Berita Regional
Dokter Lo, Dokter Kaum Papa Wafat, Pernah Marah karena Orang Miskin Memaksa Bayar
Dokter Lo, dokter kaum miskin di Solo wafat pada usia 88 tahun. Dia pernah marah karena ada orang miskin memaksa membayar jasanya.
WARTAKOTALIVE.COM, JAKARTA--Kabar duka datang dari Solo. Dokter Lo Siaw Ging (88) meninggal dunia pada usia 88 tahun.
Dia sempat menjalani perawatan di Rumah Sakit Kasih Ibu Solo, Jawa Tengah sebelu meninggal pada Selasa (9/1/2024) sekitar pukul 12.15 WIB.
Meninggalnya dokter Lo, yang dikenal sebagai dokter kaum papa (miskin) ini dikonfirmasi oleh Humas Rumah Sakit Kasih Ibu Solo, David Pangaribuan.
"Iya benar (dokter Lo meninggal). Kurang lebih tadi pukul 12.15 WIB," kata David
Tokoh Tionghoa Solo Sumartono Hadinoto atau dikenal dengan Martono mengatakan, dokter Lo meninggal karena usia lanjut.
Dokter Lo, kata Martono, sudah lama sakit. Dokter Lo juga sering keluar masuk rumah sakit.
"Masuk rumah sakit sejak Jumat. Jadi dokter Lo itu dari rumah sakit, pulang paksa, terus di rumah beberapa hari keadaannya juga tidak lebih baik.
Terus Jumat itu agak drop terus ke rumah sakit lagi terus hari ini meninggal," kata Martono seperti dilansir Kompas.com.
Rencananya jenazah akan disemayamkan di rumah duka Thiong Ting Jalan Kolonel Sutarto Kecamatan Jebres, Solo.
"Ini mau dibawa ke Thiong Ting disemayamkan di sana. Dokter Lo meninggal sakit sepuh (tua)," jelas Martono.
Dokter kaum papa
Bagi warga Solo, dokter Lo bukanlah sosok yang asing berkat pengabdiannya selama puluhan tahun.
Dia bahkan masih sempat melayani pasiennya yang hampir semuanya warga terpinggirkan, pada usia 81 tahun. Dia merasa pengabdiannya menjadi dokter belum usai.
Dikutip dari Kompas.com, Lo Siaw Ging kecil lahir pada 16 Agustus 1934 di Kota Magelang, Jawa Tengah.
Ayahnya Lo Bian Tjiang, seorang pengusaha tembakau, dan ibunya Liem Hwat Nio, menjadi sosok utama bagi Lo Siaw Ging memilih untuk menjadi dokter.
Sikap hidup bebas memilih dan bertanggung jawab yang dikenalkan sang ayah, membuat Lo semakin mantap untuk menjadi dokter, walau saat itu ia dibujuk untuk menjadi pedagang, profesi yang ditekuni keluarga besarnya.
"Ayah saya bilang, kalau memang jadi dokter ya ga usah mikir dagang, kalau dagang ga usah mikir dokter," kata dokter Lo beberapa tahun lalu .
Apa yang diungkapkan ayahandanya tersebut membuat dokter Lo terdorong untuk menolong orang sakit dan tidak mengedepankan untung rugi.
Setelah itu, Lo Siaw Ging serius untuk menekuni studi kedokteran, hingga pada tahun 1963 resmi menyandang dokter dari Universitas Airlangga.
Tak pernah berpikir kaya
Dalam perjalanan kariernya menjadi dokter, ia terinspirasi mentornya, Dr Oen Boen Ing. Dr Oen tersebut yang akhirnya mendirikan rumah sakit bernama Rumah Sakit Dr Oen, menjadi sosok penting bagi Lo untuk benar benar mengabdi kepada pasien miskin.
Sikap dermawan dan penuh jiwa sosial yang ditularkan oleh Dr Oen, membuat Lo lebih meyakini bahwa kesehatan adalah milik semua orang, termasuk orang miskin.
Ia juga pernah "marah" kepada pasiennya yang memaksa untuk membayar, meskipun saat itu dokter Lo mengetahui bahwa si pasien tidak punya uang cukup untuk membeli obat.
"Apa kamu sudah kaya dan bisa beli beras, kok mau bayar," ujarnya.
Tidak hanya itu, suami dari Maria Gan May Kwee tersebut juga tidak segan untuk memarahi orangtua pasien karena terlalu lambat memeriksakan anak mereka yang sakit.
"Saya pernah dimarahi, pas itu anak saya panas tinggi dan setelah tiga hari tidak turun turun, saya bawa ke dokter Lo. sampai sana dimarahi, kok baru sekarang," kata Yunita, warga Brengosan Solo, yang ditemui di Rumah Sakit Kasih Ibu (14/8/2015).
Kisah kedermawanan dokter Lo asal Solo ini memang sudah menjadi rahasia umum. Tidak hanya warga Solo, namun juga warga dari sekitar Solo, seperti Klaten, Sukoharjo, Boyolali dan Karanganyar.
Tidak sedikit warga yang tidak mampu datang berobat ke tempat prakteknya.
Salah satunya Yayan, pasien asal Boyolali, mengaku sempat ditanya apakah punya uang untuk membayar obat atau tidak saat mengantar puterinya berobat.
"Tadi habis anak saya diperiksa, ditanya punya uang tidak buat beli obat, lalu ya saya jujur ndak bawa uang banyak, lalu pak dokter Lo bilang ya sudah ini ditebus, nanti saya yang bayar," kata Yanuar.
Dokter Lo tombok 7-8 juta per bulan
Dalam sebulan, Lo harus menanggung kurang lebih 7-8 juta rupiah. Saat disinggung bagaiamana dirinya harus menutup uang sebesar itu dalam sebulan, Lo enggan menjelaskan secara detail.
Dirinya hanya menceritakan bahwa ada seorang donatur yang pernah mendengar bagaimana cara saya bekerja melayani pasien, dan akhirnya tertarik membantu.
"Ada donatur yang berniat membantu saya, karena dengar saya kerjanya bantu pasien yang ndak mampu,"katanya singkat.
Biasanya, dokter Lo memberikan tanda khusus diresepnya dan meminta pasien untuk menebus obat ke apotik rujukannya.
Setelah itu, pada akhir bulan, tagihan akan diberikan ke dokter Lo.
Selain membuka praktek di Rumah Sakit Kasih Ibu pada pukul 10.00 wib - 12.00 wib setiap hari, dokter kaum papa tersebut juga masih melayani pasien dirumahnya di Jagalan 27, Kelurahan Jebres, Solo.
Pasien dari warga sekitar pun tidak kalah banyak. Keberadaan dr Lo seakan menjadi malaikat penolong bagi pasien yang kurang mampu untuk berobat.
Namun, dokter Lo mengaku tidak mampu untuk mengetahui apakah memang benar pasiennya adalah miskin atau tidak.
"Satu prinsip saya, kalau mau bayar ya terserah dan kalau ndak mampu ya bilang saja nanti dibantu sekalian obatnya.
Saya menghargai kejujuran, ada juga yang pura pura enggak punya uang dan ingin gratisan terus berobat ke saya, ya itu urusan dia sajalah,"kata pria yang gemar membaca buku tentang kisah detektif tersebut.
Kerusuhan 1998 dilindungi warga
Salah satu warga sempat bercerita bahwa saat kerusuhan 98 di Solo, banyak warga keturunan Tionghoa mengungsi dan menutup usaha mereka.
Suasana mencekam dan mengancam warga keturunan Tiongha tersebut tidak menyurutkan Lo Siae Ging untuk melayani pasien.
Dokter lo justru memaksa untuk buka praktek meski sudah diingatkan warga untuk tidak buka praktek.
"Dokter malah sempat marah, katanya kasihan kalau ada pasien yang datang berobat. kok tutup," kata Purwadi, warga Jagalan, Solo.
Saat itu warga justru berjaga didepan rumah dokter Lo.
Resep hindari pikun
Walau usianya sudah tergolong senja, namun dokter Lo tampak masih bersemangat melayani pasien-pasiennya. Saat disinggung resep hidup untuk terus mengabdi ia mengatakan itu karena berkat Tuhan.
"Ya suatu karunia Tuhan Allah, di usia seperti saya ini masih diberi kesehatan. Dan selain itu kalau ndak bekerja, pasti pikun. Jadi ada alasan egonya, biar ndak pikun ya saya bekerja," katanya.
Hanya hidup berdua dengan sang istri diakui Lo membuatnya lebih bisa fokus bekerja. "Saya dan isteri kan enggak punya anak, jadi itu ya membantu agar fokus,"katanya.
Meski kedermawanannya sudah dikenal, dokter Lo menampik dirinya adalah tokoh inspiratif bagi Bangsa Indonesia.
"Tokoh nasional apa, saya bukan siapa siapa, jangan dibesar besarkan. Saya hanya bantu warga yang sakit," katanya.
| Oknum Polisi di Takalar Sulsel bersama Anggota DPRD Ditahan usai Tilep Duit Penjualan Sapi |
|
|---|
| Pria di Sumsel Ditembak Mati Polisi saat Akan Ditangkap, Ini Kasusnya |
|
|---|
| Kesang Bongkar Misteri Hilangnya Mak Onah saat Terjadi Musibah Longsor di Cosolok Sukabumi |
|
|---|
| AKP Nundarto Tak Terima Diberhentikan dari Polri perkara Selingkuh dengan Guru PAUD |
|
|---|
| Tegas! Ini Alasan Dedi Mulyadi Melarang Pengerjaan Jalan Beraspal Dilakukan pada Malam Hari |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/wartakota/foto/bank/originals/Dokter-Lo-Saat-Melayani-Pasien-di-Rumahnya.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.