Berita Jakarta
Kerap Begadang Demi Tampung Air Selama 3 Tahun, Warga Duri Kosambi Sebut Tensi Darahnya Kerap Naik
Kerap Begadang Demi Tampung Air Selama 3 Tahun, Warga Duri Kosambi Sebut Tensi Darahnya Kerap Naik
Penulis: Nuri Yatul Hikmah | Editor: Dwi Rizki
Bukan karena sakit atau pikiran yang menumpuk, melainkan karena mereka harus menampung air bersih setiap harinya mulai pukul 00.00 WIB hingga 04.00 WIB.
Pasalnya, hanya pada jam-jam tersebutlah mereka mendapatkan pasokan air bersih.
Sementara apabila fajar sudah menyongsong hingga terik matahari tepat berada di kepala, air di rumah-rumah mereka menyusut, sulit keluar, atau keluar secara bergantian.
Padahal, para warga telah rutin membayar tagihan PAM setiap bulannya dengan nominal yang bervariasi, mulai puluhan hingga ratusan ribu rupiah.
Warta Kota menyambangi pemukiman warga di wilayah tersebut, Jumat (13/9/2024).
Dari yang nampak di lokasi, ramai warga yang mengantre di salah satu rumah dengan membawa galon dan ember-ember kosong.
Mereka meminta air kepada tetangganya yang menggunakan satelit atau air tanah. Hal itu dilakukan karena stok air di rumahnya telah menipis meski mereka sudah menampungnya pada dini hari.
Selain itu, apabila menilik masuk ke area belakang pemukiman, nampak setiap petak kontrakan warga itu, menyediakan galon-galon kosong yang disusun berjajar.
Satu kontrakan saja, bisa menggantung galon hingga 6-9 buah.
Menurut pengakuan warga, galon-galon itu sengaja dipersiapkan apabila air rumahnya menyala sewaktu-waktu.
Sementara menengok ke bagian area lainnya, nampak warga bergantian menampung air saat tiba-tiba kran rumahnya menyala.
"Bu, ini saya nyala. Tampung ayo tampung," teriak salah satu warga dari rumah kontrakannya kepada tetangga selang 1 pintu.
"Belum bu, di saya masih mati. Gantian airnya, situ nyalain, saya belum nyala. Enggak apa, ibu Nay dulu, nanti baru saya," jawabnya.
Diakui warga, antara satu kontrakan dengan kontrakan lainnya memiliki waktu nyala air yang berbeda-beda.
Jika air di satu rumah mengalir, maka akan ada beberapa rumah yang mengalah dahulu untuk kemudian bergantian.
Walhasil, banyak warga yang mengaku sangat kesulitan dan kecapean karena beban pekerjaannya bertambah di samping aktifitas hariannya.
"Kami bayar kadang Rp 45.000 atau Rp 50.000 per-bulan, tapi pernah (bayar besar) itu hampir Rp 150.000, tapi ya tetap kondisinya kadang nyala kadang mati," kata salah saru warga bernama Naila (40) saat ditemui di lokasi, Jumat.
Menurutnya, ia dan warga lain sudah sering melakukan komplain hingga bertanya pada petugas PAM yang datang.
Namun, mereka hanya diarahkan untuk membuat pengaduan lewat call center. Dan tidak ada perubahannya hingga hari ini.
"(PAM datang) paling ngecek kilometer doang. Dulu udah pernah orang PAM datang tapi tetap aja sama (sulit alir)," kata Naila.
Naila sendiri sehari-hari begadang demi menampung air. Namun, apabila mendesak, mau tidak mau ia menarik air tanah dari rumah warga yang memasangnya.
"Jadi airnya itu kadang sekarang nyala, sampai pukul 15.30 WIB aja, nanti nyala lagi pukul 00.00 WIB, 01.30 WIB, sampai 04.00 WIB udah mati lagi," jelas Naila.
"Apalagi kalau pagi, enggak pernah nyalain air pagi, karena ya enggak ada, isi angin aja. Nyuci aja kadang laundry," jelas dia.
Sementara itu, Warta Kota telah mencoba mengonfirmasi temuan ini kepada pihak PAM Jaya melalui Senior Manager Corporate Communication & Office Director PAM Jaya, Gatra Vaganza.
Namun hingga berita ini ditayangkan, belum ada konfirmasi terkait bahasan ini yang diterima Warta Kota. (m40)
| Foto-foto Kenaikan Tarif Transjakarta Masih Dikaji Dishub DKI Jakarta |
|
|---|
| Gudang di Ancol Jakut Dibongkar Terkait Dugaan Pemalsuan Label Asal Produk Impor |
|
|---|
| Upaya Penanganan Tanggul Baswedan yang Jebol di Pasar Minggu Jaksel Terus Dilakukan, Ini Kendalanya |
|
|---|
| Hemat Waktu dan Efisien, Pelayanan SKCK Online Polda Metro melalui Polri Super App dapat Apresiasi |
|
|---|
| Nyaris Tertabrak Mobil BMW di Penjaringan Jakut, Dua Pejalan Kaki Dikeroyok Hingga Terluka |
|
|---|

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.