Berita Nasional
Asas Dominus Litis dalam RUU KUHAP Dinilai Berpotensi Ubah Sistem Penegakan Hukum, Ini Alasannya
Asas Dominus Litis dalam Revisi KUHAP Jadi Sorotan, Potensi Mengubah Sistem Penegakan Hukum di Indonesia
WARTAKOTALIVE.COM, JAKARTA - Asas Dominus Litis dalam revisi Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (RKUHAP) kini tengah menjadi sorotan tajam.
Perubahan yang diusulkan dalam RKUHAP ini dianggap secara mendasar akan merombak sistem penegakan hukum yang berlaku di Indonesia, serta berpotensi menimbulkan ketidakseimbangan dalam implementasi fungsi kepolisian.
Analis intelijen, pertahanan, dan keamanan, Ngasiman Djoyonegoro, yang akrab disapa Simon, menjelaskan bahwa sistem penegakan hukum di Indonesia selama ini menganut asas diferensiasi fungsional.
Artinya, setiap aktor penegak hukum memiliki kemandirian masing-masing dan berposisi setara.
Penyidikan dan penyelidikan berada di tangan Kepolisian, penuntutan oleh Kejaksaan, dan Pengadilan berperan sebagai lembaga yang mengadili.
"Semua lembaga itu menjalankan fungsinya masing-masing secara setara, tidak ada yang lebih tinggi," ujar Simon pada Jumat (7/3/2025).
Namun, Simon menilai bahwa asas dominus litis dalam RKUHAP memberikan kewenangan yang besar kepada Kejaksaan untuk menentukan apakah suatu perkara pidana dapat dibawa ke pengadilan atau tidak.
Menurutnya, kewenangan penuh yang diberikan kepada Kejaksaan ini berpotensi merusak sistem penegakan hukum yang telah berlangsung lama.
Simon mengungkapkan, sistem penegakan hukum Indonesia sudah menganut asas diferensiasi fungsional sejak pertama kali Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) disahkan pada 1981, atau sudah 44 tahun.
Oleh karena itu, sistem ini telah mengakar dalam tata hukum Indonesia.
"Kita sudah melaksanakan sistem ini sejak KUHAP pertama kali disahkan, artinya sudah 44 tahun kita menganut sistem ini sehingga mengakar dalam sistem tata hukum kita," kata Simon.
Meskipun ada beberapa kelemahan dan kendala dalam implementasi kebijakan di lapangan, Simon berpendapat bahwa hal tersebut tidak seharusnya mengubah sistem secara mendasar yang bisa menggangu pelaksanaan penegakan hukum yang sudah berjalan.
Menurutnya, yang lebih penting adalah bagaimana memperbaiki aspek-aspek penegakan hukum yang dapat meningkatkan akuntabilitas, baik di Kepolisian, Kejaksaan, Pengadilan, maupun profesi pengacara.
Selain itu, Simon juga menyoroti tugas utama Kepolisian yang tidak hanya berfokus pada penegakan hukum, tetapi juga menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat.
Menurutnya, keberwibawaan Kepolisian di masyarakat sangat bergantung pada kewenangan mereka dalam melakukan penyidikan dan penyelidikan.
PPATK: Saldo Rekening Dormant Terindikasi Tindak Pidana Capai Rp 1,15 T, Terbanyak Kasus Korupsi |
![]() |
---|
Ditanya Prabowo Pilih PSI atau Gerindra, Menteri Koperasi Budi Arie: Ikut Perintah Presiden |
![]() |
---|
Klaim Silfester Sudah Damai dan Bertemu JK Ternyata Ngibul, Justru JK Bingung Kenapa Dia Tak Dibui |
![]() |
---|
Prabowo Subianto Ingin Buktikan Lepas dari Bayang-bayang Jokowi |
![]() |
---|
Ivan Sebut Penentuan 122 Juta Rekening Dormant dari Pihak Bank, PPATK Lanjut Analis |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.