Pengobatan Kanker Prostat, Ada Terapi Lutetium PSMA yang Efektif dan Minim Efek Samping

Kanker prostat salah satu jenis kanker yang paling banyak menyerang pria di mana dalam perkembangannya bisa menyebar ke organ lain dan sulit diatasi.

Istimewa
PENGOBATAN KANKER - Kanker prostat salah satu jenis kanker yang paling banyak menyerang pria. Dalam perkembangannya, kanker ini juga bisa menyebar ke organ lain dan menjadi sulit diatasi dengan metode konvensional. Terkini ada Lutetium PSMA sebagai solusi terapi radioaktif yang efektif bagi pasien kanker prostat stadium lanjut.  

WARTAKOTALIVE.COM, JAKARTAKanker prostat salah satu jenis kanker yang paling banyak menyerang pria. 

Dalam perkembangannya, kanker ini juga bisa menyebar ke organ lain dan menjadi sulit diatasi dengan metode konvensional. 

Terkini ada Lutetium PSMA sebagai solusi terapi radioaktif yang efektif bagi pasien kanker prostat stadium lanjut. 

dr. Febby Hutomo, Sp. KN (K), FANMB, dokter spesialis kedokteran nuklir konsultan nuklir onkologi RS Siloam MRCCC Semanggi mengatakan Lutetium PSMA dianggap sebagai alternatif yang lebih aman dengan efek samping yang lebih minimal.

Terapi ini menawarkan pendekatan yang lebih spesifik dibandingkan metode pengobatan lainnya, seperti kemoterapi atau terapi hormon, yang dapat berdampak luas terhadap sel-sel tubuh lainnya.

“Lutetium merupakan pengobatan kanker prostat yang dilakukan ketika hormonal terapi sudah tidak bisa digunakan kepada pasien,” sebut dr. Febby lewat keterangan, Jumat (9/5/2025). 

Lutetium PSMA adalah terapi radioaktif yang menargetkan molekul spesifik di sel kanker prostat.

Lutetium-177 yang digunakan dalam terapi ini memiliki kemampuan untuk mengikat PSMA (Prostate-Specific Membrane Antigen), yaitu protein yang banyak ditemukan pada permukaan sel kanker prostat

Setelah masuk ke dalam tubuh, Lutetium-177 akan mengikat PSMA dan memberikan radiasi langsung ke sel kanker tanpa merusak jaringan sehat di sekitarnya.

Berdasarkan panduan internasional, Lutetium PSMA digunakan pada pasien dengan kanker prostat yang telah menyebar (metastasis) dan tidak lagi merespons terapi hormon.

Kondisi ini disebut sebagai metastatic castration-resistant prostate cancer (MCRPC). Dalam tahap ini, kanker telah berkembang menjadi lebih agresif dan membutuhkan pendekatan pengobatan yang lebih canggih.

Efek samping yang mungkin muncul cenderung lebih ringan dibandingkan terapi konvensional, seperti kemoterapi.

Baca juga: Ini Saran Menteri Maman Abdurrahman untuk Menghadapi Kebijakan Tarif Impor Presiden AS Donald Trump

Sementara itu beberapa pasien mungkin saja mengalami penurunan jumlah sel darah dalam jangka pendek, tetapi kondisi ini umumnya dapat diatasi dengan terapi suportif.

“Secara keseluruhan, organ-organ yang biasanya rusak dengan pengobatan lain seperti kemoterapi, penggunaan Lutetium ini tepat sasaran sel kanker prostat dan memiliki risiko lebih kecil dari terapi lain,” sebut dr. Febby.

Sebelum menjalani terapi Lutetium PSMA, pasien harus melalui serangkaian pemeriksaan medis untuk memastikan kelayakan prosedur.

Pemeriksaan ini meliputi pemeriksaan fisik oleh tim multidisiplin, tes laboratorium lengkap, dan pemindaian PET PSMA.
 
“Untuk penggunaan Lutetium pada pasien, perlu digarisbawahi bahwa patologi anatomi pasien harus jelas terlebih dahulu sebelum berlanjut ke PET PSMA untuk mengetahui sejauh mana penyebaran yang telah terjadi pada pasien,” ujar dr. Febby.

Keberhasilan terapi Lutetium PSMA bergantung pada beberapa faktor, seperti jenis sel kanker prostat, skor Gleason (indikator agresivitas kanker), serta jumlah dan lokasi metastasis.

Studi menunjukkan bahwa terapi ini dapat memperpanjang harapan hidup pasien, terutama bagi mereka yang tidak lagi merespons terapi konvensional.
 
Jika terjadi kekambuhan, terapi Lutetium PSMA dapat diulang dengan jarak waktu 6-8 minggu, tergantung pada kondisi pasien sehingga terapi ini memberikan fleksibilitas bagi pasien dalam menangani kanker prostat stadium lanjut.
 
“Jadi efek dari Lutetium PSMA ini rata-rata kita dapat melihatnya setelah 3 siklus (dalam 1 siklus waktunya 6-8 minggu),” ujar dr. Febby.

Baca berita Wartakotalive.com lainnya di WhatsApp.

Baca berita Wartakotalive.com lainnya di Google News.

Sumber: Warta Kota
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved