Berita Nasional

Cetak SDM Unggul, Pengusaha dan Akademisi Kolaborasi Dukung Pemerintah Turunkan Angka Stunting

Cetak SDM Unggul, Pengusaha dan Akademisi Kolaborasi Dukung Pemerintah Turunkan Angka Stunting

Editor: Dwi Rizki
Istimewa
Menteri Kesehatan RI, Budi Gunadi Sadikin bersama Ketua Kelompok Kerja Stunting APINDO Axton Salim, Ketua Umum Asosiasi Intitusi Pendidikan Tinggi Gizi Indonesia (AIPGI) Prof. Dr. Ir. H. Hardinsyah, MS., dan ratusan perwakilan penerima manfaat dalam kampanye Gerakan Anak Sehat (GAS)-Kolaborasi Inklusif Pengusaha Indonesia Atasi Stunting (KIPAS) APINDO di Serang, Banten pada beberapa waktu lalu. 

WARTAKOTALIVE.COM, JAKARTA - Cetak Sumber Daya Manusia (SDM) unggul, pengusaha dan akademisi berkolaborasi mendukung pemerintah dalam menekan angka stunting di Indonesia.

Dalam menekan angka stunting di Indonesia menjadi sebesar 14 persen pada tahun 2024, dibutuhkan tidak hanya program intervensi gizi tetapi sejumlah upaya pencegahan.

"Penanganan stunting harus dilakukan, bahkan dimulai sejak ibu sebelum hamil, pada saat hamil, dan setelah melahirkan guna memastikan anak-anak sehat dan tidak kekurangan gizi," ungkap Menteri Kesehatan RI, Budi Gunadi Sadikin dalam kampanye Gerakan Anak Sehat (GAS)-Kolaborasi Inklusif Pengusaha Indonesia Atasi Stunting (KIPAS) APINDO di Serang, Banten pada beberapa waktu lalu.

Dalam kesempatan tersebut hadir Ketua Kelompok Kerja Stunting APINDO Axton Salim, Ketua Umum Asosiasi Intitusi Pendidikan Tinggi Gizi Indonesia (AIPGI) Prof. Dr. Ir. H. Hardinsyah, MS., dan ratusan perwakilan penerima manfaat.

Program GAS-KIPAS adalah gerakan yang diinisiasi oleh SBN Indonesia bersama APINDO, Kementerian Kesehatan (Kemkes) RI, Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Asosiasi Institusi Pendidikan Tinggi Gizi Indonesia (AIPGI), Institut Pertanian Bogor, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa dan Universitas Jenderal Soedirman sebagai kontribusi nyata mengatasi masalah stunting.

Terpisah, Axton Salim memaparkan Program GAS-KIPAS diimplementasikan dengan mengikuti pedoman teknis dari Kemkes.

Koordinator Scaling Up Nutrition Business Network (SBN) Indonesia itu menjelaskan SDM unggul dibutuhkan menghadapi bonus demografi dan menuju Indonesia Emas 2045.

Merujuk hal tersebut, terdapat tiga prioritas SBN Indonesia terhadap percepatan perbaikan gizi di Indonesia, yaitu intervensi dan edukasi 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) & remaja, gizi seimbang serta sanitasi dan higienitas.

Oleh karena itu, diperlukan upaya prevensi dan intervensi untuk mengatasi stunting.

Prevensi katanya harus dilakukan dengan memberikan edukasi kepada remaja, ibu hamil dan menyusui agar memiliki pengetahuan gizi dan kesehatan yang baik.

Bersamaan dengan itu, pihaknya juga memberikan makanan bergizi kepada masyarakat.

"Bicara mengenai SDM unggul tidak terlepas dari pemenuhan gizi. Kami menyadari untuk mempercepat penurunan angka stunting di Indonesia perlu dukungan dunia usaha untuk saling bersinergi," ungkap Ketua Bidang Pembangunan Berkelanjutan/SDGs itu.

Sementara itu, Ketua Umum APINDO, Shinta W. Kamdani menyampaikan, SBN Indonesia bersama dengan APINDO melakukan kampanye Gerakan Anak Sehat (GAS)-Kolaborasi Inklusif Pengusaha Indonesia Atasi Stunting (KIPAS) APINDO.

Gerakan ini merupakan integrasi antara prevensi dan intervensi pangan dengan target kepada sekitar 3.600 peserta yang terdiri dari ibu hamil, ibu menyusui dan bayi dari usia 6-24 bulan di Kabupaten Bogor, Kota Serang dan Kabupaten Purbalingga.

"Stunting harus kita perangi bersama dengan pendekatan yang ilmiah dan berbasis sains untuk mewujudkan generasi yang unggul dan mampu bersaing di tingkat global,” ungkap Shinta W. Kamdani. 

Sumber: Warta Kota
Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved