Viral KaburAjaDulu, Segini Hitung-hitungan Gaji di Luar Negeri dengan Pengeluaran
Ramai tagar KaburAjaDulu yang digaungkan oleh netizen yang sudah muak tinggal di Indonesia.
WARTAKOTALIVE.COM - Ramai tagar KaburAjaDulu yang digaungkan oleh netizen yang sudah muak tinggal di Indonesia.
Tidak adanya kepastian masa depan yang lebih baik di Indonesia membuat tagar KaburAjaDulu bertahan hingga lebih dari sepekan.
Terlebih banyaknya testimoni para tenaga kerja Indonesia (TKI) di negara-negara maju seperti Australia dan Eropa yang mengaku memiliki hidup lebih baik di luar negeri.
Penulis Tere Liye pun menyoroti fenomena Kabur Aja Dulu di media sosial instagramnya pada Minggu (16/2/2025).
Penulis serial Novel Bumi itu sepakat bahwa pendapatan di luar negeri jauh lebih baik meskipun dengan biaya hidup yang mahal.
Tere Liye kemudian membuat hitung-hitungan pendapatan luar negeri dengan biaya hidup yang diperlukan.
Misalnya saja dengan gaji terkecil di Korea Selatan atau Jepang Rp20 juta, pekerja di negara tersebut masih bisa menabung hingga Rp5 juta.
Tere Liye pun merinci hitung-hitungan pendapatan bekerja luar negeri berikut dengan pengeluarannya.
Di mana untuk pengeluaran makan sebulan di Korea Selatan atau Jepang di kisaran Rp6.300.000.
Kemudian tempat tinggal Rp4.500.000 dan transportasi Rp1.500.000 serta biaya lain-lain Rp2.500.000.
Maka pekerja kasar di negara tersebut masih bisa menyimpan uang Rp5.200.000 karena pengeluaran sebulan Rp14.800.000.
“Mau kalian jungkir balik otak-atik angkanya, kerja di LN akan selalu potensial saving lebih tinggi secara nominal. Bahkan jika biaya hidup di Indonesia ditekan semurah mungkin, saving rate naik, tetap saja tabungan secara nominal di LN unggul,” jelas Tere Liye.
Baca juga: Viral Tagar KaburAjaDulu di Medsos, Istana: Merantau Itu Bagus, tapi Jangan Jadi Pendatang Haram
Maka dari itu kata Tere Liye, pekerja buruh kasar di negara-negara maju dengan mudahnya berlibur ke Indonesia sementara sebaliknya pekerja kantoran di Indonesia saja sulit jalan-jalan keluar negeri.
“Itulah kenapa pekerja restoran fast food di Australia, buruh kasta rendah di sana, bisa liburan ke Bali, Lombok, sementara pekerja restoran fast food di Indonesia, nggak kuat liburan ke Australia. Paham?” bebernya.
Terlebih pria yang memiliki nama asli Darwis itu membandingkan banyaknya subsidi di luar negeri untuk rakyatnya.
Di mana transportasi publik dibuat murah, akses kesehatan bagus, dan pendidikan murah dan bagus.
“Kamu sih fokus ke layer 50-60 persen, kayak Menteri yang nakut-nakutin di LN pajak tinggi,” kata penulis Teruslah Bodoh Jangan Pintar itu.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.