Kesehatan

Konsumsi Vitamin di Indonesia Masih Rendah, Ada Perbedaan Saat Pandemi dan Pasca Pandemi Covid-19

Selain penggunaan masker, pencegahan penyakit yang masih dilakukan masyarakat pasca pandemi dengan mengonsumsi suplemen Vitamin C.

Penulis: LilisSetyaningsih | Editor: Rusna Djanur Buana
Dokumentasi Jovee
ilistrasi suplemen 

WARTAKOTALIVE.COM, JAKARTA -- Pandemi Covid-19 membuat masyarakat lebih menyadari pentingnya menjaga kesehatan untuk mencegah masuknya penyakit.

Penggunaan masker yang sudah tak diwajibkan lagi saja, masih banyak yang menggunakan terutama pengguna transportasi umum.

Padahal sebelum pandemi, praktisi kesehatan sudah kerap menyarankan agar bila berada di keramaian dan terutama sedang terkena pilek batuk menggunakan masker.

Hal ini untuk mencegah penularan penyakit  lewat udara termasuk batuk pilek serta TBC (tuberculosis). Namun masih diabaikan. Tapi kini dengan kesadaran sendiri menggunakan masker masih umum digunakan.

Selain penggunaan masker, pencegahan penyakit yang masih dilakukan masyarakat pasca pandemi dengan mengonsumsi suplemen.

Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Suplemen Kesehatan Indonesia (APSKI) Decky Yao mengatakan, saat pandemi masyarakat dengan kesadaran sendiri ingin menguatkan daya tahan tubuh. 

Baca juga: VIDEO Angka Stunting Jateng Tinggal 11,9 Persen, Suplemen Herbal Sukoharjo Bisa Jadi Contoh

Berbagai cara dilakukan termasuk mengonsumsi suplemen. Salah satunya yang banyak dikonsumsi suplemen vitamin C dan vitamin D.

"Pada saat pandemi, peran suplemen sangat penting bagi kesehatan tubuh. Walaupun pandemi usai namun kebiasaan mengonsumsi suplemen masih terbawa untuk meningkatkan imun tubuh," kata Decy dalam seminar APSKI  belum lama ini.

Dewan Pembina APSKI Patrick Kalona mengatakan, setelah era pandemi, konsumen lebih kritis dalam mengonsumsi suplemen.

Mereka mencari produk sesuai dengan fungsinya  untuk mendukung kegiatan sehari-hari atau kegiatan lain. Terutama yang berkaitan dengan tekanan tinggi pekerja di perkotaan.

"Pasca pandemi, konsumen lari ke function terutama yang berkaitan dengan performance yang mendukung aktivitas. Permintaan produk suplemen mengarah ke kecantikan atau kegiatan yang mendukung penampilan," kata Patrick.

"Negara asal pembuat brand tak mempengaruhi selera konsumen sehingga tak ada dominasi dari suatu brand di Indonesia," imbuhnya.

Ahli Gizi University Medical Center Groningen Manfred Eggersdorfer menyoroti asupan vitamin orang Indonesia  masih rendah dibandingkan negara maju seperti Selandia Baru dan Tiongkok.

Sebagai gambaran, konsumsi vitamin di Tiongkok mencapai 200 mg per hari. Sedangkan orang Indonesia  masih 75 - 90 mg per hari.

Baca juga: Polda Metro Jaya Tangkap 5 Pengedar Obat-obatan dan Suplemen Palsu Tanpa Izin Edar

"Suplemen dapat meningkatkan daya tahan tubuh. Saya kira imunitas akan menjadi isu karena bisa saja pandemi akan datang lagi," ujarnya.

Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved