WARTAKOTALIVE.COM, JAKARTA - Muhammad Diaz (20) korban tawuran yang tewas di Jalan Sanip, Kelurahan Jati Pulo, Kecamatan Palmerah, Jakarta Barat dikenal oleh warga sekitar anak yang baik.
Bahkan Diaz mudah bergaul dengan siapa saja, sehingga ia bisa memiliki banyak teman termasuk di wilayah Kota Bambu Utara (KBU), Palmerah, Jakart Barat.
Baca juga: Eneng Malianasari tak Percaya Pendapatan Pemprov DKI Tembus 100,6 persen saat Dipimpin Anies
Pria 20 tahun itu tinggal di Kota Bambu Selatan (KBS) dan selalu bermain dengan teman sebayanya di KBU.
Dari keterangan warga sekitar, remaja di rumah Diaz tidak ada yang membangunkan sahur keliling.
Oleh karenanya Diaz ikut bergabung membangunkan sahur keliling dengan remaja di KBU.
Warga sekitar, Irsyad Muchtar menjelaskan, remaja di rumahnya selalu menjadi korban pembunuhan saat tawuran berlangsung antara Kota Bambu Utara (KBU) dengan Jati Pulo.
Baca juga: Pusing Atasi Banjir di Jalan MH Thamrin, Arief R Wismansyah Minta Pemprov Banten Bantu Cari Solusi
Seperti yang dialami Diaz, saat peristiwa tawuran itu pria kelahiran tahun 2002 ini dikira sebagai warga KBU oleh kelompok Jati Pulo.
Akhirnya korban tewas di lokasi tawuran Jalan Sanip, Jati Pulo, Palmerah usai menerima luka sabetan senjata tajam di bagian dada sebelah kirinya.
"Jadi anak di KBU dan KBS ini teman satu sekolah, pas lagi main, ada tawuran, sudah banyak di sini korban tawuran, yang musuhan KBU sama Jati Pulo," katanya.
Dendam kesumat antara Jati Pulo dan KBU ini ternyata sudah berlangsung sejak puluhan tahun silam.
Tepatnya sekira tahun 1980-an kedua wilayah itu sudah saling serang dan hingga detik ini tidak ada yang mengetahui penyebab tawuran.
Baca juga: Politisi PSI Minta Pemprov DKI Libatkan Daerah Tetangga Bahas RUU Kekhususan Jakarta
Meski sudah berlangsung lama, tak ada yang bisa mendamaikan kedua kelompok tersebut.
Akhirnya para pelaku tawuran di era Presiden Suharto itu saat ini sudah memiliki anak yang tumbuh remaja dan dewasa.
Tahta tawuran itu diturunkan ke anak-anaknya entah bagaiamana hal itu bisa terjadi di sana.
Lebih parahnya lagi, para orang tua sampai turun gunung membantu anaknya untuk perang.
Baca juga: Warga Semanan Panik Pabrik Tiner Alami Kebakaran Hebat, tak Bisa Sahur dengan Tenang