Terungkap Ketatnya Seleksi Anggota Kopassus: Standar Fisik, Menembak dan Berenang di Atas Rata-Rata

Beratnya persyaratan untuk menjadi prajurit kopassus dapat dilihat dari standar calon untuk bisa mengikuti pelatihan.

Surya Malang
Ilustrasi : Prajurit Kopassus. 

Dalam sejarah Kopassus, kesatuan baret merah TNI AD ini pernah melakukan seleksi ulang hingga membuat lebih dari 3000 prajuritnya dinyatakan tak lulus

Dilansir dari buku 'Sintong Panjaitan, Perjalanan Seorang Prajurit Para Komando', karya Hendro Subroto, saat itu Kopassus memang tengah melakukan perampingan organisasi besar-besaran, sehingga diadakan seleksi yang berat.

Seleksi yang berat itu membuat prajurit kopassus yang awalnya 6.400 orang, berkurang menjadi 2500 orang. Sehingga ada sekitar 3900 prajurit yang tak lulus.

KISAH NYATA! Anggota Kopassus Pura-Pura Mati 5 Hari di Tumpukan Jasad Rekannya

Luhut Panjaitan: Jokowi Lemah Lembut tapi Tegas, Setegas Jenderal Kopassus

Komentar Menggelitik Gatot Nurmantyo soal Hadi Tjahjanto, Luhut Pandjaitan, Moeldoko Hingga Wiranto.

Dalam bukunya itu, Sintong bercerita betapa beratnya seleksi yang saat itu diadakan di Sukabumi.

Seleksi itu bertujuan menilai kemampuan fisik, mental, dan kecerdasan para prajurit kopassus.

"Di antara kegiatan latihan itu, harus menyeberangi berbagai jurang untuk latihan fisik dan mental, kurang waktu untuk tidur dan istirahat selama satu minggu, serta membaca peta dan situasi untuk uji kecerdasan," tulis Hendro berdasarkan kesaksian Sintong.

Sintong Panjaitan saat menceritakan seleksi jadi anggota Kopassus
Sintong Panjaitan saat menceritakan seleksi jadi anggota Kopassus (Tribunnews/istimewa)

Dalam berbagai seleksi itu, pasukan yang lulus hanya sekitar 2.500 orang.

Mereka yang lulus tentu saja boleh tetap mengenakan baret merah.

Sedangkan, yang tak lulus akan ditempatkan ke dalam kesatuan baret hijau, Kostrad.

Pergantian baret itu tentu saja menimbulkan protes dari mereka yang harus mengganti baret merah ke hijau.

Satu bentuk protesnya adalah melepaskan sejumlah tembakan.

"Mereka merasa masuk TNI karena ingin menjadi anggota Korps Baret Merah, dan tidak bisa menerima kenyataan harus melepaskan baret merah di samping sudah bersumpah setia untuk menjadi pasukan komando," tulis Hendro yang menirukan kembali kesaksian Sintong.

AM Hendropriyono
AM Hendropriyono (Tribunnews.com)

Sintong pun menilai mereka yang protes melalui pelepasan tembakan memang sudah tak pantas di Kopassus.

Tindakan itu sudah melanggar disiplin militer yang patuh, dan taat pada pimpinan.

Oleh karena itu, Sintong pun meminta Polisi Militer AD untuk menanganinya.

Halaman
123
Sumber: Surya
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved