Waspada Penipuan Iklan dengan Artificial Intelegent, Sebuah Tantangan dan Peluang
Industri yang sering menjadi sasaran penipuan antara lain e-commerce, Financial Technology (fintech), FMCG, dan sektor game online.
WARTAKOTALIVE.COM, JAKARTA - Teknologi Artificial Intelligence (AI) ataupun Kecerdasan Buatan tidak hanya mempermudah upaya pemasaran, tetapi juga menjadi perisai untuk perlindungan merek terhadap penipuan digital. Namun, ada beberapa tantangan yang terkait dengan mekanisme deteksi penipuan di Adtech yang harus dilawan oleh pemasar.
Demikian diungkapkan Edo Fernando, Country Head - Xapads Media dalam keterangannya yang diterima, Kamis (9/3/2023).
Ia menyebut, ekosistem digital terus berkembang, sehingga kemungkinan penipuan iklan tetap menjadi perhatian karena merupakan ancaman real-time yang menghabiskan anggaran iklan.
Selain itu, dengan media digital dinamis yang berkembang, penipu menemukan cara untuk menghindari deteksi penipuan.
Faktanya, kata dia, pada tahun 2023 perkiraan kerugian global dari penipuan iklan digital adalah 100 miliar dolar AS di mana sebagian besar media digital menanggung akibatnya.
Terlebih lagi, berbagai macam penipuan di internet semakin meningkat yang membutuhkan perlindungan ekstra dan dapat ditanggulangi melalui Kecerdasan Buatan ditambah dengan Pembelajaran Mesin yang bertindak sebagai keamanan siber untuk melindungi merek.
Baca juga: Kebobrokan Kemenkeu yang Dikuak Bursok Anthony Bukan Salah Sri Mulyani, Mahfud MD: dari Tahun 2009
"Salah satu tantangan utama dalam penerapan AI adalah Regulasi karena pengembangan dan penerapannya tidak diatur oleh etika yang dapat merugikan masyarakat. Hal ini selanjutnya dapat dijadikan sebagai bahan informasi hoax yang bertujuan untuk menghasut masyarakat. Tantangan terkait lainnya adalah Privasi Data yang memerlukan dukungan peraturan untuk menggunakan data sambil menjaga privasi. Dan, Kurangnya talenta dalam pengembangan dan penerapan teknologi AI dimana nantinya Indonesia hanya akan menjadi pasar bagi teknologi AI yang dikembangkan oleh negara lain," ujarnya.
Seperti yang kita ketahui, maraknya penipuan iklan melalui smartphone kini semakin canggih dan sulit dideteksi. Instalasi dan iklan palsu, klik bot, dan lalu lintas tidak valid saat ini menjadi perhatian utama para pelaku pasar digital.
Akibatnya, miliaran dolar dipertaruhkan dan inilah mengapa pemilik merek harus lebih waspada.
Penipuan iklan melibatkan banyak pihak, mulai dari peretas, perangkat lunak penjualan pasar gelap, perantara lalu lintas, dan penerbit yang mengetahui sampai tingkat tertentu praktik penipuan yang sedang terjadi.
Industri yang sering menjadi sasaran penipuan antara lain e-commerce, Financial Technology (fintech), FMCG, dan sektor game online.
Edo menyebut penipuan iklan kurang transparan karena peningkatan pesat dalam penetrasi internet dan jika berbicara tentang wilayah Asia Tenggara, tingkat penetrasi internet adalah 75,6 persen per Januari 2023.
Baca juga: Ceritakan Kisah Penderita Kanker Darah, Film Kartu Pos Wini Bakal Dirilis Tahun Ini
Karena itu, lanjutnya, pengguna mengkonsumsi lebih banyak konten online yang meningkatkan permintaan lalu lintas dan juga kebutuhan pasokan untuk penerbit, yang mengakibatkan kemungkinan penipuan iklan.
"Di sini, AI mengurangi penipuan yang membantu pengiklan memilih jaringan yang terintegrasi dengan alat anti-penipuan yang mengekang praktik manusia pada tahap awal siklus hidup kampanye dan mendorong lalu lintas asli yang berkualitas," jelasnya.
Baca juga: VIDEO : Presiden Jokowi Simak Penyerahan Pesawat Super Hercules Baru TNI AU
Warta Kota Mengajar Perdana Digelar, Siswa SMAN 68 Jakarta Antusias Belajar Jurnalistik |
![]() |
---|
VIDEO Disurati Tiga Bocah SD di Borobudur, Ganjar Sambangi Sekolah Mereka |
![]() |
---|
Ibu-ibu Kemayoran Belajar Bikin Roti Boy Hingga Korean Garlic Cheese |
![]() |
---|
VIDEO Penyanyi Aziz Hedra Kaget Single Somebody's Pleasure Viral di Internet |
![]() |
---|
VIDEO Korban Jiwa Bus Masuk Jurang Dikenal Sebagai Sosok Ramah |
![]() |
---|