Berita Politik

Gus Miftah Berang, Kepala Bappenas Suharso Monoarfa Singgung Kyai dan Amplop

Penulis: Desy Selviany
Editor: Desy Selviany
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Plt Ketua Umum PPP Suharso Monoarfa seusai bertemu Presiden Joko Widodo (Jokowi) di Istana Kepresidenan, Jakarta, Selasa (22/10/2019).

WARTAKOTALIVE.COM, JAKARTA - Ulama Gus Miftah berang dengan pernyataan Menteri PPN/Kepala Bappenas Suharso Monoarfa yang dianggap telah merendahkan matrabat kyai.

Kekesalan Gus Miftah kepada Kepala Bappenas Suharso Monoarfa disampaikannya lewat akun instagram Kamis (18/8/2022).

Tokoh agama dari Nahdlatul Ulama itu menyematkan video Suharso Monoarfa yang berlambang KPK.

Terlihat, Suharso Monoarfa diminta untuk memberikan sambutan dalam acara yang diselenggarakan oleh KPK.

Dalam sambutan tersebut, Suharso Monoarfa menceritakan soal pengalamannya sowan ke tokoh agama atau kyai.

Kata Suharso Monoarfa, saat itu ia sowan ke seorang kyai yang tidak disebutkan namanya.

Saat pulang dari kediaman kyai tersebut, Suharso Monoarfa mengaku disinggung soal barang yang tertinggal.

Baca juga: Ucapan Suharso Monoarfa di KPK Soal Amplop Dianggap Menghina Kiai, PPP Minta Maaf

Suharso Monoarfa pun mengaku bingung dengan sindiran halus tersebut hingga akhirnya diberitahu sesuatu.

Suharso Monoarfa mengaku diminta untuk menitipkan amplop apabila sowan dengan kyai.

Ketua Umum PPP itu kemudian menyayangkan adanya kebiasaan terima amplop yang dilakukan kyai.

Atas pernyataan tersebut, Gus Miftah pun berang. Ulama yang dikenal sebagai tokoh agama moderat itu tidak terima dengan pernyataan menteri Kabinet Indonesia Maju tersebut.

Gus Miftah menyayangkan pernyataan dan cerita tersebut dilontarkan oleh seorang ketua umum partai.

“Maksud anda apa ya pak ketua umum partai yang terhormat @suharsomonoarfa?” tulis Gus Miftah sambil memention Suharso Monoarfa.

Menurut Gus Miftah, statemen Kepala Bappenas RI itu sangat menghina marwah kyai dan pondok pesantren.

Sebab, dalam khazanahnya, pesantren memiliki istilah tabarukan, yaitu ngalap berkah yang dilakukan oleh seorang santri atau jamaah kepada kyai.

Salah satu caranya adalah silaturahmi atau sowan kepada kyai.

Jelas Gus Miftah, dalam silaturrohmi itu biasanya santri atau jamaah minta doa, minta nasehat atas problem dan hajatnya.

Gus Miftah menyebut bahwa tidak ada permintaan khusus dari kyai kepada para santri dan jamaah saat menerima sowan.

Adapun kata Gus Miftah, amplop tersebut biasanya diberikan secara sukarela dan seikhlasnya.

“Kalau sowan harus kasih amplop atau apapun, kalau toh ada itu justru inisiatif dari santri atau jamaah yang sifatnya sukarela sebagai rasa mahabbah seorang santri kepada kyai,” bebernya.

Gus Miftah pun menyayangkan para tokoh agama yang hanya kerap dimanfaatkan untuk kebutuhan panggung politik.

Menurutnya, apabila para tokoh politik itu membutuhkan maka mereka berbondong-bondong menghampiri kyai.

Gus Miftah pun mengibaratkan para politisi seperti daun salam dan laos dalam sebuah masakan.

“Kalau butuh mereka sowan kyai, selesai butuhnya kembali meninggalkan kyai. Persis seperti daun salam dan laos, kalau masak sayur dicari pertama kali, sayurnya matang daun salam dan laosya dibuang pertama kali,” tuturnya.

Menurut Gus Miftah, pernyataan Kepala Bappenas tersebut telah menghina kyai dan pesantren dengan kalimat yang menyakitkan.

Ustad gondrong itu pun menyomasi Suharso Monoarfa untuk mengklarifikasi dan meminta maaf atas pernyataan tersebut.

“Saya sebagai santri yang biasa sowan kyai untuk tabarukan dan ngalap berkah meminta anda untuk klarifikasi dan minta maaf,” tegasnya.

Berita Terkini