Kabar Duka

Maestro Lukis Djoko Pekik Wafat, Yenny Wahid: Sosok Kuda Pacuan, Bukan Kuda Penarik Delman

Yenny Wahid menceritakan sosok maestro lukis Djoko Pekik yang meninggal duna, Sabtu (12/8/2023) pagi. Djoko Pekik katanya sosok kuda pacuan

Akun Twitter @yennywahid
Putri Gus Dur berfoto bersama maestro lukis Djoko Pekik. Djoko Pekik meninggal dunia Sabtu (12/8/2023). Yenny Wahid menyebut Djoko Pekik adalah sosok petarung tangguh. 

WARTAKOTALIVE.COM, JAKARTA -- Pelukis senior asal Yogyakarta, Djoko Pekik meninggal dunia pada Sabtu (12/8/2023) pagi.

Djoko Pekik meninggal dunia di RS Panti Rapih Jogja pagi. Kondisinya sempat drop sebelum akhirnya meninggal dunia.

Rencananya jenazah akan dimakamkan di makam seniman Imogiri, Bantul pada Minggu (13/8/2023).

Putri Gus Dur, Yenny Wahid, yang juga Direktur The Wahid Institute, mengenang sosok Djoko Pekik dalam cuitan di akun Twitternya @yennywahid, Sabtu (12/8/2023).

Menurut Yenny, Djoko Pekik adalah petarung tangguh yang memiliki idealisme tinggi dalam melukis.

"Lelaki kurus sang petarung tangguh. "Saya bukan kuda penarik delman, tapi kuda pacuan". Itu ungkapan Pak Pekik ketika menceritakan getirnya kehidupannya semasa Orba. Beliau tdk bisa lagi melukis karena pembeli lukisannya terancam akan dicap subversif oleh pemerintahan Pak Harto," kata Yenny.

Baca juga: Pelukis Djoko Pekik Gelar Pameran Situasi Pandemi Covid19 di Bentara Budaya Yogyakarta

Menurut Yenny, Djoko Pekik dekat dengan kelompok pendukung Bung Karno dan anggota Lekra.

Sehingga ia dituduh bagian dari PKI di zaman Soeharto.

"Pak Pekik yang dekat dengan kelompok pendukung Bung Karno dan anggota Lekra, dituduh menjadi bagian dari PKI. Seorang kawannya yang wartawan menyarankan agar Pak Pekik melukis dekoratif saja, bunga atau lukisan keindahan lainnya," ujar Yenny.

Baca juga: Ada Pameran Potluck di Taman Ismail Marzuki Sajikan Lukisan, Game, hingga Virtual Reality

"Lupakan melukis dengan tema sosial politik, apalagi lukisan yang menghentak kesadaran publik akan benturan kelas dan keadilan sosial, yang mengecam kapitalisme dan menyuguhkan tema-tema sensitif seperti lodek dan ronggeng," kata Yenny.

Namun jawaban Djoko Pekik, menurut Yenny, menunjukkan sosoknya yang penuh idealisme.

"Pak Pekik menjawab, dia adalah kuda pacuan, seorang petarung, tidak bisa menjadi kuda yang hanya menarik delman. Dan akhirnya pak Pekik memilih menjadi penjahit pakaian untuk menyambung hidup daripada mengkhianati idealisme politiknya sendiri," kata Yenny.

Baca juga: Pameran Beauty N Bizarre di Botani Square Mall Bogor, Lukisan Cantik dari Barang Bekas

Dalam utas cuitannya ini Yenny juga menyematkan sejumlah foto dirinya dengan Djoko Pekik serta video salah satunya saat ia memotong makanan di piring Djoko Pekik.
 
"Pak Pekik juga bercerita bagaimana dia dibui tanpa diadili, disiksa dan kerap tidak diberi makan dalam penjara. Namun kehidupan selalu berputar. Ketika Gus Dur jadi Presiden, semua tahanan politik dibebaskan dan direhabilitasi namanya," ujar Yenny.
 
"Pak Pekik bahkan mendapatkan paspor untuk pertama kalinya. Pak Pekik leluasa bepergian memenuhi undangan dari para kolektor dan kurator asing yang sejak lama mengagumi karyanya," kata Yenny.

Dengan begitu kata Yenny, lukisan Djoko Pekik harganya melambung sehingga bisa membeli tanah luas di kampungnya.
 
"Alhasil lukisan pak Pekik melambung tinggi harganya. Pak Pekik bisa membeli tanah luas di kampungnya. Namun banyak uang tidak membuat Pak Pekik berubah. Dia tetap sederhana. Tetap apa adanya," kata dia.
 
"Saya beruntung pernah mendapat kesempatan untuk berinteraksi dengan beliau, bahkan melukis dan dilukis oleh beliau. Kedua lukisan saya sudah saya serahkan kepada keluarga Beliau, walaupun mungkin tidak ada nilainya apa-apa," kata Yenny.

Baca juga: STARX Gaet Once Mekel Garap Platform Musik Ramah Lingkungan, Beli Lagu Yuni Shara Dapat NFT Lukisan

"Tapi itulah wujud kekaguman dan tawadlu saya kepada seorang seniman hebat bernama Joko Pekik.  Selamat jalan, Pak Pekik. Setetes airmataku mengiringi kepergianmu," tutup Yenny.

Sumber: Warta Kota
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved