Kesehatan

Kasus TBC Anak Meningkat di Jakarta, Dinkes Perlu Skrinning Terutama Anak Dibawah 5 Tahun

Jumlah kasus TBC meningkat dari tahun sebelumnya, yaitu sebesar 7.450 kasus atau 16 persen dari total pasien TBC

Kemenkes
Ilustrasi - Kasus TBC anak 0-14 tahun di Jakarta semakin meningkat 

WARTAKOTALIVE.COM, JAKARTA - Pemerintah DKI Jakarta harus memberikan perhatian serius terhadap peningkatan kasus tuberkulosis atau TBC terjadi pada anak-anak usia 0-14 tahun.

Soalnya, kasus TBC anak-anak meningkat cukup besar di Jakarta

Anggota Komisi E DPRD DKI Jakarta, Idris Ahmad mengatakan, Dinas Kesehatan DKI Jakarta harus fokus pada penemuan kasus TBC di kalangan anak-anak secara aktif.

Dinkes juga harus menuntaskan pengobatan di anak-anak bagi yang menderita, sekaligus berupaya ekstra mencegah penularan TBC kepada anak-anak lainnya.

“Jumlah kasus TBC meningkat dari tahun sebelumnya, yaitu sebesar 7.450 kasus atau 16 persen dari total pasien TBC,” ujar Idris pada Minggu (26/3/2023).

Baca juga: Wujudkan Jaksel Bebas TBC, Pemkot Jaksel Jadikan Ibu-ibu PKK Garda Terdepan Pencegahan TBC

Hal itu dikatakan Idris untuk memperingati Hari TB Sedunia 2023 bertajuk ‘Bersama Akhiri TBC, Indonesia Bisa’ pada Jumat (24/3/2023).

Dia berharap, tema tersebut tidak hanya menjadi jargon tetapi harus dimaknai oleh Pemprov DKI Jakarta untuk bisa berkolaborasi dengan banyak pihak.

“Dinas kesehatan harus bisa terus menggandeng pengurus RT/RW, kader PKK dan Posyandu dalam memberikan sosialisasi terkait pencegahan TBC, memastikan bahwa anak-anak (terutama yang berusia di bawah lima tahun) sebagai kelompok rentan TBC, mendapatkan imunisasi dasar untuk mencegah risiko terkena TBC,” katanya.

“Kolaborasi dengan Dinas Pendidikan dalam upaya pencegahan dan penanggulangan TBC di sekolah juga perlu digencarkan dengan melakukan skrining TBC pada anak sekolah yang dapat diintegrasikan dengan pemeriksaan tinggi badan dan berat badan serta dianalisa berdasarkan umur,” lanjutnya.

Baca juga: Rawan TBC, Dinkes Kota Tangerang Gelar Skrining pada 51 Keluarga di Kecamatan Benda

Selain itu, faktor lingkungan fisik (ventilasi udara dan pencahayaan) juga harus diperhatikan.

Soalnya menjadi salah satu faktor risiko penularan TBC anak dalam keluarga.

“Pada anak-anak, TBC bukan sekadar mengobatinya tapi harus dapat melihat penyakit-penyakit lain termasuk kondisi malnutrisi maupun stunting pada anak,” ucapnya. 

Gejala TBC Anak

Dikutip dari laman Kemenkes, secara umum, gejala TBC dapat tampak secara fisik seorang anak, seperti:

1. Berat badan anak dengan gejala TBC Paru turun atau tidak naik dalam 2 bulan terakhir

2. Demam lama lebih dari 2 minggu dan atau berulang tanpa sebab

3. Suhu umumnya tidak tinggi

4. Batuk lama lebih dari 2 minggu yang makin lama makin parah yang tidak membaik dengan pemberian antibiotik

5. Badan lemas/lesu sehingga tidak aktif bermain

6. Munculnya benjolan di kelenjar daerah leher rahang bawah, ketiak dan selangkangan.

TBC anak bisa disembuhkan dengan pengobatan TBC yang tepat. Jika obat tidak diminum dengan disiplin dan sampai tuntas, maka dapat beresiko menjadi TBC resistan atau kebal obat.

Ada beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah penularan TBC pada anak yaitu:

- Vaksinasi BCG pada bayi yang baru lahir

- Pemberian asupan gizi seimbang untuk menjaga imunitas anak

- Cari sumber penularan, adakah orang yang sakit TBC tinggal serumah atau yang kontak erat dengan anak. Orang yang sakit TBC ini harus mendapat pengobatan TBC yang adekuat dan tuntas.

- Pemberian Terapi Pencegahan TBC (TPT) kepada anak yang kontak serumah dengan pasien TBC aktif.

- Upayakan menjaga lingkungan rumah/ tempat tinggal tetap bersih, tidak lembab dan pastikan sinar matahari dapat masuk ke dalam rumah.

Baca berita Wartakotalive.com lainnya di Google News

Sumber: Warta Kota
BERITATERKAIT
  • Ikuti kami di
    KOMENTAR

    BERITA TERKINI

    © 2023 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved