Liputan Khusus

Pernah Tenggelam karena Banjir, Warga Rusunawa Muara Baru Bersyukur Digusur Jokowi

Sekilas bangunan bertingkat lima yang berada di tepian Waduk Pluit, Penjaringan, Jakarta Utara itu nampak megah dari depan. 

|
Penulis: Nuri Yatul Hikmah | Editor: Feryanto Hadi
Ist
Potret Rusunawa Muara Baru, Pluit, Jakarta Utara 

Laporan Wartawan Wartakotalive.com, Nuri Yatul Hikmah


WARTAKOTALIVE.COM, PLUIT — Meski menjadi korban gurusan pada era Gubernur Joko Widodo, namun Maemunah (53) yang kini tinggal di lantai dasar Blok D rumah susun sewa sederhana (Rusunawa) Muara Baru, bersyukur lantaran bisa hidup tenang dalam 10 tahun belakangan ini.

Pasalnya, rumah Maemunah pernah tenggelam karena banjir 2013 lalu. Selain itu, kawasan tempat tinggalnya dahulu kini sudah berubah menjadi taman.

Sehingga mau tidak mau, dirinya harus pindah dan mencari ruang bernaung yang aman, demi bisa melanjutkan hidup.

"Rumah kami terendam banjir. Jadi ada yang rumahnya enggak roboh, tapi terendam," ungkap Maemunah saat ditemui Warta Kota, Minggu (24/9/2023).

"Air sampai setinggi lantai 1 rusun, jadi kami dengan sendirinya lari ke sini," lanjutnya.

Baca juga: Pemkot Jakarta Utara Segera Fasilitasi untuk Relokasi Eks Kampung Bayam ke Rusunawa

Beruntung, kata dia, kala itu Jokowi memerintahkan warga yang rumahnya tak dapat diselamatkan untuk mengungsi di rusun.

Meskipun sebenarnya saat itu, Rusunawa Muara Baru belum jadi sepenuhnya.

Jangankan sudah layak huni, lampu dan listrik pun, Maemunah san keluarga harus susah payah mendapatkannya.

Menurutnya, kala itu Jokowi hanya membuat empat blok, yakni Blok A, B, C, D. Sementara delapan blok sisanya, dilanjutkan pada era kepemimpinan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok).

"Dulu fasilitas lampunya belum ada, air bersihnya belum ada, kami kena musibah banjir, banjir kurang lebih dua meter jadi Bapak Jokowi menyarankan gini, 'Silakan yang rumahnya hanyut atau roboh kena banjir, tempatin rusun'," ungkap Maemunah.

"Jadi rusun ini kan fasilitas lampu belum ada apalagi air belum ada, karena warga kepepet waktu itu 2013 yang korban banjir dengan sendirinya kami huni," imbuhnya.

Dia berujar, penerangannya kala itu hanya mengandalkan lilin dan lampu tempel.

Kendati demikian, dia mengaku bersyukur bisa menempati rusun tersebut.

Baca juga: Cerita Sri Mulyani di Kairo Yang Penduduknya Gemar Makan Mi Instan Produksi RI

Bagi Maemunah, tak masalah apabila rumahnya dahulu kena gusur pemerintah, asalkan dia dan keluarga dimanusiakan serta ada penggantian atas apa yang sudah pemerintah ambil.

Seperti misalnya pemberian Kartu Jakarta Pintar (KJP), potongan diskon sembako murah, hingga bantuan kartu Jaklingko untuk keperluan transportasi umum.

"Kami warga biasa, apa katanya ikutin aja selama itu positif san tidak merugikan, artinya kami wong (orang) kecil, wong cilik, kami nerima yang penting dimanusiakan lah," pungkasnya. (m40)

Sumber: Warta Kota
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved