Hamas vs Israel

Israel Berduka, Selain Ratusan Warga, Kolonel Yonathan juga Tewas, ini yang Bikin Netanyahu Marah

Perang besar terjadi antara Hamas kontra Israel. Tanpa sebab, Hamas membabi buta menyerang Israel, hingga kolonel Yonathan Steinberg tewas.

Editor: Valentino Verry
IDF
Komandan Brigade Nahal Kolonel Yanathan Steinberg tewas ditembak oleh pasukan Hamas, Sabtu (/10/2023). Hal ini bikin PM Israel Benjamin Netanyahu marah dan menyatakan perang. 

WARTAKOTALIVE.COM, JAKARTA - Perang Rusia vs Ukraina belum beres, kini dunia kembali dihentak oleh peperangan besar.

Kali ini, Gerakan Perlawanan Islam (Hamas) dari Palestina melancarkan serangan besar-besaran kepada Israel, hingga meluluhlantakan negara tersebut.

Ratusan orang tewas seketika, dan ribuan lagi luka-luka akibat serangan bom dari berbagai lini.

Baca juga: Sikapi Eskalasi Konflik Palestina-Israel, Anies Baswedan: Selesaikan Akar Masalah, Akhiri Apartheid

Bahkan, pimpinan Brigade Israel Kolonel Yonathan Steinberg tewas ditembak pejuang Hamas, Sabtu (7/10/2023).

Dilansir dari Al Jazeera, Kolonel Yonathan (Kolonel Yoni) merupakan Komandan Brigade Nahal.

Nahal adalah satu dari lima brigade infanteri IDF (Israel Defense Forces).

Kesatuan yang dikenal dengan sebutan Brigade 933 itu memiliki kekuatan empat batalion pasukan, termasuk satu batalion pengintai.

Brigade Nahal memiliki ciri khas, baret hijau dan sepatu lars merah.

Baca juga: Hamas Sebut Serangan ke Israel Balasan Kekejaman Zionis Atas Rakyat Palestina dan Pelecehan Al-aqsa

Mereka ini terlatih untuk perang, dengan kemampuan yang luar biasa (pasukan elit).

Brigade Nahal dibentuk oleh Perdana Menteri Pertama Israel David Ben-Gurion pada 1948.

Kolonel Yoni tewas di wilayah Kerem Shalom, dekat perbatasan Jalur Gaza.

Wilayah itu berada dalam tanggung jawabnya sebagai komandan Brigade Nahal.

Kolonel yang baru berusia 42 tahun ini memiliki seorang stri dan enam orang anak.

Bacapres dari Koalisi Perubahan untuk Persatuan Anies Baswedan menyikapi eskalasi konflik kekerasan yang terjadi antara Palestina dan Israel, seusai menghadiri peluncuran platform Pahlawan Demokrasi di Cemara Ballroom, Malang, Minggu (8/10/2023).
Bacapres dari Koalisi Perubahan untuk Persatuan Anies Baswedan menyikapi eskalasi konflik kekerasan yang terjadi antara Palestina dan Israel, seusai menghadiri peluncuran platform Pahlawan Demokrasi di Cemara Ballroom, Malang, Minggu (8/10/2023). (Kolase Wartakotalive.com/AFP/MAHMUD HAMS/YouTube Kompas.com)

Dia terbunuh saat sedang dalam rute menuju lokasi bentrokan bersenjata.

Kolonel Yoni ditembak oleh seorang anggota Hamas, saat berpapasan dengannya.

Menurut IDF, Kolonel Yoni berasal dari Shomria. Dia menjadi perwira paling senior Israel yang tewas akibat serangan Hamas.

Sebelumnya, Perdana Menteri Benjamin Netanyahu menyatakan perang, setelah Hamas menghujani wilayah Israel dengan ribuan roket Sabtu pagi.

Akibat serangan mendadak tersebut ratusan warga Israel tewas dan ribuan lainnya terluka.

Israel pun lantas mengerahkan pasukan cadangannya dan lusinan jet tempur ke Gaza melakukan serangan balasan.

Netanyahu pun mengadakan pertemuan kabinet di Tel Aviv menyikapi serangan Hamas.

Dia menyatakan tiga tujuan setelah menyatakan negaranya sedang berperang.

“Tujuan pertama kami adalah untuk membersihkan kekuatan musuh yang menyusup ke wilayah kami dan memulihkan keamanan dan ketenangan masyarakat yang telah diserang," ucapnya.

“Tujuan kedua, pada saat yang sama, adalah untuk menuntut dampak yang sangat besar dari musuh, juga di Jalur Gaza," imbuhnya.

"Tujuan ketiga adalah untuk memperkuat front lain sehingga tidak ada orang yang secara keliru ikut serta dalam perang ini,” lanjut Netanyahu.

Juru bicara militer Israel Richard Hecht mengatakan, pihaknya sudah mengerahkan pesawat-pesawat tempur Israel dan menyerang lokasi-lokasi di Gaza.

Serangan militer tersebut disebut 'Operasi Pedang Besi'

Tentara Israel saat ini terlibat dalam pertempuran darat di beberapa lokasi di sekitar daerah kantong Palestina yang terkepung.

“Saat ini kami sedang bertarung. Kami bertempur di lokasi tertentu di sekitar Jalur Gaza. Pasukan kami kini bertempur di lapangan,” katanya.

Israel Selatan wilayah paling terdampak oleh serangan darat kelompok militan Palestina Hamas.

Sejumlah permukiman di wilayah tersebut sempat dikuasai oleh Hamas selama 17 jam. Be’eri, dekat Kota Ofakim, salah satunya.

Sabtu, (7/10/ ) pagi, ratusan kelompok militan Hamas yang menyeberang dari dekat Jalur Gaza, jadi mimpi buruk.

Ratusan warga sipil dan puluhan tentara Israel terbunuh dalam serangan itu.

Pasukan Hamas bertahap menguasai seluruh kibbutz (permukiman) Be'eri, yang berpenduduk 1.200 jiwa dan menjadikannya desa terbesar dari 25 desa yang membentuk Dewan Regional Eshkol.

Sejumlah anggota dewan regional Eshkol dibunuh. Beberapa diyakini telah diculik dan dibawa ke Jalur Gaza.

“Mereka berjalan di sekitar Be’eri seolah-olah merekalah pemilik tempat itu,” Haim Jelin, seorang penyintas sekaligus mantan anggota parlemen serta mantan ketua Dewan Regional Eshkol, mengatakan kepada Radio Angkatan Darat, seperti dikutip Times of Israel.

Menurut dia, militan Hamas menembak tanpa pandang bulu, menculik siapa pun yang mereka bisa, dan membakar rumah-rumah penduduk.

Penduduk yang ketakutan melarikan diri. Namun, sebagian gagal.

Jelin menyebut apa yang terjadi di Be’eri sebagai “pembantaian.”

Dia mengatakan, tidak mempunyai data pasti mengenai korban jiwa, korban selamat, korban penculikan atau orang hilang di Be’eri.

Namun, yang ia tahu serangan ini merupakan bagian dari serangan yang belum pernah terjadi sebelumnya oleh ratusan pasukan bersenjata Hamas.

Pasukan Hamas dengan mudah menembus tiga kota, yakni, Ofakim, Sderot dan Netivot, serta beberapa desa.

Di Be'eri, invasi tersebut menampilkan elemen yang hanya bisa dibayangkan oleh sedikit orang Israel.

Seorang pria mengenakan pakaian sipil menjelaskan apa yang terjadi dalam bahasa Arab kepada juru kamera.

Pasukan bersenjata Hamas terlihat berlari di jalan-jalan beton Israel.

Ini adalah gambaran kemenangan Hamas yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Mereka melakukan razia dari pintu ke pintu terhadap anggota dewan.

Mereka juga membunuh orang dan menangkap sedikitnya 50 orang lainnya.

Sekitar 17 jam Hamas menguasai permukiman, barulah pasukan pertahanan Israel berhasil merebutnya dan membebaskan sebagian sandra.

Pasukan Pertahanan Israel membunuh puluhan teroris di wilayah Israel dan ratusan lainnya dalam serangan di Gaza, menurut Unit Juru Bicara IDF.

Netanyahu mengatakan bahwa Israel akan memenangkan apa yang disebutnya perang dengan Hamas.

Ia memperingatkan bahwa Israel akan “menghancurkan” kemampuannya.

Namun, jaminan tersebut tidak banyak menenangkan ketakutan yang telah hilang di benak Israel seiring dengan semakin kuatnya negara tersebut.

Einat Barzilai, seorang penulis dan dosen kebudayaan Israel menyebut momen itu sangat mengejutkan karena seperti adegan perang pembebasan Israel pada 1948.

Bahkan menurutnya dibanding saat berkecamuknya perang Yim Kippur di tahun 1973, warga merasa jauh lebih aman.

“Karena Perang Yom Kippur terjadi di garis depan. Perasaan tidak berdaya dan rentan, ketika rumah Anda diserang. Ini lebih mengingatkan pada Perang Kemerdekaan tahun 1948," kata Barzilai, yang tinggal di Yerusalem.

Baca berita Wartakotalive.com lainnya di Google News

Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved