Berita Depok
Jusuf Kalla Ungkap Ketidakadilan jadi Akar Konflik di Indonesia, Tambah Runyam dengan Isu Agama
Wakil Presiden RI 2004-2009 dan 2014-2019, Muhammad Jusuf Kalla (JK) menyebut masalah ketidakadilan menjadi akar dari berbagai konflik di Indonesia.
Penulis: Hironimus Rama | Editor: Junianto Hamonangan
WARTAKOTALIVE.COM, BEJI - Wakil Presiden RI 2004-2009 dan 2014-2019, Muhammad Jusuf Kalla (JK) menyebut masalah ketidakadilan menjadi akar dari berbagai konflik besar di Indonesia selama ini.
"Sejak Indonesia merdeka, terjadi 15 konflik besar yang menelan nyawa lebih dari 1.000 orang," kata Jusuf Kalla saat memberikan kuliah umum tentang Dialog Perdamaian di Auditorium Mochtar Riady Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Indonesia (FISIP UI), Depok, Jawa Barat, pada Kamis (25/3/2024).
Pria yang akrab disapa JK ini menyebut beberapa konflik terbuka yang pernah terjadi di Tanah Air.
Sebut saja, pemberontakan Partai Komunis Indonesia (PKI) 1948, Negara Islam Indonesia (NII) 1949, Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia (PRRI) 1958, Perjuangan Rakyat Semesta (Permesta) 1957-1960.
Lalu ada pemberontakan Republik Maluku Selatan (RMS), G30S PKI 1965, Gerakan Aceh Merdeka (GAM), Organisasi Papua Merdeka (OPM), serta konflik Ambon dan Poso.
"Akar dari konflik-konflik itu terletak pada masalah ketidakadilan sosial, ekonomi, politik. Selain itu ada juga persoalan ideologis," paparnya.
Baca juga: Jokowi dan Gibran Disebut Airlangga Hartarto Sudah Gabung Golkar, Ini Kata Jusuf Kalla
Menurut JK, konflik sosial yang dibalut isu agama merupakan konflik yang paling susah ditangani.
"Ambon dan Poso itu konflik politik yang dibungkus isu agama. Itu merupakan perebutan kekuasaan politik sebagai dampak demokrasi liberal," ujarnya.
Sementara untuk konflik Aceh dan Papua, dia menilai hal itu merupakan dampak dari ketidakadilan ekonomi.
"Aceh itu bukan soal syariat Islam tetapi keadilan ekonomi. Begitupun Papua, mereka minta merdeka karena masalah ekonomi. Mereka punya minyak dan gas tetapi yang menikmati orang luar sehingga timbul ketidakadilan," ungkapnya.
Untuk mengatasi berbagai konflik ini, JK mengaku menerapkan beberapa strategi.
Pertama, mencari tahu alam pikir dan budaya pihak-pihak yang berkonflik.
Baca juga: Pilpres 2024 Selesai, Jusuf Kalla: Capek Bicara Politik, Mari Bersatu Bangun Ekonomi
"Kita harus tahu budaya mereka seperti apa. Setelah itu baru kita masuk dari alam pikir budaya mereka," bebernya.
Kedua, mencari tahu siapa saja pihak-pihak yang berkonflik.
"Dengan mengetahui pihak-pihak berkonflik, kita tahu dengan siapa kita akan bicara sehingga memudahkan dalam mencari titik temu," tuturnya.
Ketiga, letakkan senjata baru bicara soal perdamaian.
"Saat konflik Ambon dan Poso saya minta senjata-senjata dikumpulkan dan dibakar. Setelah itu baru kita bicara perdamaian.
"Perdamaian itu merupakan akhir dari konnflik. Sementara kedamaian itu merupakan hasil dari perdamaian. Hidup damai merupakan fitrah manusia," tandas JK.
Baca berita Wartakotalive.com lainnya di Google News.
| Air Sungai Cipinang Depok Masuk Kategori Tercemar Berat, Ternyata Ini Biang Keroknya |
|
|---|
| 75 Ton Sampah Berhasil Diangkut dari Sungai Cipinang Depok, Paling Banyak Limbah PampersĀ |
|
|---|
| Bencana Masih Ditangani Damkar, Supian Suri Bentuk BPBD Depok 2027 Mendatang |
|
|---|
| Sigap! Pasukan Berkuda Polri Bantu Korban Laka di Tengah Aksi Jumat Berkah |
|
|---|
| Kabel Optik Semrawut, Trotoar di Jalan Komjen Pol M Jasin Depok Dikeluhkan Pejalan Kaki |
|
|---|

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.