar pajak 11 persen di dalam tagihannya kan ada 11 persen, betul enggak? Itu uang itu yang dicuri, bagi orang yang bayar pajak penghasilan, ada orang yang bayar 30 persen, 35 persen itu yang dicuri," jelasnya.
Hashim bangga dengan Prabowo yang akhirnya membatalkan kontrak diduga mark up tersebut. Kontrak senilai Rp 51 triliun yang ada di meja Prabowo pun akhirnya batal. Hashim menyebut Prabowo tidak merestui korupsi.
"Prabowo menolak godaan, saya bersaksi, saya saksi.
Dia selamatkan uang kalian, your money, itu uang kalian. Dia selamatkan, ya Rp 15-20 triliun dari tangan-tangan koruptor," imbuh Hashim.