Wisata Jakarta
Gedung Joang 45, Bekas Hotel Mewah Bangsawan yang Jadi Markas Pemuda Menteng Gelorakan Kemerdekaan
Di Gedung Joang 45 ini, para pemuda berkumpul untuk merencanakan kelancaran pembacaan teks proklamasi oleh Soekarno dan Moh Hatta.
Penulis: Nuri Yatul Hikmah | Editor: Feryanto Hadi
Laporan Wartawan Wartakotalive.com, Nuri Yatul Hikmah
WARTAKOTALIVE.COM, MENTEG — Sebuah bangunan bergaya kolonialisme Belanda di Jalan Menteng Raya, Cikini, Jakarta Pusat, menjadi salah satu dari empat monumen bersejarah yang erat kaitannya dengan kemerdekaan Republik Indonesia 1945.
Bangunan itu adalah Gedung Joang 45, yang merupakan markas pemuda revolusioner yang santer menggelorakan kemerdekaan RI.
Namun siapa sangka, gedung yang memiliki luas 693 meter persegi ini, rupanya memiliki catatan perjalanan yang panjang.
Gedung yang didominasi oleh warna putih kekuningan itu, rupanya bekas hotel mewah berisi delapan ruangan yang kerap diinapi bangsawan, pengusaha, serta pejabat-pejabat Belanda.
Usut punya usut, di Gedung Joang 45 ini, para pemuda berkumpul untuk merencanakan kelancaran pembacaan teks proklamasi oleh Soekarno dan Moh Hatta.
Baca juga: Wisata Jakarta: Sejarah Museum Kebangkitan Nasional, Tempat Sekolah Kedokteran Pertama di Indonesia
Mereka yang menamai diri sebagai Pemuda Menteng 31 itu, memiliki seorang ketua bernama Soekarni.
Diceritakan oleh Muslim selaku pemandu wisata Gedung Joang 45, gedung tonggak perjuangan para pemuda Indonesia ini memiliki sejarah yang cukup panjang.
Dimulai dari kepemilikan area tempat Gedung Joang 45 berdiri. Gedung itu merupakan milik Bangsa Arab meskipun termasuk kawasan Kota Batavia.
"Jadi walaupun kawasan Kota Batavia, tapi tanahnya dahulu dimiliki oleh orang Arab. Karena pada saat itu di Kota Batavia sekitar 1926 itu kan perdagangan masih tinggi, masih pesat, makanya banyak sekali pejabat-pejabat Belanda ataupun pribumi yang singgah di Kota Batavia ini," ujar Muslim saat ditemui Warta Kota di lokasi, Sabtu (12/8/2023).
Oleh karena itu, lanjut dia, pemerintah Hindia Belanda akhirnya membuatkan tempat pemukiman untuk orang-orang Belanda yang ada di Batavia.
Kemudian, dipilihlah kawasan Menteng saat ini sebagai tempat pemerintah Hindia Belanda membangun pemukiman baru.
"Pemilihan kawasan Menteng ini karena pada saat itu dirasa cocok, karena tempatnya cukup bagus, walaupun hutan, tapi hutannya yang cukup asri, terus juga di depan gedung ini ada jalur tren juga, jadi jalur yang cukup bagus," jelas Muslim.
Adapun pemerintah Hindia Belanda secara resmi membeli tanah tersebut pada 1930 dari tangan salah satu orang Arab.
Kemudian, lanjut Muslim, di tahun yang sama itu, seorang pengusaha Belanda bernama L.C Schomper, melihat potensi yang cukup baik di wilayah Menteng tersebut.
| Setahun usai Kebakaran, Mal Ciputra Kembali Buka Food Destination di Lantai 6 |
|
|---|
| Bakal Dibuka hingga Malam Mulai 11 Oktober, Begini Persiapan Pengelola Taman Margasatwa Ragunan |
|
|---|
| Pertunjukan Reog Ponorogo di TMII Menarik Perhatian Pengunjung |
|
|---|
| 46 Ribu Lebih Pengunjung Datangi Taman Margasatwa Ragunan Selama Long Weekend HUT ke-80 RI |
|
|---|
| Begini Potret Murugan Temple, Kuil Hindu Terbesar di Indonesia Yang Ada di Kalideres Jakbar |
|
|---|

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.