Kesehatan

Gejala Klinis Monkeypox: Ruam Kulit dan Demam sebagai Tanda Utama pada Pasien Monkeypox

Gambaran gejala klinis dari pasien Monkeypox, 70 persen ruam kulit, kelenjar getah bening 62 persen, dan demam atau meriang sebesar 62 persen.

|
Penulis: Mochammad Dipa | Editor: Mochamad Dipa Anggara
https://www.who.int/
Cacar monyet atau Monkeypox. 

WARTAKOTALIVE.COM, JAKARTA - Ketua Satuan Tugas (Satgas) Monkeypox atau Mpox Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI), dr. Hanny Nilasari, SpDVE menyatakan, bahwa berdasarkan data per 6 November 2023, sudah ada 29 kasus terkonfirmasi di DKI Jakarta dan kemudian ada 5 kasus terkonfirmasi di Jawa Barat dan satu kasus terkonfirmasi di Banten.

"Jadi jumlah kasus yang sudah terkonfirmasi pada saat ini adalah 35 kasus positif Monkeypox dan yang discarded (negatif) sebanyak 82 kasus," ungkap dr. Hanny saat media briefing PB IDI secara daring, Selasa (7/11/2023).

Lebih lanjut dr. Hanny menjelaskan, bahwa gambaran gejala klinis dari pasien Monkeypox berdasarkan sebuah penelitian yang dilaporkan di jurnal kedokteran luar negeri di tahun 2022 lalu.

Dari 4.080 pasien saat itu 70 persen ruam kulit yang paling banyak dilaporkan oleh pasien terkonfirmasi Mpox.

Ketua Satgas MPox PB Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) dr. Hanny Nilasari, SpDVE menjelaskan gejala klinis dari Monkeypox.
Ketua Satgas MPox PB Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) dr. Hanny Nilasari, SpDVE menjelaskan gejala klinis dari Monkeypox, saat media briefing secara virtual, Selasa (7/11/2023). (Wartakotalive.com/Mochammad Dipa)

Kemudian diikuti dengan pembesaran kelenjar getah bening 62 persen, dan demam atau meriang sebesar 62 persen, nyeri otot sebesar 11 persen dan sisanya perdarahan rektrum.

Sedangkan gambaran untuk penyakit penyerta atau komorbid untuk kasus di Jakarta yaitu 10 orang dari 28 kasus aktif terkonfirmasi, di antaranya dengan HIV.

Lalu, 3 dari 28 kasus positif infeksi sifilis dan 9 dari 28 pasien itu terinfeksi HIV dan Sifilis.

Sedangkan untuk gambaran orientasi seksual pasien di Jakarta, dari 28 pasien terkonfirmasi Mpox di Jakarta, ternyata LSL (laki-laki yang berhubungan dengan laki-laki) adalah 24 orang, artinya hampir 90 persen adalah seorang LSL," katanya.

"Dua orang heteroseksual sedangkan sisanya tidak diketahui dan lainnya," ungkap dr. Hanny. 

90 persen penularan mpox melalui kontak seksual

Dr. Hanny juga mengungkap bahwa penularan kasus mpox 90 persennya melalui kontak erat dan terutama kontak seksual.

"Manifestasi virus ini berkaitan dengan kontak fisik, maka dari itu diutamakan tidak menggunakan barang bersama seperti handuk, berbagi alat makan, berbagi tempat tidur, berbagi perlengkapan tidur seperti sprei, bantal dan lainnya," ujarnya.

Ketua Satgas MPox PB Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) dr. Hanny Nilasari, SpDVE (2)
Ketua Satgas MPox PB Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) dr. Hanny Nilasari, SpDVE menjelaskan gambaran orientasi seksual kasus pasien Monkeypox di Jakarta, saat media briefing secara virtual, Selasa (7/11/2023).(Wartakotalive.com/Mochammad Dipa)

Dr. Hanny juga mengungkap bahwa masyarakat yang memiliki multipartner dan memiliki kondisi imunokompromais untuk menghindari perilaku yang berisiko seperti kontak seksual dengan orang berisiko terpapar cacar monyet.

"Kepada masyarakat dianjurkan untuk mengunjungi dokter apabila muncul gejala lesi kulit yang tidak khas dan didahului oleh demam, jadi ini adalah kewaspadaan pertama,"  ucapnya.

Ia juga mengungkap satgas PB IDI juga memberikan rekomendasi lanjutan lainnya yakni pada terduga kasus Mpox perlu dilakukan skrining atau pemeriksaan awal berupa wawancara tentang perkembangan penyakit.

Pemeriksaaan lesi kulit dan organ-organ secara detail dan lengkap serta pemeriksaan swab yakni pemeriksaan lab khusus dengan mengambil cairan dari lenting atau keropeng atau kelainan kulit.

Selain itu, penyediaan obat antivirus dan vaksin didesentralisasi ke Dinas Kesehatan Kabupaten atau Kota yang ditunjuk dengan alur permintaan sesuai dengan yang ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan dan diberikan atas indikasi serta prioritas.

"Kita tahu penyediaan obat antivirus dan vaksin perlu ada prioritas siapa yang akan dilakukan vaksinasi," tandas dr. Hanny.

Sumber: Warta Kota
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved