Berita Jakarta
Kisah Herman, Lansia yang Jadi Penjaga Perlintasan Kereta Api Tanpa Palang Pintu di ITC Roxy Mas
Kisah pengabdian Herman (68), lansia yang setia menjadi penjaga pintu rel kereta api tanpa palang di ITC Roxy Mas, Gambir, Jakarta Pusat.
Penulis: Nuri Yatul Hikmah |
WARTAKOTALIVE.COM, GAMBIR — Duduk di antara dua tiang pagar pembatas perlintasan rel kereta yang hanya muat diisi satu orang, Herman (68) tak melepaskan sedikit pun pandangannya mengawasi kereta api yang melintas di depan ITC Roxy Mas, Gambir, Jakarta Pusat.
Meski pengelihatannya sudah tak sejernih dahulu, namun pria berambut gondrong itu nampak fokus memastikan pejalan kaki yang hendak menyeberang rel kereta api selamat dari maut.
Pasalnya, tempatnya menjaga itu merupakan sebidang perlintasan rel kereta api tanpa palang pintu.
Ditambah lagi, lokasinya dekat dengan pusat perbelanjaan ITC Roxy Mas. Sehingga, banyak pejalan kaki yang berlalu lalang dan melintas lewat jalur tersebut.
Biasanya, Herman akan membawa ember cat kecil yang 'dikecrek' untuk imbalannya berjaga, meski hanya Rp100 atau Rp200 perak.
“Hati-hati, ya. Awas jangan meleng. Hati-hati. Awas tersandung,” begitu kata Herman saat mengawal setiap pejalan kaki yang hendak menyeberang, Sabtu (13/5/2023).
Acapkali, beberapa orang yang ngeyel tetap menerobos masuk hingga nyaris tertabrak kereta yang melintas, meski sudah berusaha dihalangi.
Herman pun dengan sigap menarik orang itu dan menyelamatkannya. Tak peduli sumpah serapah apa yang mampir di telinganya, Herman tetap berupaya menyelamatkan setiap orang yang 'ngeyel' tersebut.
Maka tak heran jika dia kerap dimaki-maki hingga diludahi orang karena pekerjaan mulianya itu.
"Pernah saya diludah, diancam, padahal kita nyelametin orang. Waktu kejadian Covid, kereta kiri kanan lewat. Saya ingatin, 'Pa kereta, awas kereta'. Tapi dia mencak-mencak, 'Santai aja, gue udah lama di mari enggak usah dibilangin sama lu', enggak apa-apa (ikhlas)," ucapnya sambil mengelus dada meski sorot matanya nampak berkaca-kaca.
“Kalau enggak ditolongin, mati dia,” lanjut Herman.
Sehingga, tak jarang, Herman rela menyeberang rel kereta dan menuntun para lansia atau difabel yang memiliki kesulitan berjalan.
Hal itu dilakukan Herman selama lima tahun lamanya tanpa pamrih. Dia juga tak pernah memaksa orang yang sudah dibantunya untuk memberinya upah.
Sekadar ucapan 'terima kasih' atau untaian doa diterimanya dengan lapang dada. Dia mengaku ikhlas membantu tanpa berharap imbalan besar.
Baginya, yang terpenting bisa membeli sesuap nasi untuk anak dan cucu-cucunya di rumah.
"Ya namaanya kita mah ya, yang enggak bisa jalan aja dituntunin paling Rp 100 perak, Rp 200 perak, Rp 1.000 perak nyawa dia melayang. Banyak di sini kemarin," kata Herman.
Apalagi usai sang istri meninggal dua tahun lalu, dia yang kehilangan arah mulai menata hidupnya dan mengabdikan hidupnya untuk kebaikan.
Baret-baret di sekujur kakinya mulai dari lutut hingga mata kaki menjadi bukti bagaimana Herman menyelamatkan puluhan nyawa.
Sembari menunjukkan bekas lukanya yang menghitam, Herman bercerita dia pernah menarik orang yang hampir tertabrak kereta. Meski sebenarnya, ia tak tahu bagaimana nasibnya jika terlambat menyelamatkan pejalan kaki itu.
"Saya (pernah) selamatkan lebih dari 50 orang, pengorbanannya ini. Ini keseret nolongin orang, tiga bulan baru sembuh,” tutur Herman sambil menunjukkan bekas lukanya.
Herman sendiri, mulai berjaga di rel tanpa palang pintu itu mulai pukul 07.00 WIB sampai 11.00 WIB.
Baca juga: Sisa Hari Ini dan Besok, Diskon Hari Hari ITC Roxy Mas, Mulai Perabot Sampai Barang Elektronik
Pasalnya, dia harus berbagi rezeki dengan penjaga rel tanpa palang pintu yang lain.
Tak ada harapan besar untuknya, Herman hanya berharap bisa terus menghidupi anak dan cucunya yang tinggal satu rumah dengannya. (m40)
Baca berita Wartakotalive.com lainnya di Google News
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.