Diskusi di IdeaFest 2024, Bapanas dan KRKP Dorong Diversifikasi Pangan Lokal untuk Ketahanan Pangan

Badan Pangan Nasional (Bapanas) terus mendorong diversifikasi pangan dengan pemanfaatan potensi pangan yang bersumber dari produksi lokal. 

Penulis: Mochammad Dipa | Editor: Mochamad Dipa Anggara
Wartakotalive.com/Mochammad Dipa
Direktur Penganekaragaman dan Konsumsi Pangan di Badan Pangan Nasional, Rinna Syawal (tengah) menjelaskan inisiatif pangan lokal oleh Badan Pangan Nasional pada sesi diskusi 'Di Balik Dapur Makan Siang Bergizi Dari Ladang', pada ajang IdeaFest 2024 di JCC Senayan, Jakarta, Sabtu (28/9/2024).  

WARTAKOTALIVE.COM, JAKARTA - Badan Pangan Nasional (Bapanas) terus mendorong diversifikasi pangan dengan pemanfaatan potensi pangan yang bersumber dari produksi lokal. 

Bapanas menilai, langkah diversifikasi pangan berbasis pangan lokal dapat turut menggerakkan ekonomi setempat, serta menjadi pilihan menu konsumsi yang memenuhi prinsip gizi seimbang (Beragam, Bergizi Seimbang dan Aman atau B2SA).

Menurut Direktur Penganekaragaman dan Konsumsi Pangan di Badan Pangan Nasional, Rinna Syawal, setiap daerah di Indonesia memiliki potensi pangan lokal yang beragam dan secara gizi dapat memenuhi kebutuhan masyarakat.

Dia mencontohkan papeda, makanan dari sagu sebagai menu di wilayah timur Indonesia."Misalnya papeda, contoh saja bukan harus seperti itu. 

"Papeda misalnya, sagu adalah karbohidratnya, ikan kuah kuning adalah proteinnya, bunga papaya atau pakis itu adalah sumber vitamin atau mineralnya," ungkap Rinna pada sesi diskusi bertajuk 'Di Balik Dapur Makan Siang Bergizi: Dari Ladang Hingga ke Piring', pada ajang IdeaFest 2024 di JCC Senayan, Jakarta, Sabtu (28/9/2024). 

Menurut Rinna, keberagaman pangan sangat penting karena tubuh membutuhkan setidaknya 40 zat gizi yang tidak dapat dipenuhi oleh satu jenis makanan saja.

“Pola konsumsi pangan merupakan perilaku paling penting dalam mempengaruhi keadaan gizi seseorang,” ucapnya.

Sementara itu, Koordinator Nasional Koalisi Rakyat untuk Kedaulatan Pangan (KRKP) sekaligus mitra dari Koalisi Sistem Pangan Lestari (KSPL), Said Abdullah mengatakan, ketika membahas isu pangan, pemerintah seharusnya tidak hanya fokus pada hasil panennya, tetapi juga kesejahteraan manusia yang mengelola pangan tersebut.

Dalam konteks ini, para penggiat pangan menekankan bahwa membicarakan pangan tidak bisa hanya berfokus pada produk pangan seperti sorgum, tetapi juga pada kehidupan masyarakat di balik produksi pangan tersebut.

"Selama ini, perhatian sering kali tertuju pada seberapa besar produksi yang dapat dicapai dalam kerangka swasembada pangan. Namun, aspek sosial dan kesejahteraan petani serta masyarakat desa kurang mendapatkan perhatian," ucapnya.

Said menambahkan, sebagai negara kepulauan, Indonesia bisa menjadi negara yang berdaulat pangan dengan memperkuat sistem pangan yang didasarkan pada dua hal, yaitu diversity (keberagaman) dan locality (lokal). 

"Kita punya dua hal ini dan sayangnya kita sekarang mengingkari bahkan membunuhnya. Jadi tidak heran jika kemudian sistem pangan kita masih jauh dari tangguh, daulat pangan makin mengawang," ucapnya.

Dalam realitanya, lanjut Said, negara-negara yang melakukan penyeragaman produksi pangan sering kali berdampak buruk pada konsumsi dan ekosistem lokal.

Berbeda dengan negara-negara yang memiliki keberagaman dan kemandirian pangan yang kuat, mereka mampu bertahan dalam menghadapi guncangan global seperti pandemi COVID-19 dan fenomena El Nino.

"Negara-negara yang memiliki sistem pangan seragam lebih rentan terhadap krisis ini," tandasnya.

Sumber: Warta Kota
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved