Berita Nasional
Diduga Rebut Tanah Adat, PT TPL Malah Dapat Penghargaan dari Kemenhut, Ini Tanggapan Pendeta Victor
Meski Ditentang karena Rebut Tanah Adat, PT Toba Plup Lestari Justru Dapat Penghargaan dari Kementerian Kehutanan, Ephorus HKBP: Sangat Tak Pantas
Penulis: Nuri Yatul Hikmah | Editor: Dwi Rizki
WARTAKOTALIVE.COM, MENTENG - Seruan penutupan PT Toba Plup Lestari Tbk (TPL) kian digerolakan oleh masyarakat di berbagai kalangan, tidak hanya di wilayah Sumatera Utara, tetapi juga oleh petani daerah dan sejumlah HKBP di Indonesia.
Meski begitu, pemerintah melalui Kementerian Kehutanan RI justru memberikan penghargaan Prima Wana Karya 2025 kepada PT TPL dalam kategori bahan baku kayu tanaman.
Diketahui, PT TPL terpilih sebagai penerima Prima Wana Karya 2025 lantaran dinilai memenuhi berbagai kriteria, seperti di aktif sebagai PBPHH dan memiliki Sertifikat Verifikasi Legalitas dan Kelestarian.
Selain itu, Kementerian Kehutanan juga menilai jika capaian kinerja produksi PT TPL berada di atas 60 persen dari kapasitas izin, menggunakan bahan baku mayoritas dari hasil hutan kayu tanaman yang berkesinambungan, serta memiliki inovasi teknologi dan produk dalam proses produksi.
Menanggapi hal tersebut, Pdt dr Victor Tinambunan selaku Ephorus HKBP menyampaikan jika hal itu sangatlah menciderai hati masyarakat tanah Batak, sebab dianggap tidak pantas.
"Menurut saya dikaji ulang saja. Karena saya sendiri saksi mata di sana, saya sudah lihat sendiri (bagaimana dampaknya). Itu tidak pantas menerima," kata Victor saat ditemui di area Tugu Proklamasi, Menteng, Jakarta Pusat, Senin (18/8/2025).
Victor lantas mengutip satu ucapan Luhut Binsar Panjaitan yang menyebut bahwa tanaman monokultur seperti yang diproduksi PT TPL, justru dapat merusak tanah.
"Jadi tanaman monokultur ini sekarang prosesinya sudah ratusan hektar, ditambah lagi, baru kami temukan bahwa ternyata TPL menggunakan atau menanami tanah adat itu lebih dari 33.000 hektar," kata Victor.
Sehingga, Victor menyebut jika pemberian penghargaan itu sangat tidak pantas untuk masyarakat setempat yang kini sedang mati-matian memperjuangkan tanahnya.
Baca juga: Tanah Direnggut, Derita Masyarakat Tapanuli Raya Akibat Kehadiran Toba Pulp Lestari
Sebelumnya diberitakan, ribuan orang mendatangi kawasan Tugu Proklamasi, Menteng, Jakarta Pusat untuk doa bersama untuk masyarakat di Sumatera Utara yang tengah berjuang mempertahankan tanahnya yang hendak diakuisisi oleh PT Toba Plup Lestari Tbk (TPL), Senin (18/8/2025).
Pantauan Warta Kota di lokasi, nampak massa yang datang ini terdiri dari berbagai kelompok, mulai dari jemaah Gereja Huria Kristen Batak Protestan (HKBP), petani dari berbagai daerah, hingga masyarakat sipil.
Mereka melakukan long march dari Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI) Salemba menuju area Tugu Proklamasi sekira pukul 06.00 WIB.
Mereka memakai atribut yang beragam, ada yang menggunakan pakaian merah putih lengkap dengan syal tenun khas Sumatera Barat, ada yang membawa pita serta bendera merah putih kecil, hingga sejumlah kelompok yang datang dengan menggunakan cetok (tundung kepala berbahan bambu anyam).
Beberapa orang juga membawa properti lingkungan, mulai dari kendi berisi air, pot berisi tanah, hingga tanaman hijau untuk ditanam secara simbolis.
Mereka datang untuk memanjatkan doa yang dipandu sesuai ajaran Kristen, menampilkan atraksi seni musik tradisional angklung, hingga menggerilyakan lagu-lagu nasionalis.
| Dipecat Prabowo dari Menteri Koperasi, Budi Arie Sebut Tetap Dukung Pemerintah: Kami yang Rancang |
|
|---|
| Foto-foto Maraknya Rokok Ilegal Rugikan Negara, Pemerintah Diminta Tegas |
|
|---|
| Foto-Foto PROJO Matangkan Strategi Politik Jelang Kongres III |
|
|---|
| Foto-foto Pemeriksaan Lanjutan Kasus Pemerasan di Kemnaker |
|
|---|
| Tingkatkan Mutu Layanan Akupunktur Medik, PB IDI Resmikan Kepemimpinan Baru PDAI |
|
|---|

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.