Piala Dunia U20 2023

Waketum PSSI Zainudin Amali Bantah Pernyataannya pada 2020 Bikin Indonesia Batal Gelar PD U-20 2023

Usai sanksi dari FIFA dikeluarkan, Wakil Ketua Umum (Waketum) PSSI, Zainudin Amali memberikan klarifikasi.

Penulis: Abdul Majid | Editor: Sigit Nugroho
Tribunnews/Abdul Majid
Wakil Ketua Umum PSSI, Zainudin Amali saat ditemui di GBK Arena, Senayan, Jakarta, Selasa (4/4/2023). 

WARTAKOTALIVE.COM, JAKARTA - FIFA telah memberikan sanksi administrasi kepada PSSI usai Indonesia gagal menghelat Piala Dunia (PD) U-20 2023.

Dengan demikian, Timnas Indonesia U-22 bisa tampil di SEA Games 2023 yang diselenggarakan di Kamboja pada 5-17 Mei mendatang.

Usai sanksi dari FIFA dikeluarkan, Wakil Ketua Umum (Waketum) PSSI, Zainudin Amali beri klarifikasi.

Mantan Menpora itu mengklarifikasi rumor terkait pelanggaran etik FIFA yang dialamatkan kepadanya, sehingga FIFA mencabut Indonesia menjadi tuan rumah penyelenggaraan Piala Dunia U-20 2023.

Rumor yang ada itu menyebutkan bahwa Indonesia dianggap melakukan tiga pelanggaran etik FIFA serius.

Salah satunya adalah datang dari sikap Zainudin yang disebut mendahului FIFA dalam mengumumkan bahwa Indonesia menjadi tuan rumah Piala Dunia U-20 2023.

Baca juga: BREAKING NEWS: Indonesia Terhindar Sanksi Berat FIFA Usai Batal Gelar Piala Dunia U-20 2023

Menurut Zainudin, statement tersebut terjadi pada tahun 2020.

Tepatnya beberapa bulan sebelum FIFA memutuskan penundaan ajang tersebut ke tahun 2023, karena saat itu sedang pandemi Covid-19 tengah meninggi.

"Mereka hanya memberi tahu untuk bersabar. Jangan bicara apa-apa dulu. Saat itu, saya sampaikan kepada publik bahwa kita harus mempersiapkan diri menjadi tuan rumah FIFA World Cup U-20 2021," kata Zainudin dalam klarifikasinya kepada awak media, Kamis (6/4/2023).

"Hal itu terjadi pada tahun 2020, beberapa bulan sebelum FIFA memutuskan penundaan Piala Dunia tersebut ke tahun 2023. Sebab, saat itu sedang meningginya pandemi Covid-19," ujar Zainudin.

"Karena waktu itu logo dan maskot belum dilaunching, karena saya melalui PSSI diminta untuk diingatkan jangan bicara dulu tentang persiapan. Tunggu launching maskot dan logo. Itu saja. Hal tersebut bukan melanggar etika dalam statuta FIFA. Mereka cuma kasih tahu, tolong sabar dulu, jangan bicara apa-apa dulu," tutur Zainudin.

Pria yang menjadi Menpora periode 2019-2023 itu menyebut bahwa yang dilakukannya dulu bukanlah sebuah pelanggaran etika.

Baca juga: Erick Thohir Segera ke Eropa, Negosiasi Sanksi FIFA Usai Batal Gelar Piala Dunia U-20 2023

"Kalau pelanggaran etika kan ada dalam statuta FIFA. Jadi alasannya, karena situasi kita yang panas akibat menolak Israel, bukan karena saya dianggap melanggar etika. Kejadian itu tahun 2000," terang Zainudin.

Zainudin menggambarkan bahwa FIFA itu organisasi yang tidak bisa diintervensi, apalagi diminta untuk lobi-lobi pindahkan Israel main ke Singapura.

Selain pelanggaran etik dari FIFA yang ditujukan kepada Zainudin Amali, rumor itu pun menyebut pelanggaran etik datang berkaitan dengan ditunjuknya Arya Sinulingga sebagai EXCO PSSI.

Namun, dia tidak menjelaskan alasan Arya sebagai EXCO PSSI dianggap menjadi masalah bagi FIFA.

Serta, masih menurut rumor, FIFA semakin geram karena PSSI melalui Arya mengumumkan lebih dulu bahwa FIFA membatalkan drawing Piala Dunia U-20 yang semestinya digelar pada 31 Maret 2023 di Bali.

“Yang ketiga, ketika Pak Arya Sinulingga itu mengumumkan bahwa drawing batal. Ini tanpa dihadiri FIFA. Tidak ada suratnya dari FIFA. Itulah yang menciptakan eskalasi besar," pungkasnya.

BERITA VIDEO: Breaking News: Kebakaran di Rumah Sakit Salak Kota Bogor

Bersyukur

Sementara itu, Ketua Umum (Ketum) PSSI Erick Thohir bersyukur, Indonesia terhindar dari sanksi berat setelah FIFA membatalkan perhelatan Piala Dunia U-20 2023.

"Saya hanya bisa berucap, Alhamdulillah. Atas rahmat Allah SWT dan doa dari seluruh rakyat Indonesia khususnya para pecinta sepak bola, Indonesia bisa terhindar dari sanksi berat pengucilan dari sepak bola dunia. Istilahnya, Indonesia hanya mendapat kartu kuning, tidak kartu merah," kata Erick dikutip dari pssi.org.

Erick yang saat ini sedang berada di Paris, Prancis untuk menemui FIFA berujar bahwa dirinya mendatangi FIFA sesuai dengan arahan dari Presiden Jokowi untuk melakukan negosiasi sekaligus mempresentasikan kepada FIFA blueprint transformasi sepak bola Indonesia.

Saat bertemu Presiden FIFA Gianni Infantino, Erick menjabarkan komitmen pemerintah Indonesia dalam merenovasi 22 stadium yang dapat dipakai untuk kegiatan tim nasional dan liga.

"Setelah saya menyampaikan pesan Presiden Jokowi, dan menjelaskan cetak biru sepak bola kita, FIFA hanya memberikan sanksi administrasi berupa pembekuan dana FIFA Forward untuk keperluan operasional PSSI," jelas Erick.

"Hal itu akan direview kembali setelah FIFA memelajari strategi besar pengembangan sepak bola Indonesia," ucap Erick.

Bagi Erick sanksi administrasi yang diberikan FIFA di satu sisi merupakan sebuah pembelajaran dan berkah bagi sepak bola Indonesia yang saat ini terus bebenah menuju perbaikan di semua sektor.

"Saya sudah berusaha maksimal saat bertemu dengan FIFA. Dengan sanksi ini, kita masih terus melanjutkan program transformasi sepak bola bersama FIFA," ujar Erick.

"Dengan sanksi ini, kita tidak diberikan kartu merah. Tetapi kartu kuning, sehingga kami bisa bermain dan berkompetisi di SEA Games pada akhir bulan ini," papar Erick.

Baca berita Wartakotalive.com lainnya di Google News

Sumber: Tribunnews
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved