Berita Video
Yellow Jacket Podcast: Universitas Indonesia Riset Baterai dari Limbah Kopi
Riset itu kan lumayan mahal. UI banyak memberikan dukungan administratif, insentif, dan kapital untuk riset.
Penulis: Hironimus Rama | Editor: Ahmad Sabran
WARTAKOTALIVE.COM, JAKARTA- Capaian Universitas Indonesia (UI) yang termasuk ke dalam 10 perguruan tinggi terbaik se-Asia Tenggara versi sistem pemeringkat universitas dunia "Webometrics" edisi Januari 2023 bukan segalanya. Sekretaris UI dokter Agustin Kusumayati menyebut ada hal yang lebih penting ketimbang "rangking".
Apa hal tersebut? Berikut wawancara eksklusif tim Tribun Depok (Warta Kota Network) bersama Agustin.
Pada sesi pamungkas itu, Agustin didampingi Maurice Efroza (Fakultas Teknik UI), satu di antara mahasiswa berprestasi UI. Berikut hasil wawancara yang berlangsung di Kampus UI Depok, Jawa Barat, Kamis (23/2) lalu:
Beragam prestasi yang diraih UI tak lepas dari peran mahasiswanya. Bisa dijelaskan posisi mereka dari sudut pandang kampus?
Agustin Kusumayati (AK): Sebagai mahasiswa tugas utama mereka tentu saja belajar tetapi belajar tidak hanya di ruang kelas. Mereka perlu sosialisasi dan bergaul dengan orang. Makanya mereka perlu bermain, dalam arti positif, untuk mendapat nilai tambah bagi dirinya sendiri dan masyarakat. Pendidikan di UI memang diarahkan untuk membangun pribadi mahasiswa, baik kesehatan fisik (olahraga), inteligensia, seni dan pengabdian kepada masyarakat. Ada banyak kegiatan dilakukan untuk pengembangan kualitas mahasiswa ini. Bulan ini (Februari--red) saya mengunjungi mahasiswa UI yang sedang melakukan kegiatan "Indonesia Mengajar" di Nganjuk, Jawa Timur. Ada 60 orang yang mengajar anak SD dan 40 orang sebagai supporting team seperti bikin perpustakaan. Ada banyak kegiatan seperti itu. Jadi akademiknya diasah, karakternya dibangun dan kegiatannya didorong untuk lebih mengenal masyarakat. Untuk mengasah inteligensi, challenge kami tidak hanya di dalam negeri tetapi universitas luar. Para mahasiswa mengikuti kompetisi luar negeri untuk meningkatkan kompetensi. Hampir tiap minggu ada cerita di WA (WhatsApp) para dekan, anak saya menang di sini, anak saya menang di situ, dan lain-lain.
Untuk Maurice, apa saja prestasi yang telah Anda raih?
Maurice (M): Alhamdulilah, lumayan banyak ya. Saya sempat ikut pengabdian masyarakat di Kabupaten Bogor, membantu riset dan saat ini punya riset sendiri di Fakultas Teknik. Saya juga pernah mengikuti Olimpiade Keteknikan Dunia mewakili UI dan Indonesia. Jadi untuk Tri Dharma perguruan sudah saya lakukan secara seimbang. Bicara riset saya, ada di bidang energi material. Saya membuat baterai dari limbah kopi. Untuk bus listrik UI, saya membantu tim Fakultas Teknik untuk membuat dan merancang baterai yang tepat, safe dan bisa dipakai untuk ke depannya. Selain itu ada juga riset bersama PBB untuk mix energy (bauran energi). Di sana itu, kami riset penggunaan tenaga listrik di Indonesia untuk pengelolaan sampah. Misalnya, membuat meja kayu dari barang-barang bekas yang punya nilai jual dengan bantuan energi nuklir.
Seperti apa dukungan UI terhadap riset tersebut?
M: Riset itu kan lumayan mahal. UI banyak memberikan dukungan administratif, insentif, dan kapital untuk riset. Namanya riset kan ada luarannya seperti jurnal, paten dan publikasi. Jadi UI tidak hanya membantu secara administrasi tetapi juga hibah dan insentif. Riset di UI mengacu ke Sustainable Development Goals (SDGs). Kebetulan riset saya terkait SDGs nomor 8, berhubungan dengan good economy. Dari situ, kami bikin spesifik lagi ke poin keempat yaitu material resources efficiency (penggunaan material secara efisien). Rata-rata riset saya berkaitan dengan pemakaian limbah. Di Indonesia ini ada banyak raw material (material mentah) sehingga menghasilkan banyak limbah. Dari pada menggunakan material ekstraksi terus, kenapa tidak menggunakan limbah sehingga mendukung kelangsungan global. Saya pribadi ingin memberikan impact sebesar mungkin. Memang impact ini agak susah dikualifikasi atau pun dikuantifikasi. Tetapi sebisa mungkin bisa membantu semua orang, seperti UMKM. Namanya goals, sekecil apapun kontribusi pasti sangat membantu.
Kembali ke Ibu Agustin. Tadi Anda menyebut kegiatan mahasiswa adalah bermain yang positif. Apa yang dilakukan Maurice masuk kategori itu?
AK: Ya. Riset sudah jadi bagian dari hobinya sehingga bisa dikatakan main-main yang postif tetapi memberikan hasil. Tetapi tidak hanya itu, ada juga mahasiswa yang menggemari ekstrakurikuler bidang seni, olahraga atau otomotif. Lalu kami memotivasi mereka untuk ikut lomba. Kami sering menang lomba balap mobil. Kami biasanya mengirim dua tim. Ada yang menang karena kecepatan, ada juga lantaran efisiensi bahan bakar. Jadi kami memberikan challenge yang membuat anak-anak senang. Mahasiswa UI itu luar biasa kreatif. Kadang dalam suatu proyek penelitian kami hanya memberikan seat money saja dan fasilitas laboratorium. Tetapi mereka bisa mengumpulkan donasi dari mana-mana untuk mendukung riset itu. Jadi dana riil untuk membiayai riset itu pada akhirnya jauh dari anggaran yang dialokasikan UI.
Khusus Maurice, dalam falsafah Jawa ada ungkapan, "Kalau di depan dia jadi teladan, di tengah jadi inspirator, di belakang jadi pendorong". Maurice sudah berada di semua posisi ini. Dia menjadi pihak yang mendorong adik-adiknya. Ketika masih melakukan kegiatan dia menjadi leader yang menginspirasi. Lalu dia juga menjadi panutan. Dia bisa menjadi contoh, inspirator dan motivator. Saya yakin mahasiswa seperti Maurice ini bisa melakukan semua peran agar bisa sama-sama berkembang. Asah, asih, asuh.
Terakhir, apa target UI di masa mendatang?
AK: Target pasti ada dan soal pemeringkatan selalu dinamis. Peringkat itu posisi relatif terhadap sekumpulan universitas yang mengikuti pemeringkatan. Jadi yang paling penting adalah membangun budaya di kalangan dosen, mahasiswa, dan tenaga kependidikan untuk menjamin bahwa kami melakukan yang terbaik. Kami setiap hari berusaha untuk menjadi lebih baik. Dalam jargon penjaminan mutu, bukan lagi quality assurance tetapi quality improvement. Budaya itu yang paling penting dibangun, dikembangkan dan menggunakan pemeringkatan sebagai tools-nya. Jangan menjadikan pemeringkatan sebagai tujuan. Kalau pemeringkatan menjadi tujuan, nanti menghalalkan segala cara. (ron/m36/eko)
VIDEO JK Sebut Pemerintah Bayar Utang Rp1.000 Triliun, Terbesar dalam Sejarah Indonesia |
![]() |
---|
VIDEO Kasus Ruko Serobot Lahan Fasum Pluit, Akan Segera Dimulai Pembongkaran |
![]() |
---|
VIDEO Pelaku Penipuan 'JASTIP' Tiket Konser Coldplay Dibekuk Polisi |
![]() |
---|
VIDEO : Para Pimpinan Purnawirawan TNI dan Polri Temui Presiden Jokowi |
![]() |
---|
VIDEO Pasutri Begal Motor Remaja dengan Modus Tuduh Korban Tabrak Keluarganya |
![]() |
---|