Berita Nasional
Alasan Praktisi Media Mengimbau Jurnalis agar Tidak Sampai Kehilangan Sikap Kritis Menyikapi Isu BPA
Para praktisi media meminta para wartawan agar tidak kehilangan sikap kritisnya dalam menyikapi isu BPA yang terus bergulir hingga saat ini.
WARTAKOTALIVE.COM - Para praktisi media meminta para wartawan agar tidak kehilangan sikap kritisnya dalam menyikapi isu BPA yang terus bergulir hingga saat ini.
Sebab, banyak yang melihat isu BPA ini tidak terlepas dari isu persaingan usaha dari industri air minum dalam kemasan (AMDK).
Salah satu pendiri organisasi Aliansi Jurnalis Independen (AJI) dan pengajar Ilmu Komunikasi, Satrio Arismunandar mengakui prihatin terhadap fenomena hilangnya sikap kritis wartawan dalam menyikapi isu BPA.
Khususnya dalam memilih, memilah dan mengkonfirmasi informasi sebelum diangkat menjadi berita dan disebar ke publik.
Menurutnya, dalam membuat sebuah berita, seorang wartawan harus dengan cermat dalam memilih narasumber yang sesuai dengan materi beritanya.
Hal itu bertujuan agar berita-berita yang disampaikan ke masyarakat itu benar-benar berita yang tidak abal-abal alias hoaks.
"Dalam prinsip-prinsip jurnalistik, wartawan itu harus melihat dengan cermat apakah narasumber yang diwawancarai atau dikutip itu memang memiliki kapabilitas atau dasar keilmuan tertentu ketika dia diminta untuk menyatakan pendapat tentang hal-hal tertentu yang ditanyakan" ujarnya, Jumat (11/8/2023).
Dalam isu BPA yang memerlukan referensi ilmiah karena menyangkut substansi kimia, menurut Satrio, yang layak untuk dimintai penjelasan itu seharusnya para pakar, dokter, dan para akademisi.
Dimana keilmuannya mereka sangat terkait dengan masalah ini, sehingga beritanya bisa dipertanggungjawabkan.
"Menjadi sangat berbahaya kalau orang yang hanya mengklaim sebagai aktivis LSM dan segala macam kelompok yang tidak memiliki dasar keilmuan terkait BPA itu bicara mengenai hal yang sebenarnya di luar kapabilitas mereka atau di luar kemampuannya" ujar eks jurnalis senior Koran Kompas ini.
Ia melihat banyak narasumber yang tak memiliki keahlian mengenai keilmuan yang terkait dengan BPA ini dijadikan narasumber oleh para media.
"Ini kan malah membuat publik bingung membacanya. Dikawatirkan lagi, apa yang disampaikan para narasumber itu malah akan buat isu ini menjadi berkepanjangan karena mereka hanya dimanfaatkan saja untuk framing berita" tukasnya.
Hal-hal seperti ini, menurutnya, seharusnya bisa dibaca oleh wartawan.
Sayangnya, Satrio melihat dalam dunia media saat ini banyak para pekerja pers yang hanya bisa menulis berita saja tanpa memahami dan tau etika jurnalistik.
"Jadi, mereka belum bisa disebut sebagai wartawan profesional karena belum menerapkan prinsip-prinsip jurnalistik secara pas" tukas dia.
Akselerasi Inovasi Paten, Kanwil Kemenkum DK Jakarta Perkuat Sinergi Menuju Ekonomi Global |
![]() |
---|
Kukuhkan Pengurus IHTS, Sandiaga Uno: Pariwisata Kesehatan, Buka Lapangan Kerja |
![]() |
---|
Sebanyak 17,5 Juta Pekerja UMKM Sudah Terdaftar Jadi Peserta BPJS Ketenagakerjaan |
![]() |
---|
Dapat Bintang Jasa Utama, Apa Jasa Bill Gates untuk Indonesia? |
![]() |
---|
Leony Jawab Tantangan Wali Kota Tangerang Selatan yang Ajak Dialog |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.