KKN Dipraktikkan Secara Telanjang, Sudirman Said: Saat Ini Praktik Nepotisme Dianggap Lumrah

Ketua Institut Harkat Negeri sekaligus Co-captain Timnas AMIN Sudirman Said soroti perilaku KKN yang semakin marak, bahkan sampai ke tingkat daerah.

Wartakotalive/Yolanda Putri Dewanti
Ketua Institut Harkat Negeri sekaligus Co-captain Timnas AMIN Sudirman Said soroti perilaku KKN yang semakin marak, bahkan sampai ke tingkat daerah. 

WARTAKOTALIVE.COM JAKARTA - Ketua Institut Harkat Negeri sekaligus Co-captain Timnas AMIN Sudirman Said sebut praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme yang semakin merajalela telah dipraktikkan secara telanjang oleh pimpinan tertinggi negara.

Oleh karena itu, seperempat abad reformasi Indonesia perlu dievaluasi, terutama terkait kualitas pemimpin yang dilahirkan.

Pemilu 2024 memicu perdebatan tentang arah bangsa dan mempertanyakan tujuan akhir perjuangan Indonesia.

"Salah satu agenda reformasi 98 adalah menghapus korupsi, kolusi, dan nepotisme," kata Sudirman melalui keterangan, Jumat (15/3/2024).

"Namun dalam sepuluh tahun terakhir, Presiden Jokowi telah merusak demokrasi dan melemahkan lembaga-lembaga kontrol sehingga menyuburkan praktik korupsi. Bahkan, kolusi dan nepotisme telah dipraktikkan secara telanjang," terang Sudirman.

Sudirman menyoroti perilaku KKN yang semakin marak, bahkan sampai ke tingkat daerah.

Baca juga: Co Kapten Timnas AMIN Sudirman Said Miliki Kans sebagai Kandidat Bacagub DKI Jakarta

Baca juga: Sudirman Said Ungkap Pertemuan JK dan Hasto, Koalisi Anies-Ganjar Sepakat Dorong Hak Angket?

Baca juga: Timnas AMIN Kerahkan Semua Cara Buktikan Kecurangan Pemilu, Sudirman Said: Ini Pendidikan Politik

Hal itu tampak dari adanya satu keluarga yang masuk ke dunia politik secara bersama-sama.

"Wabah KKN merebak ke segala lapisan dan penjuru, mewabahi perilaku para pimpinan. Kita lihat bagaimana rombongan keluarga bisa memasuki ranah politik secara berjamaah. Kita temukan juga banyak sekali anak-anak muda yang kebetulan merupakan anak dari pejabat tinggi negara ramai-ramai masuk ke DPR," tutur Sudirman.

Sudirman mengaku cemas karena praktik KKN telah dianggap sebagai hal wajar bagi para elit politik dan dapat mencederai kriteria pemimpin di kemudian hari.

"Kita cemas karena praktik nepotisme kini dianggap lumrah, tapi positifnya kita punya banyak kader muda. Bahanya adalah mereka masuk bukan karena memiliki kriteria tertentu tapi hanya karena anaknya siapa, dan suami atau istrinya siapa," jelas Sudirman.

Namun, mantan menteri ESDM itu masih memiliki harapan dengan melihat bangsa Indonesia masih memiliki kemampuan dan sejarah yang kuat dalam mengoreksi keadaan yang tidak ideal.

BERITA VIDEO: Dibalik Foto Romantis Prabowo dan Titiek Serta Didit

"Bangsa ini memiliki kemampuan koreksi, merespons dalam melakukan perbaikan keadaan yang tidak pas. Ini akan menjadi momentum bagi para guru besar dan masyarakat sipil untuk betul-betul melakukan perbaikan dari sisi kepemimpinan," papar Sudirman.

Sementara itu, Guru Besar Psikologi Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada Prof. Koentjoro menyampaikan kekecewaannya kepada pemerintahan Presiden Joko Widodo. 

Dia menilai segala kritik yang disampaikan oleh para guru besar hanya dianggap sebagai hak demokrasi semata.

"Kami merasa kecewa karena apa yang disampaikan oleh guru besar yang berupa kritik kepada penguasa hanya dipandang sebagai hak demokrasi, tapi tidak dipandang dan dipahami intinya. Padahal kita mengingatkan dan ternyata tidak diacuhkan," kata Koentjoro.

Halaman
12
Sumber: Warta Kota
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved